Chapter Enam Puluh Empat

10 2 0
                                    

Pagi ini seperti biasa aku mengalami morning sick. Sudah dari tadi aku bolak-balik ke kamar mandi untuk muntah, padahal belum ada makanan yang masuk ke dalam perutku.

"Sayang,pagi-pagi sudah bangun saja", ujar Woojin yang melihatku duduk di sofa kamar hotel. Memang semenjak kehamilanku ini Woojin kembali tidur bareng aku di kamar hotel karena Woojin ngotot untuk menjagaku dan tidak mau berpisah denganku

"Iya sayang", ujarku dengan nada lirih

"Wajah loe pucat banget sayang. Loe pasti morning sick lagi ya sayang. Gua buatin teh hangat ya atau loe mau gua pesenin bubur", sahut Woojin sambil mengelus rambutku

"Gua sudah minum teh hangat kok sayang", ujarku masih dengan nada lirih

"Kalau gitu gua  pesenin bubur ya", sahut Woojin

"Gua nggak mau makan apa-apa sayang. Rasanya mau muntah saja", ujarku

"Tapi loe harus tetap makan sayang demi bayi yang ada di kandungan selain itu karena loe harus minum vitamin sayang", sahut Woojin

"Sayang apakah loe mencintai gua dan anak yang ada di kandungan ini", ujarku dengan nada manja

"Tentu saja sayang. Gua sangat mencintai loe dan anak di kandungan ini. Kenapa loe masih meragukannya", ujar Woojin 

"Gua takut loe akan berhenti mencintai gua apalagi nanti kalau badan gua berubah menjadi gemuk pasti akan menjadi jelek dan pasti loe akan berpaling  dan mencari cewek-cewek cantik", ujarku dengan nada sedih

"Hahahahaha loe kok berpikiran begitu sih sayang. Loe nanti menjadi gemuk atau tidak karena kehamilan ini gua tetap akan selalu mencintai loe sampai kapanpun. Apa loe lupa loe nanti gemuk khan karena hamil anak kita", sahut Woojin sambil memelukku

"Gua takut nanti loe meninggalkan gua dan anak kita", ujarku sambil meneteskan air mata

"Ya Tuhan sayang kenapa loe berpikiran begitu. Mana mungkin gua akan meninggalkan loe dan anak kita yang ada malah nanti gua akan menjadi lebih protective menjaga kalian berdua", sahut Woojin masih memelukku

"Kalau gitu cium aku", ujarku

"Aw ternyata kekasih gua ini minta dicium", ujar Woojin dan langsung saja Woojin melumat bibirku .

"Ahhh sayang", ujarku yang kehabisan nafas karena ciuman panas yang dilakukan Woojin

"Sayang dedek kecil gua mengeras apakah gua bisa melakukannya", ujar Woojin sambil menatap mataku

"Lakukan saja sayang gua pun menginginkannya", sahutku dengan wajah menggoda

"Apakah ini tidak akan membahayakan kandungan loe nantinya", ujar Woojin dengan nada khawatir

"Lakukan dengan pelan ya sayang. Gua sangat ingin disentuh oleh loe sayang", ujarku masih dengan wajah menggoda

"Baiklah sayang, gua akan melakukannya secara perlahan", ujar Woojin

Jadilah pergumulan panas antara aku dan Woojin di kasur ini. Entah apa yang terjadi dengan diriku. Apakah ini bawaan bayi yang ada di dalam kandunganku yang ingin disentuh oleh ayahnya. Aku sangat menikmati sentuhan yang dilakukan oleh Woojin.

Tepat jam 11 aku terbangun karena perut rasanya lapar. Pelan-pelan aku berusaha bangun dari tempat tidur.

"Sayang loe mau kemana?", tanya Woojin yang terbangun

"Sayang gua lapar", ujarku

"Loe mau makan apa? Biar gua pesenin atau loe mau kita makan di restoran hotel", sahut Woojin

"Gua mau makan rujak pedas", ujarku

"Makan nasi dulu ya sayang baru makan rujak", ujar Woojin

"Iya sayang", ujarku

"Ya udah,sekarang loe mandi dulu,biar aku pesenin makanan buat kita ya", ujar Woojin

Setelah beres mandi betapa terkejutnya aku kalau Woojin memesan banyak makanan dan minuman.

"Sayaang, makanannya banyak banget", ujarku

"Gua bingung loe mau makan apa jadi gua pesan semua makanan yang ada di daftar menu", ujar Woojin

"Astagaa terus nanti siapa yang akan habisin semua ini sayang. Rujak pedas pesanan gua mana", ujarku

"Tenang sayang, tadi gua sudah nelpon Wonshik hyung untuk membelikannya karena di restoran ini tidak ada rujak", ujar Woojin

"Pokoknya gua mau rujak,kalau tidak ada rujak gua tidak mau makan", ujarku dengan wajah cemberut

"Iya sayang. Ya udah gua mau mandi dulu ya", ujar Woojin 

Ketika Woojin sedang mandi ada yang mengetuk pintu kamar hotel dan aku membukanya ternyata itu adalah Wonshik dan Lala.

"Gimana keadaan loe Lu?", tanya Lala

"Masih sama La,malah morning sick gua tambah parah",ujarku

"Loe dah makan dan minum vitaminnya belum", ujar Lala

"Belum. Ini baru mau makan", ujarku

"Ya udah kita makan bareng saja. Ohya Lu, ini rujak pedasa pesanan loe", ujar Wonshik

"Makasih banyak oppa", ujarku

"Sama-sama. Ohya Woojin mana?", tanya Wonshik

"Woojin masih mandi oppa", sahutku

"Ya udah, kita tunggu Woojin dulu baru kita makan bareng", sahut Wonshik

Tidak lama kemudian Woojin keluar dari kamar mandi dan kita makan bareng. Jujur tidak banyak makanan yang masuk ke dalam perutku karena aku masih merasakan mual,tetapi aku memaksakannya karena aku juga harus memikirkan anak dalam kandunganku karena butuh gizi dan nutrisi juga. Setelah makan aku langsung minum vitaminnya, karena Woojin tidak memperbolehkanku makan rujak kalau aku belum makan dan minum vitamin.

Jujur aku sangat terharu dengan semua perlakuan Woojin padaku karena dengan sangat bertanggung jawab dalam mengurusku.

"Hyung, kayaknya lusa kita harus segera balik", ujar Woojin

"Kok mendadak,emang kenapa?", tanya Wonshik

"Mama dan papa akan pulang hari ini karena barusan gua chat mereka untuk menceritakan kondisi Lulu yang hamil", ujar Woojin

"Terus mama papa bilang apa?", tanya Wonshik

"Mama papa sangat bahagia walaupun awalnya gua dimarahi dan mama papa menyuruh aku untuk segera menikah dengan Lulu", ujar Woojin

"Jadi om dan tante setuju kita menikah sayang", sahutku

"Sayang mulai sekarang jangan panggil om dan tante tetapi mama dan papa karena mereka adalah orang tua loe juga", ujar Woojin sambil memelukku

"Iya sayang", ujarku




Cinta Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang