🏍️15: EKHM!! meow.

151 28 6
                                    

|✧*。☆゚Happy Reading.*・。⊰⊹ฺ|




















"YA ALLAH SHILOH!!!! KAMU APAIN ANAK AKUUU, YA GUSTI!!! MAO, KAMU DIAPAIN SI EZA SAMPE NGEGANTUNG DISANA?!!!?!!"

"Mbak NILLA, TOLONGIN SI MAOOO!! YA AMPUN NAK, TURUN SENDIRI NGGAK BISA YA KAMU??!?!?"

"SHILOH, AWAS AJA KAMUU, SI BAYI CECE KASIH KE SI MAO, SHILOHHH!!!!!!"

"KITA MEMUSUHAN SEMINGGU YA EZA!!!! AWAS AJA KAMU MINTA MAKAN SAMA AKUU!!"

"AAAAAA MAOOO!!!! EZA TARUNG AJALAH KITA!!!!!!!!!!!!!" jeritan Ocean yang memekakkan telinga terdengar sangat keras sampai kamar Januar di ujung lantai dua dan buat si sulung lari tunggang langgang menghampiri bungsunya kembar itu.

Si gadis itu kaget binti shock saat memasuki rumah melihat sang anak —si Mao tergantung dalam keresek putih berlogo Alfamart di tiang gorden rumah yang lumayan tinggi. Siapa lagi pelakunya jika bukan si bungsu Khaiel, entah ada dendam apa Shiloh dengan Si Mao, suka sekali dia menjahili kucing Persia tersebut.

"Abang, anak Cece ngegantung di ataasss." Gadis itu mengadu pada Januar yang juga ikut shock melihat si kucing menggantung di atas, "Abang tolongin si Mao, kasian diaaa." Ocean hampir nangis, buat Januar segera membawa si Mao turun dan mengeluarkannya dari kantong keresek.

Ingin hati Ocean turunkan si Mao sendiri, namun ultimatum bunda untuk tidak menyentuh si kucing buat Ocean urung, jika dilanggar dan alergi Ocean kambuh sudah dipastikan si Mao besok tidak akan ada lagi di rumah ini. Si Mao di buang sejauh mungkin agar tidak bisa lagi dibawa pulang.

"Maoooo, sini meng. Ututuuu, meng meng meng." Si kucing mulai menghampiri sang ibu namun segera ditahan oleh Vanilla yang entah kapan sudah ada di sana.

"Mao sama mbak Nilla aja, nanti dibuang bunda kamu kalo deket sama teh Cece." Vanilla hengkang dari ruang tamu untuk memberi makan si kucing, tinggalkan Ocean yang merengut menatap kepergian anaknya.

"Maooo!!!"

"Menggg"

"Kucing kuuu!!"

"Maoooooo." Ocean terus panggil si kucing namun yang dipanggil malah terus menjauh seiring dengan langkah kaki Nilla menuju dapur.

"Kenapa bang?" Ayah yang baru pulang terheran melihat si sulung sedang membenarkan gorden, Vanilla yang pergi ke dapur dengan menggendong kucing adiknya dan Ocean yang berjongkok diantara sambil berpura-pura terisak.

"Si adek gantung anaknya Cece."

"Aduh! Terus?"

"Ya gitu, pas udah turun malah dibawa pergi mbaknya. Menangislah tuh."

"Heran ih, si Eza sakit juga banyak banget tingkahnya." Ayah menggeleng miris, ingat si bungsu yang baru aja keseleo sampai susah jalan tapi besoknya udah buat ulah banyak banget.

"Ayah, Cece mau pelihara Singa aja biar si Eza keburu di makan sebelum jailin anak aku lagiii." Ocean hampiri ayahnya.

"Hush, jangan gitu kamu."

"Sama kucing aja alergi apalagi sama singa, bisa-bisa innalilahi kamu baru ketemu aja."

"Astaghfirullah, doainnya gitu banget." Ocean yang pundung berakhir lari ke kamarnya, tinggalin ayah sama bang Januar yang entah kenapa tiba-tiba ketawa.

Di sisi lain, Eza merasakan kupingnya panas. Hamka yang lihat pun sampai kompres pakai ice americano yang lagi dia minum.

"Merah banget, yang. Lo buat dosa apa sampe kupingnya begitu?"

The Khaiel: Unsent lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang