Chapter Delapan Puluh Satu

11 0 0
                                    

"Sayang...Sayang...", ujarku

"Hmmm, kenapa", sahut Woojin sambil fokus menyetir

"Lapaaaarrr.....Kita makan dulu. Baby sudah nendang-nendang saja ingin makan", ujarku dengan nada manja

"Baby? Atau mamanya yang ingin makan?", tanya Woojin dengan nada menyindir

"Sayang....Kok gitu sih", ujarku dengan wajah cemberut

"Hahahahaha, becanda sayang. Jangan marah sayang. Ayo kita makan. Kamu mau makan apa sayang?", ujar Woojin

"Aku dan baby lagi ingin makan cheese pizza yang besaaaar banget", sahutku dengan wajah bahagia

"Yakin kalau makan pizza bakal kenyang sayang? Nanti disana pesan nasi juga ya sayang biar baby tidak kelaparan", ujar Woojin sambil mengelus rambutku

"Iya sayang", sahutku

Kemudian Woojin mengajakku ke restoran pizza yang terkenal dan benar saja Woojin tidak memperbolehkan aku memesan pizza saja kalau tidak disertai dengan nasi. Untungnya di restoran pizza ini menjual menu nasi juga, jadilah aku memesan nasi ayam katsu dan minumannya jus strawberry kesukaan aku.

"Pelan-pelan makannya sayang, jangan buru-buru. Tidak ada yang minta kok dan kasihan juga sama babynya", sahutku

"Iya sayang", sahutku

"Nah gitu dong. Ohya sayang, besok kita mau jalan-jalan kemana lagi", sahut Woojin

"Besok aku mau jalan-jalan ke kebun strawberry. Aku ingin memetik strawberry sebanyak-banyaknya habis itu pulangnya aku mau belanja buat kebutuhan baby", sahutku

"Baiklah sayang. Besok kita jalan-jalan ke kebun strawberry. Memang kamu mau belanja apa buat baby? Kita khan belum tau jenis kelamin baby", sahut Woojin

"Memang kenapa kalau aku belanja buat baby. Kalau Woojin nggak mau bayarin, aku bisa kok bayar sendiri", sahutku dengan nada ketus

"Astaga sayang, bukan begitu maksud aku. Hanya saja buang-buang uang saja kalau kita belanja buat baby sekarang", sahut Woojin

"Ohh, jadi menurut Woojin buang-buang uang untuk membeli kebutuhan baby. Woojin lupa baby ini anak siapa", sahutku masih dengan nada ketus

"Ya ampun sayang. Maafkan aku ya. Bukan maksud aku begitu sayang", sahut Woojin

"Memang Woojin tahu aku mau beli apa buat baby", sahutku

"Nggak tau. Memang kamu mau beli apa sayang?", sahut Woojin

"Aku mau beli box bayi. Kalau Woojin nggak mau beliin box bayi nggak apa-apa kok, aku bisa beli sendiri. Toh ini khan baby aku", sahutku dengan nada dan wajah emosi

"Ternyata kamu mau beli box bayi, kalau itu tentu saja boleh sayang. Kamu kok ngomong gitu, baby itu khan punya aku juga. Apa kamu lupa kalau tidak ada bibit dari aku, baby tidak akan ada", sahut Woojin dengan senyum smirk dan itu berhasil membuat aku bersemu malu

"Aisssh dasar mesum. Jadi aku boleh beli box bayinya nggak sayang?", sahutku

"Tentu saja boleh sayang", ujar Woojin

"Aku mau beli box babynya dua ya sayang", sahutku

"Kok dua sayang, satu saja khan cukup", ujar Woojin

"Nggak mau sayang. Aku maunya dua sayang. Mau dibeliin dua nggak? Kalau nggak mau aku beli sendiri saja", ujarku dengan nada mengancam

"Aaaahhh. Iya...Iya...Kita beli box babynya dua. Apapun yang kamu mau aku akan turutin", sahut Woojin

"Ohya sayang, ngomong-ngomong rencana kita nonton konser di Singapore gimana?", ujarku

"Tidak ada nonton-nonton konser selama kamu hamil karena itu sangat membahayakan untuk baby", sahut Woojin dengan nada dan wajah tegas

"Iya deh sayang. Gagal deh aku nonton konser boygroup favorit aku", sahutku dengan nada dan wajah sedih

"Mau gimana lagi sayang, kamu khan lagi hamil dan hamil kamu ini masih muda jadi masih sangat rentan untuk bisa keguguran. Nggak apa-apa ya kita nggak nonton konser sayang. Gimana kalau batalnya nonton konser diganti dengan apapun yang kamu mau akan aku turutin", ujar Woojin

"Aku hanya mau beli box bayi aja kok, aku belum butuh apapun", sahutku

"Yakiin? Kamu tidak mau kita beli rumah gitu?", tanya Woojin

"Rumah? Untuk apa?", tanyaku

"Memang nanti setelah menikah kita mau tinggal dimana? Masa kita tinggal di rumah orang tua kamu atau orang tua aku, atau jangan-jangan kamu berpikir kita bakal tinggal di apartemen kamu. Aku tidak setuju sayang. Bagaimanapun kita membutuhkan rumah untuk keluarga kita", ujar Woojin dengan nada dan wajah serius

"Tapi itu khan masih lama sayang, kenapa setelah menikah kita tidak tinggal di apartemen aku dulu", sahutku

"Tidak sayang. Kita beli rumah dari sekarang ya sayang", ujar Woojin sambil memegang tanganku dan menatap mataku

"Tapi aku belum butuh rumah sayang", sahutku

"Kamu nggak kasihan sama baby kalau kita tidak dari sekarang beli rumahnya sayang", ujar Woojin dengan nada meyakinkan aku lagi

"Iya sih, kasihan baby nantinya", ujarku

"Nah, itu kamu tahu sayang. Jadi sekembalinya kita ke Jakarta, kita mulai cari rumah ya sayang. Kamu mau rumah yang seperti apa sayang?", ujar Woojin

"Aku belum kepikiran sayang, jadi aku ikut kamu saja sayang. Yang jelas aku hanya ingin rumah yang tidak terlalu besar", sahutku

"Justru aku ingin punya rumah yang besar karena aku yakin kalau anak kita lebih dari satu", sahut Woojin sambil senyum smirk

"Dasar mesum!!! Aku maunya punya anak cukup dua saja", sahutku

"Jangan dualah sayang, kita buat anak sebanyak-banyaknya ya", sahut Woojin

"Nggak!!!", sahutku

"Ayolah sayang", ujar Woojin

Cinta Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang