Chapter Sembilan Puluh Satu

10 1 0
                                    

"Gimana sudah puas nonton filmnya?", tanya Woojin setelah kami selesai nonton film dan keluar dari studio bioskopnya

"Puas banget sayang apalagi filmnya seru banget. Pokoknya aku suka sama filmnya sayang. Selain jalan ceritanya yang bagus ditambah pemain-pemainnta yang sangat tampan", ujarku dengan nada dan wajah bahagia

"Pantas saja mata kamu tidak berkedip saat nonton film itu? Yakin karena ceritanya bagus? Bukan karena aktornya yang tampan-tampan?", tanya Woojin dengan nada menyindir aku

"Jangan mulai deh sayang. Ohya sayang aku lapar. Entah mengapa habis nonton film aku langsung lapar", sahutku dengan nada manja

"Hmmm, pasti bawaan bayi ya. Kamu mau makan apa sayang dan dedek bayi yang di dalam perut", ujar Woojin sambil mengelus perut aku

"Kami berdua mau makan sushi. Kita beli sushi ya sayang", ujarku dengan nada manja

"Yakin kamu dan dedek bayi mau makan sushi sayang? Bukan kamu sendiri yang mau makan sushinya sayang", ujar Woojin dengan nada menyindir

"Ya udah kalau kamu tidak mau bayarin, aku bisa beli sendiri. Permisi tuan Woojin, aku mau makan sushi sendiro saja tanpa anda", sahutku sambil jalan dengan cepat meninggalkan Woojin tetapi Woojin langsung menyusul aku

"Sayang, masa gitu saja ngambek. Aku khan hanya becanda. Ayo kita makan sushi. Aku akan membelikan kamu semua sushi yang ada di restoran jepang", sahut Woojin

"Tidak usah tuan Woojin tiba-tiba aku sudah tidak berselera lagi. Aku mau kembali ke hotel saja", sahutku dengan nada dan wajah dingin

"Astaga sayang. Jangan begini lagi ya. Kita berdua baru saja baikan, masa sudah berantem lagi", sahut Woojin dengan nada merayu aku

"Siapa bilang kita berantem. Aku hanya sudah tidak berselera untuk makan sushi dan ingin istirahat saja di hotel. Udah buruan kita balik ke hotel saja", sahutku masih dengan nada dan wajah dingin

Sesampainya di kamar hotel, aku langsung menuju ke kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi aku langsung membuka handphone aku untuk memesan makanan dari aplikasi online.

"Sayang, kita makan ya. Kamu mau kita makan di sini atau di restoran hotel?", tanya Woojin setelah Woojin keluar dari kamar mandi

"Tidak usah. Aku sudah pesan makanan dan ini mau ke bawah untuk mengambil pesanan makanan aku", sahutku

"Astaga sayang, kok kamu malah beli makanan lewat aplikasi online", ujar Woojin

"Nanti saja ngomongnya, aku harus ke bawah mengambil pesanan makananku", sahutku sambil berlalu meninggalkan Woojin

Selesai mengambil makanan aku langsung bergegas kembali ke kamar hotel aku karena jujur perut aku sudah sangat lapar.

"Kamu beli apa sayang?", tanya Woojin sekembalinya aku ke kamar hotel

"Sushi", ujarku singkat sambil membuka kantong plastik yang berisi sushi pesanan aku

"Astaga sayang, kamu masih marah sama aku. Kalau kamu mau makan sushi khan tadi kita makan langsung di restoran Jepang", ujar Woojin

"Aku tidak mau merepotkan kamu, lagipula aku sudah beli juga kok sushinya", sahutku sambil mulai mengunyah sushinya

"Habis berapa kamu beli sushinya sayang? Aku ganti uangnya ya", sahut Woojin

"Nggak usah, kalau sushi aku masih sanggup belinya. Kamu makan juga nih sushinya, aku beli banyak", sahutku

"Iya, aku makan sushinya ya sayang", sahut Woojin

Kemudian aku dan Woojin sama-sama makan sushinya sampai habis.

"Sayang, gimana kalau lusa kita kembali ke Jakarta, mama sering banget chat aku untuk ajak kamu segera pulang, sekalian kita periksa kandungan kamu sayang", sahut Woojin

"Rencananya aku lusa memang mau balik karena aku dapat chat dari karyawan butik kalau banyak pesanan kebaya", sahutku

"Astaga sayang khan aku sudah bilang kalau kamu jangan terlalu sibuk di butik, mengingat kamu lagi hamil muda gini, masih sangat riskan", sahut Woojin

"Iya sayang, tapi mau gimana lagi, kalau aku tidak ke butik untuk mengontrol nanti aku dapat uang darimana", ujarku

"Kamu lupa kalau ada aku sayang. Aku akan menafkahi semua kebutuhan kamu karena kamu adalah tanggung jawab aku", sahut Woojin

"Tapi kita berdua belum menikah jadi aku belum sepenuhnya menjadi tanggung jawab kamu sayang", ujarku

"Bulan depan kita akan menikah jadi sepenuhnya kamu sudah menjadi tanggung jawab aku. Setelah kita menikah aku mau kamu tidak usah terlalu sibuk ke butik. Kamu boleh sekali-kali ke butik tapi selebihnya kamu hanya boleh mengontrol dari rumah kita saja sayang", ujar Woojin dengan nada dan wajah tegas

"Rumah kita? Terus apartemen aku gimana sayang?", tanyaku

"Apartemen kamu nanti akan ada pelayan yang bersihin setiap hari tetapi kamu tidak usah tinggal di sana lagi. Nantinya apartemen kamu bisa kita kasih ke anak kita kalau sudah besar", sahut Woojin

"Sayang sekali apartemen aku sayang. Gimana kalau kita tinggal di apartemen aku dulu saja sayang, begitu anak kita sudah agak besar baru kita tinggal di rumah yang kamu beli", sahutku

"Tidak sayang, aku mau kamu tinggal di rumah yang aku beli karena di sana sudah ada banyak pelayan yang akan melayani kamu sayang", sahut Woojin

"Tapi aku bisa kok melakukannya sendiri tanpa pelayan", sahutku

"Tidak sayang. Aku tidak mau sesuatu terjadi sama kamu dan calon bayi kita", sahut Woojin

"Iya....Iya...Aku nurut saja kalau gitu", sahutku

"Nah itu baru namanya istri aku", sahut Woojin

"Calon istri bukan istri karena kita belum menikah", sahutku dengan nada menyindir

Cinta Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang