|✧*。☆゚Happy Reading.*・。⊰⊹ฺ|
Penyesalan selalu datang di belakang, kalau di depan namanya pendaftaran.
Okay terserah mau apa pepatahnya, karena poin pentingnya sekarang Anetha lagi menyesal. Anetha nyesel pergi tanpa persiapan alias kabur begini, tapi... Tapi...
Ah sudah lah. Dengan nyesel gak mungkin waktu balik ke beberapa jam lalu.
Hari sudah sangat gelap waktu kesadaran Anetha menapak kembali ke bumi setelah melanglang buana menengok curahan hari dan kebodohan diri. Dan tempat ini semakin ssst... Horor. Hihhh!
Si sulung kedua itu cepat-cepat beranjak, tak lupa juga pungut jaket yang sebagian sisinya sudah terlumuri tanah lembab yang sedikit lagi menjadi lumpur.
Mari kita cepat pergi menuju jalan besar dan berharap ada kendaraan umum lewat agar Anetha bisa pergi dari tempat ini. Tujuannya masih belum pasti, tapi yang jelas bukan rumah. Dia masih tidak ingin berhadapan dengan anggota keluarganya.
Malang nian nasib di gadis berambut panjang itu malam ini. Dia tidak sadar jika jalan ramai sangat jauh dari daerah danau, dan kemungkinan ada kendaraan lewat bisa dikatakan kecil, tidak ada rumah penduduk di daerah itu. Hiks, apa Anetha akan bermalam di pinggir jalan seperti gelandangan tak punya rumah sekarang? Mengenaskan sekali.
Ingin ku teriak... Ingin ku menangis~
Walau air mata sudah tiada lagi~~~Bagai lagu Dewi Persik, hati Anetha menjerit seperti itu. Bedanya, air mata Anetha masih banyak hingga menetes sedikit demi sedikit hingga mengalir banyak.
"Hiks, anjing tolol banget gue sampe nyasar begini!!" Mengomel dan Anetha sudah menjadi kesatuan, jadi jangan heran jika disaat seperti ini pun bibirnya masih aktif suarakan sumpah serapah.
Kakinya terus melangkah menyusuri jalanan aspal yang tidak tahu berujung dimana. Hebat sekali Anetha yang tidak merasa capek sewaktu datang tadi, karena kini si gadis sudah banyak mengeluh kakinya pegal karena terus berjalan.
Sepuluh menit.
Dua puluh lima menit.
Dan satu jam kurang tiga menit.
Anetha belum juga sampai di jalan ramai. Okay sekarang Anetha beneran menyesal. Dia takut setengah mati, pikirannya terus lantunkan hal-hal buruk. Bagaimana jika tiba-tiba ada seorang penculik? Atau lebih parah dari itu, seorang psikopat seperti yang sering muncul di film yang ditonton adiknya?! Atau, atau makhluk—
"STOP BABI! Brengsek sekali gue pikirin begituan, ayo terus jalan Aneth, di depan sana pasti ada cahaya dari banyaknya motor and mobil yang lewat dan Lo selamat."
Bicara sendiri bisa dikatakan agak stress, tapi sekarang Anetha butuhkan itu untuk enyahkan overthinking nya dan usir sepi meski hanya sesaat.
Angin berhembus lumayan kencang, buat si gadis kenakan kembali jaket dan masukan tangan ke saku mantelnya guna menepis dingin.
Tunggu.
Tangannya meraba sesuatu dalam saku jaketnya.
Ini... Oh my God! Penyelamat hidup Anetha!!!!
Si gadis melompat-lompat kecil kegirangan setelah menyadari adanya benda canggih berbentuk persegi panjang berukuran 6,5 inci dalam saku jaketnya!
Mari semua ucapkan selamat untuk Anetha karena telah menemukan benda berguna untuknya mencari bantuan agar bisa cepat ucapkan selamat tinggal pada jalan panjang ini.
Lompatannya terhenti diiringi dengan senyum di wajah yang memudar. Bibirnya terbuka siap suarakan isi pikiran dan hatinya. Ayo dengarkan dengan seksama apa yang akan diucapkan Anetha!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Khaiel: Unsent letters
General Fiction|End| Keseharian putra-putri menggemaskannya bapak Ali dan ibu Fara yang tidak selalu lancar dan datar. ------------------------------------------------- Jaehyun, Heejin, Nagyung, Chaeryeong, Yuna ------------------------------------------------- └...