Chapter Delapan Puluh Empat

8 1 0
                                    

"Waah, box bayinya bagus-bagus dan lucu banget. Kalau begini aku khan bingung mau beli yang mana", ujarku dengan nada dan wajah bahagia

"Kata aku juga beli aja semuanya sayang", sahut Woojin

"Tuh khan lagi-lagi kamu nyindir sayang, kalau kamu tidak niat untuk beli, nggak usah aja", ujarku sambil mau pergi keluar dari toko tetapi tanganku ditahan sama Woojin

"Astaga sayang aku khan hanya becanda. Jangan marah ya sayang", sahut Woojin sambil mencium tanganku

"Aku sudah tidak minat lagi beli box bayinya, nanti aku beli sendiri saja kalau uangnya sudah ada", sahutku dengan nada ketus

"Sayang, maafin aku ya. Sumpah aku hanya becanda. Yuk, kita pilih sekarang saja box bayinya dan aku yang akan membayarnya", sahut Woojin

"Nggak apa-apa kok, nanti saja beli box bayinya. Maaf ya kalau aku menyusahkan kamu Woojin. Kamu tenang saja aku wanita mandiri kok dan nanti kalau uangnya sudah kekumpul aku akan membeli box bayinya untuk calon bayi yang ada di perutku", ujarku sambil menahan air mata dan hendak melepas tangan Woojin tetapi Woojin memegangnya dengan erat

"Sayang, jangan gitu dong. Kamu adalah istri aku dan yang ada di perut kamu adalah calon bayi aku juga. Aku mohon maafin aku ya sayang, aku khan hanya becanda. Ayo kita pilih box bayinya. Kita cari yang paling bagus dan paling mahal ya", sahut Woojin sambil memegang kedua pipiku

"Nggak apa-apa. Nggak usah ya. Kita balik ke hotel saja. Lagipula badan aku sangat lelah", sahutku dengan nada berbohong

"Ya udah, besok kita balik lagi ke sini ya sayang", ujar Woojin

Kemudian kami batal membeli box bayinya dan memutuskan kembali ke hotel. Di dalam mobil aku memilih diam dan tidak berkata apa-apa.

Dalam pikiranku berkecamuk, apakah Woojin betul-betul mencintai aku dengan tulus atau mencintai aku hanya karena calon bayi yang ada di kandungan aku.

Sesampainya di kamar hotel aku tetap diam dan memutuskan mandi karena badanku sudah sangat lengket.

"Sayang, kamu diam saja dari tadi. Kamu lapar nggak? Kita pesan makan lagi ya, karena aku tau kamu pasti lapar", sahut Woojin ketika kami duduk di tempat tidur sambil menonton televisi

"Aku masih kenyang. Kamu kalau lapar pesan makanan saja duluan", ujarku dengan nada berbohong sambil memainkan handphoneku karena aku sedang sibuk membuka aplikasi belanja online untuk mencari box bayi yang sesuai dengan budget yang aku miliki. Pokoknya aku akan membeli dengan uangku sendiri tanpa menyusahkan Woojin.

"Jangan gitu dong sayang. Kamu harus makan karena sekarang kamu makan bukan untuk kamu sendiri tetapi ada calon bayi kita di dalam perut kamu sayang yang membutuhkan makanan juga. Aku tahu kamu pasti masih marah sama aku. Apakah kamu tidak mau memaafkan aku sayang? Apa yang harus aku lakukan agar kamu memaafkan aku sayang", ujar Woojin

"Serius aku masih kenyang. Nanti kalau aku lapar, aku bisa pesan makanan sendiri jadi kamu tenang saja", sahutku masih sibuk memegang handphoneku

"Tuh khan kamu masih marah banget sama aku karena kata-kata kamu dingin banget dan aku perhatikan kamu sibuk banget dengan handphone kamu. Kamu sedang chatan sama siapa sih sayang", ujar Woojin

"Aku tidak sedang chat sama siapa-siapa, aku sedang membuka aplikasi belanja online untuk mencari box bayi yang sesuai dengan budget yang aku miliki", ujarku dengan nada dingin

"Astaga sayang. Aku khan hanya becanda. Kamu tidak perlu membeli box bayi dengan uang kamu sendiri. Aku yang akan membelikannya. Aku ini suami kamu dan ayah dari calon bayi yang ada di perut kamu. Pokoknya besok kita kembali ke toko tadi dan kita akan membeli box bayi yang palin bagus dan mahal", sahut Woojin

"Woojin apakah kamu mencintai aku? Atau kamu terpaksa mencintai aku karena aku sedang mengandung calon bayi kita", ujarku sambip menatap matanya Woojin

"Astaga sayang kenapa kamu bilang seperti itu. Aku sangat mencintai kamu sayang. Kamu adalah belahan hatiku dan kita sebentar lagi akan menikah. Masa kamu masih ragu dengan cintaku sayang", ujar Woojin

"Aku tidak masalah kok kalau harus membesarkan calon bayi ini seorang diri kalau Woojin tidak betul-betul mencintai aku atau kita bisa membesarkan calon bayi kita ini bersama tanpa harus menikah", ujarku

"Kamu ngomong apa sih sayang. Kalau kamu mau saat ini juga aku akan menikahi kamu sayang. Aku bisa gila kalau kamu tidak ada di sisi aku sayang. Aku mohon maafkan aku sayang. Aku harus gimana lagi supaya kamu memaafkan kamu sayang", sahut Woojin

"Aku sudah memaafkan kamu kok Woojin. Aku mengantuk jadi aku mau tidur duluan ya", ujarku

"Kamu belum memaafkan aku karena kamu memanggil namaku dan bukan sebutan sayang. Kamu tidak boleh tidur dulu. Pokoknya kamu harus makan dulu. Aku akan pesan makanan dulu", sahut Woojin dengan nada tegas sambil siap-siap mau menelpon restoran yang ada di hotel ini

"Tapi aku belum lapar dan aku ingin tidur", ujarku

"Lapar tidak lapar kamu harus makan dulu baru kamu boleh tidur. Aku tidak mau kenapa-kenapa apalagi kalau kamu sampai jatuh sakit", ujar Woojin

Cinta Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang