02

12K 1.7K 220
                                    


Rupanya memang tak terlalu banyak yang bisa dikerjakan di mansion ini. Jaemin hanya sibuk beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Sebagian besar pelayan terlihat masih enggan untuk menerimanya. Beberapa dari mereka mungkin ada yang sedikit iba padanya, tapi mayoritas merasa kesal karena posisinya yang kemungkinan akan membuat Renjun tersaingi. Karena tubuhnya lemah, Renjun amat disayangi di tempat ini. Jaemin mengerti. Renjun tumbuh besar bersama orang-orang itu.

Sementara ini, Jaemin hanya akan menikmati waktunya sebagai putra Duke yang baru saja datang dan berusaha beradaptasi dengan kemewahan. Jaemin berjalan-jalan mengelilingi kompleks mansion mewah milik sang Duke dan taman-taman indah yang terawat dengan baik. Tapi jika dipikir-pikir, taman itu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan hasil kerja Qona, makhluk sihir peliharaannya. Ia juga melihat koleksi benda sihir yang cukup langka di kekaisaran.

Jaemin sempat berinvestasi di bengkel pembuatan benda-benda sihir, tapi para tukang itu malah membodohinya. Oleh karena itu Jaemin membalas dendam dengan cara mengambil alih suplai batu manna, yang notabene adalah bahan baku untuk pembuatan alat sihir. Ia berhasil membujuk pemilik tambang agar mau menjual seluruh hasil tambang padanya. Jaemin membujuknya dengan cara mencarikan jodoh untuknya. Orang itu adalah seorang count yang sangat kaku dan kikuk dalam pergaulan, jadi dia kesulitan untuk menemukan pendamping hidup.

Tak sulit bagi Jaemin untuk mengatur beberapa pertemuan dan memberikan nasehat pribadi untuk sang count. Usahanya sunguh tak percuma, karena selain ia bisa membeli hasil tambang itu, Jaemin juga diperbolehkan memiliki beberapa bagian kepemilikan dari tambang tersebut. Itu karena sang Count merasa sangat berterimakasih padanya. Setelah itu, bengkel benda sihir memohon-mohon pada Jaemin agar bersedia menjual batu manna yang ia simpan. Jaemin setuju setelah menaikkan harganya dua kali lipat. Mereka tak punya pilihan lain karena mereka juga sudah didesak oleh pelanggan yang juga sudah memesan benda sihir.

"Tuan muda, anda mendapat surat," kata pelayan yang sekarang mendampingi Jaemin.

Sebelah alis Jaemin terangkat, tak menyangka bahwa ia akan mendapatkan surat secepat ini. Ia mendesah malas saat melihat segel kekaisaran di amplop itu. Pada akhirnya ia juga harus membantu Jeno. Seperti itulah hubungan timbal balik mereka. Jeno membantunya masuk ke rumah ini dan ia juga akan membantu Jeno. Seperti yang ia duga, surat itu berisi undangan minum teh dari permaisuri. Pasti permaisuri sudah mendengar kabar mengenai seseorang yang pergi ke pesta bersama Jeno.

Keesokan harinya, Jaemin dan Renjun bersiap untuk pergi ke pesta teh yang diselenggarakan oleh Permaisuri. Di kereta kuda, mereka tak saling bertukar kata sedikitpun. Walaupun Jaemin tetap berusaha ramah dengan tersenyum padanya, Renjun tak menggubrisnya sama sekali. Hari ini Renjun merasa sangat sial. Ia ingin menolak pergi tapi tak bisa karena itu adalah undangan langsung dari permaisuri. Padahal Renjun sedang belum ingin mengunjungi istana saat ini.

"Selamat datang, tuan muda Renjun Xavier dan tuan muda Jaemin Xavier. Silahkan ikuti kami," kata salah seorang pelayan yang menyambut kedatangan mereka. Lalu keduanya dibawa oleh pelayan itu untuk berjalan menuju istana permaisuri. Pesta tehnya diadakan di kebun mawar kesukaan sang permaisuri.

Keduanya sampai di sebuah taman luas yang sangat cantik dengan adanya kolam kecil di pinggirannya. Ada sebuah meja berbentuk persegi panjang yang telah diisi dengan berbagai macam kue dan teko teh untuk masing-masing orang. Sudah ada dua orang ansent dan tiga orang nona yang duduk disana, yang salah satunya Jaemin yakin adalah mantan kekasih pangeran Jeno. Jaemin memasang wajah penuh senyum pada mereka.

"Selamat datang," kata salah seorang ansent. "Silahkan duduk. Yang mulia permaisuri akan datang sebentar lagi."

Jaemin dan Renjun mengangguk kecil dan duduk. Seorang pelayan membantu menarikkan kursi untuk mereka. Saat duduk, Jaemin bertemu pandang dengan ansent yang menyapa mereka barusan. Jika dilihat dari gelagatnya, maka ansent inilah yang sepertinya bernama Haechan. Putra bungsu dari Marquis Siemen. Sikapnya seolah-olah ia adalah tuan rumah tempat ini, atau setidaknya ia berpikir ia-lah yang akan memiliki tempat ini nantinya. Yah, itu tak salah juga.

{JGN DIBACA LAGI, UDAH AKAN DI-UNPUB} Perjanjian Dengan Pangeran (nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang