🎣 21: Najan Deet teu kakoet.

109 17 11
                                    


|✧*。☆゚Happy reading.*・。⊰⊹ฺ|


















"Beneran?"

"Apanya?"

"Ya itu tadi."

"Tadi apa sih?"

"Yang tadi Lo omongin anjir ih!"

"Yang jelas dong kalo ngomong, Anetha!"

"Yang tadi Lo omongin beneran?" Kali ini diulangi dengan sabar.

"Si anjir, topiknya apa deh? Sumpah dari tadi gue banyak ngomong dan gak tau yang lagi Lo tanyain sekarang!!"

"Itu yang tadi sama Abang, Eza!!!"

"Ouh..."

"Jadi, beneran?"

"Bohong."

"Anjing!"

"Kok ngatain gue sih!" Shiloh sontak menoleh, tatap kakaknya horor. Gak ada angin gak ada hujan, Shiloh dikatai gukguk! Dasar kakak durhaka.

"Gara-gara Lo ya anjir, si Abang kayak orang stress! Gue ikut pusing tau liat kelakuan Abang Lo!"

"Itu Abang Lo juga ya dodol!"

"Ya intinya, gue gak mau mengakui si Abang yang lagi begini." Anetha bergidik ngeri ingat tingkah si Abang tadi. Sudah mirip si Dasa —orang kurang waras di kampung sebelah kalo lagi jadi gila nya.

"Nih ya, saran gue, mending Lo bilang kalo itu bohongan dari pada si Abang naik tingkat jadi sinting. Udah lo aja yang jadi buronan RSJ, Abang ganteng gue jangan!"

Shiloh langsung menggeleng, "gue kesel sama doi, biarin aja dulu. Palingan besok juga waras lagi. Gitu-gitu juga si Abang anak paling sehat diantara kita, sehat otaknya maksud gue."

"Mata Lo sehat!" Anetha lemparkan remot tv ditangan.

"Lo bener, Neth. Mata gue emang sehat meskipun kerjaan gue maraton cowok-cowok gepeng di laptop." Fyi, Shiloh lagi kecanduan nonton anime. Dan setiap pulang sekolah kalau nggak ada tugas dia bakal mengasingkan diri di kamarnya buat nonton anime yang beratus-ratus episode sampe malem.

Dengan gemas Anetha beri tepukan sayang di paha si bungsu. Banyak, mungkin lebih dari tujuh. Dan berhasil buat kulit putih Shiloh berubah warna jadi merah. Juga suara ringisan tiada henti akibat dari sakit yang dirasa Shiloh.

"Lo tuh gemesin banget. Saking gemesnya gue sampe pengen lelepin Lo di Cileunca!"

"Hilih! Gue gak ada beberapa jam aja dicariin, ini sok-sokan mau bunuh gue!"

"Asta—"

"Shiloh, let's go!"

Anetha langsung tatap sini si oknum yang baru saja potong omongan dia. Ananda Vanilla Nibiru rupanya. Tarik nafas, buang, huhhhh.

"Mau kemana?" Tanya si sulung ke dua agak ketus. Lihat Vanilla yang sudah rapih plus wangi ajak si bungsu.

"Jajan, sis." Shiloh cepat-cepat bangkit dan lari ke kamar buat ambil jaket.

"Bohong itu dosa, Eza!" Tak akan di dengar sih, soalnya si bungsu sudah hilang di ujung tangga dan berbelok menuju deretan pintu kamar. "Mau anter gue fotocopy, sekalian dia mau beli alat lukis buat tugas besok katanya."

Kening Anetha mengerut, "kok gak ajak gue?!"

"Lo kan bilang gak mau, gak ada urusan juga di tukang fotocopy, jadi buat apa Lo ke sana?"

The Khaiel: Unsent lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang