Chapter Empat Puluh

15 3 0
                                    

Aku tidak menyangka kalau Woojin yang dulu jahat, sadis dan sangat membenciku berubah menjadi Woojin yang baik, romantis dan penyayang. Bahkan tiap hari Woojin selalu bilang cinta padaku dan ingin cepat-cepat menikahi ku.

Kalau membahas rencana perihal pernikahan aku jadi mengingat mengenai surat perjanjian pernikahan yang dulu pernah Woojin berikan padaku. Apakah itu masih berlaku, mengingat saat itu Woojin masih sangat membenciku, tetapi jika Woojin masih mengatakan kalau surat perjanjian pernikahan itu masih berlaku, akupun tidak keberatan.

"Sayang, loe kok melamun aja, lagi ada masalah kah? ", tanya Woojin sambil memegang tanganku

" Woojin ada yang mau gua tanyakan, tapi loe janji jangan marah ya", ujarku sambil menatap matanya

"Hmm, ada apa tunangan gua yang cantik dan imut?", tanya Woojin sambil mencium bibirku

"Iiihh, gua mau ngomong serius", ujarku

" Iya, mau ngomong apa?"

"Woojin loe ingat waktu pertama kali kita bertemu?"

"Tentu saja gua ingat,waktu itu loe galak banget sama gua, gimana gua bisa lupa sama kejadian itu, terus kenapa dengan kejadian itu?"

"Loe ingat pernah kasih surat perjanjian pernikahan sama gua khan"

"Tentu saja gua ingat. Terus?"

"Apa surat perjanjian itu masih berlaku? Kalau masih berlaku gua nggak keberatan kok. Gua bukan cewek manja, walaupun sekarang loe selalu memanjakan gua, tetapi gua tetap cewek mandiri", sahutku dengan nada tegas

"Hahahaha, gua ingat pernah kasih surat perjanjian pernikahan itu sama loe, tapi gua lupa naruhnya dimana, bisa jadi ketinggalan di hotel waktu itu", ujar Woojin dengan wajah santai

" Woojiiinn!!! Loe kok ngeselin banget sih!!!", teriakku dengan wajah kesal

"Loh, kok loe jadi marah sayang"

"Loe tau nggak gua kepikiran terus sama surat perjanjian pernikahan itu"

"Kenapa loe jadi mikirin surat perjanjian pernikahan itu sih sayang, gua saja sudah lupa. Sekarang yang gua pikirin adalah bagaimana kita cepat melakukan pernikahan", ujarnya dengan nada serius

" Ya udah, loe susul aja papa mama ke Jerman", ujarku

"Betul juga, ide yang bagus, gua mau susul papa mama ke Jerman ah"

"Kalau loe berani susul papa mama ke Jerman kita putus", ujarku dengan nada ngambek

" Adeuh, kok gitu sih sayang, mana rela gua putus sama loe"

"Nah, kalau gitu kita sabar saja sampai papa mama pulang dari Jerman"

"Iya, iya, gua sabar, tapi ada satu yang gua nggak bisa sabar nih dan harus kita lakukan sekarang juga", ujar Woojin dengan senyum seringainya

"Apa itu?", tanyaku polos, karena jujur aku benar-benar tidak tau maksud perkataan Woojin itu

" Yakin nggak tau? Mau kita lakukan di sofa ini atau di kamar?", tanya Woojin masih dengan senyim seringainya

"Woojinn!! Otak loe kok mesum aja sih", sahutku yang akhirnya sadar dengan apa yang Woojin mau

" Sayang, gua Khan mesum cuma sama loe aja kok, nggak sama cewek lain", ujarnya sambil mencium bibirku

"Woojin, ingat apa yang gua bilang, kita belum nikah, apa jadinya kalau gua nanti hamil duluan", ujarku

" Kalau loe hamil duluan, pernikahan kita tinggal dipercepat saja daan gua malah senang, berarti gua cepat jadi seorang ayah dan gua yakin orang tua kita senang kalau loe hamil duluan karena mereka akan cepat menimang cucu"

"Iiih, loe tuh ya, nggak bisa diajak ngomong serius, malah becanda mulu"

"Itu gua serius loh sayang. Emang loe nggak mau kita cepat punya anak"

"Maulah, tapi nggak hamil duluan kali, nanti yang ada kita jadi pergunjingan orang-orang"

"Dengar ya sayang, ngapain kita peduli gunjingan orang-orang, Khan yang menjalani hidup dan pernikahan tuh kita berdua, gua sih nggak peduli"

"Iya deh, Tuan Park Woojin tersayang dan tercinta, gua selalu kalah kalau debat sama loe"

"Kalau gitu jadi dong kita melakukannya, gua udan nggak kuat nih", ujarnya menggodaku

" Tentu saja tidak!!", teriakku sambil melempar bantal dan lari ke kamarku sambil mengunci kamarku

"Luluu!! Loe kok tega sih sayaaangg", teriaknya sambil menggedor pintu kamarku, tetapi aku yang berada di dalam kamar hanya senyum-senyum saja sambil menyalakan laptopku untuk menonton drama Korea yang tertunda.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 9 malam dan perutku berbunyi lagi dan perlu diisi. Kemudian aku membuka pintu kamarku dan menuju ke dapur. Aku membuka kulkas dan aku melihat ada beberapa bahan yang dapat aku olah untuk aku buat menjadi nasi goreng dan telur gulung.

Ketika aku sedang sibuk memasak tiba-tiba ada yang memeluk pinggangku dari belakang dan aku tahu kalau itu adalah Woojin.

"Sayang, loe masak apa?", tanyanya dengan nada manja

" Gua mau masak nasi goreng sama telur gulung, loe mau juga nggak?"

"Kenapa nggak order online aja sih? Daripada loe harus sibuk masak malam-malam gini"

"Nggak ah, gua lagi pengen masak aja, daripada loe disini gangguin gua, mending loe duduk manis di meja makan, biar masakannya cepat jadi, oke Woojin gua tersayang"

"Siaaap sayang, gua nurut"

"Nah gitu dong"

Akhirnya tidak perlu lama, masakanku sudah jadi dan kita makan bareng di meja makan. Aku melihat Woojin makan dengan lahapnya, ternyata dia juga sama denganku kalau lapar.

"Sayaang, masakan loe enak banget", ujarnya masih dengan mulut penuh makanan

"Habisin dulu makannya baru ngomong"

"Sayang, pokoknya gua mau loe tiap pagi buatin sarapan dan bekal buat gua", ujarnya dengan nada manja

" Iya, mulai besok gua buatin ya, loe mau dimasakin apa sayang?"

"Apa aja, pasti gua makan kok"

"Oke, siap bos"

Jujur aku senang dan bahagia melihat Woojin sangat menikmati masakan buatanku. Semakin hari aku akuin kalau aku semakin cinta dan tidak bisa lepas darinya.

Cinta Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang