🌙☀️23: Reup peuting, bray beurang.

99 16 7
                                    







|✧*。☆゚.*・。⊰⊹ฺ|









selepas gagal menikmati senja yang indah di halaman belakang sana, akhirnya semua anaknya bapak Ali terdampar di ruang tengah. Januar sama Ocean aman sejahtera, sedangkan tiga sisanya, tak patut dicontoh.

Rambut panjangnya udah acak-acakan, persis mirip sarang burung. Diwajahnya ada beberapa luka cakar, ditangannya juga ada, ditambah memar-memar merah samar akibat pukulan atau cubitan pelan.

Naas sekali bukan? Ingat ya jangan di tiru.

Tarikan nafas panjang beberapa kali terdengar, isi keheningan di ruangan dengan lebar lima kali lima meter ini. Semuanya pada bungkam, apalagi kumpulan gadis yang tengah diobati bunda. Takut dimarahi sih katanya.

"Kalian itu anak cewek bukan, sih? Heran, kok pada ganas gini? Si Abang aja cowok kalem begitu." Bunda yang pertama buka suara. Bener katanya tadi, punya anak cewek tiga kok nggak ada ayu-ayu nya kalo di rumah, pada agresif semua— minus Ocean pastinya.

"AWWW, AMPUN IBUNDA!" Jerit si bungsu waktu bunda nggak sengaja teken lukanya. Pelan kok, emang dasarnya Shiloh aja lebay.

"Sorry, dek." Bunda memelankan kerja tangannya, "kamu mah, berantem nya aja garda terdepan, eh cuma ke teken dikit teriaknya ke denger sampe rumah nenekmu di Cikalong. Huh, payah."

"Astaga, ibunda tega sekali berkata seperti it— AWWWW!"

"Banyak ngomong kamu!"

Beralih ke sisi kiri ruangan. Ada Ocean yang lagi obati kembarannya, Vanilla. Kalo tanya mbak Aneth, dia udah paling pertama diobatinya sama bunda.

Di sisi itu masih hening, meski beberapa kali Ocean ajak bicara kakaknya, tapi Vanilla masih betah tutup mulut. Matanya lirik tajam Anetha yang lagi duduk santai sambil nyemil kacang ijo goreng.

Masih dendam mungkin kak Nilla itu. Aksi balas dendamnya belum usai, keburu dipisah sama bunda. Dan mari rencanakan untuk pembalasan episode selanjutnya.

Sebagai Vanilla, dia harus pakai cara cantik tapi tepat sasaran, pas menusuk sampai ke mental. Yang pasti buat Anetha kapok dan gak macam-macam lagi.

Okay.

Plan A: baikin Aneth sambil kuras isi dompetnya.

Plan B: Aneth kan suka Samudra, gimana kalo Nilla deketin Samudra kalo bisa sampe pacaran? —EITS NO NO NO! ITU GAK MUNGKIN, Vanilla nggak sejahat itu. Lagi pula dia masih sayang Arjuna dan gak mungkin berpaling ke gebetan kakak sendiri.

Jadi kesimpulannya, gunakan Plan A. Tapi nggak sekarang, Vanilla masih kesel dan dia gak mau baikin Anetha dulu. So, mungkin besok dia jalanin rencana nya.

Ya, namun dilihat dari situasi sekarang, tidak akan semudah itu.

Waktu pikirannya sudah menapak bumi, Vanilla baru sada jika Anetha berdiri didepannya dengan tangan terulur ke arahnya.

"Ngapain? Kalo ngemis, gue lagi gak punya duit." Gak salah kan? Kelakuan Anetha tuh sebelas dua belas sama Shiloh, jadi gak ada salahnya kalau Vanilla nyangka Anetha lagi ngemis ke dia.

Jelas Anetha shock, niat baiknya minta maaf dan salaman malah dianggap kayak gitu. Keterlaluan sekali sahabat!

"Bun, look! Dia ngatain aku pengemis!! Heh, rasa eskrim! Gue Dateng dengan niat baik malah Lo hina kayak gitu? Dimana hatimu ananda?"

"Lo tanya dimana hati gue? Masih disini." Vanilla tunjuk dadanya, "tapi sudah patah, lalu hilang fungsi, hingga berjalannya waktu dia mengering dan perlahan rusak menjadi butiran debu. Tertiup angin, huhhh~ hilang entah kemana."

The Khaiel: Unsent lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang