Chapter Empat Puluh Tiga

21 3 0
                                    

Akhirnya aku dan Woojin sampai juga di apartemen.

"Sayaaangggg, kita mandi bareng yuk", ujar Woojin dengan nada manja sambil memelukku dengan erat

" Nggak ah, nanti bukannya mandi loe melakukan hal lain, gua tahu banget apa yang ada di otak loe, lagipula gua mau masak makan malam buat kita, sahutku sambil menjitak keningnya

" Ihhh, urusan makan malam kita khan bisa pesan online. Ayo laaah sayaang kita mandi bareng ya", ujarnya lagi

" Sayaang, gimana kalau kita mandi barengnya besok aja ya, hari ini kita mandi sendiri-sendiri, gua mau merapikan kue-kue ini dulu habis itu gua mau masak makanan buat kita", sahutku sambil mengelus rambutnya

" Bener ya, besok kita mandi bareng, awas kalau loe bohong", ujar Woojin sambil mengerlingkan matanya

" Iya sayang, udah sana mandi"

" Siap sayang", sahut Woojin

Sepeninggal Woojin aku langsung mulai memasak, untuk makan malam aku sengaja masak yang simple. Aku masak bakwan jagung, cumi saos padang dan sup oyong.

"Akhirnya beres juga", ujarku

Kemudian aku menuju ke kamarku untuk mandi, selain lengket, badanku bau dengan masakan. Ketika beres mandi aku bergegas ke ruang makan dan aku melihat kalau Woojin sudah duduk disana.

" Sayang, kok nggak langsung makan", ujarku melihatnya duduk sambil melihat masakanku

" Nungguin loe lah sayang, masa gua makan sendiri walaupun dari tadi gua sudah ngiler dengan bau masakan loe"

" Ya udah, sini gua ambilin nasi dan lauknya"

" Sayang... sayang..."

" Hmmm.. apa?"

" Loe tau nggak sayang tadi Wonshik hyung muji masakan loe katanya masakan loe enak banget dan Wonshik hyung katanya tiap hari kalau tidak sibuk di rumah sakit akan makan bareng dengan gua asal itu masakan loe"

"Oh ya? Gua senang dengarnya, ya udah mulai besok gua akan tiap hari menyiapkan bekal makan siang untuk loe sayang", ujarku sambil tersenyum manis

" Sayang, gua semakin yakin kalau papa mama pulang dari Jerman kita lebih baik langsung nikah daripada tunangan dulu"

"Ohhh, jadi kemarin kemarin loe masih belum yakin sama gua?", ujarku dengan nada sedih

" Iiih bukan gitu sayang, justru gua yang semakin tidak percaya diri menjadi suami buat loe. Bagi gua loe itu wanita sempurna buat gua"

" Sayang, berapa kali gua bilang bagi gua loe juga cowok sempurna buat gua, walaupun awalnya loe cowok paling mengesalkan dan menyebalkan, hehehehe"

" Iya, gua dulu mengesalkan dan menyebalkan karena ada alasannya"

" Oh ya? Apa itu?"

" Nggak ah, udah ah kalau ngobrol terus kapan kita makannya, sudah lapar banget nih"

"Adeuuuhh, sayang gua sudah lapar banget ya. Ya sudah kita makan ya"

" Sayang loe beneran tidak menyesal menerima gua khan? Gua perhatikan Xukun lebih baik daripada gua dan gua tau kalau Xukun sangat mencintai loe"

" Tadi katanya lapar tapi ngomong terus, mau makan nggak?"

" Iya.. iya.. kita makan dulu. Galaknya calon istri gua"

" Apa! Gua dibilang galak", ujarku sambil pura-pura ngambek dan berdiri dari kursi tanpa menyentuh makananku

" Sayaaangg... Jangan marah, gua cuma becanda. Yuk, makan dulu, gua nggak mau kalau loe nanti sakit karena telat makan", ujarnya sambil menahan tanganku

" Uwek.. Gua juga becanda kok", ujarku sambil menjulurkan lidahku

" Jadi loe ngerjain gua ya. Awas aja nanti beres makan, gua hukum", sahut Woojin

" Tidak takut", ujarku tidak mau kalah

" Wah nantangin kalau gitu hukumannya dua kali lipat"

" Tidak takut juga, mau hukumannya sepuluh kali lipat gua berani", sahutku tidak mau kalah

" Bener ya? Tunggu hukumannya habis makan", sahut Woojin sambil senyum menyeringai

Ketika aku sedang sibuk mencuci piring bekas makanan kami, tiba-tiba Woojin memelukku dari belakang sambil mencium rambut dan belakang leherku dan itu membuatku menjadi geli.

" Sayaaang.. Jangan dong, gua khan lagi cuci piring dulu, nanti kalau piringnya pecah gimana", sahutku sambil menggeliat menahan geli

" Ini baru hukuman awal dari gua", ujar Woojin sambil tangannya menggerayangi tubuhku

" Sayaanggg, geliii. Aaarggg...", ujarku. Dan bukannya berhenti, Woojin malah perlahan membuka bajuku. Ketika bajuku sudah hampir kebuka, tiba-tiba bel apartemenku berbunyi

"Aissh siapa sih yang mencet bel, nggak tau apa kalau orang lagi usaha", ujar Woojin dengan nada kesal

" Liat dulu siapa yang datang, takutnya mama sama papa yang datang", sahutku karena sampai detik ini juga aku belum bilang sama mama papa kalau aku dan Woojin tinggal bareng

" Sayang, ternyata yang datang Lala, gimana dong"

" Bilang aja kalau loe lagi bertamu sayang, tutup pintu kamarnya"

" Siap sayang"

Kemudian aku langsung ke depan untuk membukakan pintu untuk Lala.

" Lu, lama benar bukain pintunya", ujar Lala begitu masuk

" Maaf tadi gua lagi cuci piring"

" Loh, ada Woojin toh, hmmm pantas lama bukain pintunya, yakin habis cuci piring?", ujar Lala sambil senyum curiga 

" Noh liat sendiri, gua masih cuci piring, gua tinggal bentar"

" Gimana kabarnya La? Kok nggak datang bareng Wonshik hyung?"

" Tadinya sih mau bareng tapi kakak loe lagi ada jadwal operasi, jadi gua datang sendiri"

" Oh gitu, udah makan belum La?"

" Belum, gua ke sini tadinya mau numpang makan, hehehe. Lu, ada makanan nggak? Kalau nggak gua mau order, siapa tau kalian juga belum makan"

" Nggak usah order, gua masak, makan dulu gih, pasti loe lapar banget khan"

" Asyiiikkk, makasih banyak kembaran gua", ujar Lala sambil mencium pipiku

" Aissh, nggak usah cium-cium"

" Hmm, iya deh, yang hanya mau dicium sama Woojin, ohya kalian berdua habis ngapain, kok baju dan rambut Lulu berantakan gitu"

" Lalaaaaa!!!!"







Cinta Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang