56

5.1K 915 253
                                    

(lanjutan flashback)

Akhirnya pernikahan itu terjadi dan ini adalah malam pertama Jeno bersama selir barunya. Sebelumnya mereka tak banyak berinteraksi karena Jeno tak punya waktu. Bisa dibilang, ini pertama kalinya Jeno dan Shotaro berduaan di ruangan yang sama. Istana yang ditempati oleh Shotaro adalah istana bekas Pangeran Sungchan yang berjarak cukup dekat dengan istana Permaisuri. Layaknya pengantin baru pada umumnya, beberapa ritual malam pertama dilakukan oleh keduanya.

Tubuh Jeno sudah beraroma bunga segar yang sengaja diletakkan di air mandinya bersama minyak aroma. Jubah tidurnya sedikit transparan, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang kekar dan panas. Ia memasuki kamar dimana istri barunya berada. Ansent imut itu sudah menunggu di dalam dengan wajah merona merah. Sebotol alkohol dan dua buah gelas disediakan di atas meja agar mereka bisa menyesapnya sebelum mulai melakukan malam pertama. Jeno memilih duduk di kursi lebih dulu dan menuangkan anggur. Shotaro ikut duduk di hadapannya sambil tersipu malu, saat melirik pada tubuh Jeno yang terekspos.

Di mata Jeno, Shotaro memiliki wajah khas yang imut dan mudah disukai orang-orang. Ia tahu bahwa beberapa pelayan mulai memberikan penilaian yang baik terhadapnya. Matanya menyorotkan kehangatan. Tubuhnya yang mungil juga cukup menyegarkan. Apalagi dengan pakaian yang nyaris transparan itu, menambah keseksiannya. Dan semu merah di wajahnya membuatnya nampak begitu polos, seolah pasrah dengan apapun yang akan Jeno lakukan.

"Sebelumnya, kita belum pernah berinteraksi sama sekali," gumam Jeno, menyesap anggurnya.

"Benar, Yang Mulia," angguk Shotaro, tersenyum malu-malu. "Tapi saya sangat mengenal anda. Anda adalah orang paling terkenal di kalangan ahli pedang."

"Ah, benar. Aku dengar kau suka berpedang."

"Karena menurut saya, seorang ansent itu tidak harus selalu lemah. Walaupun tubuh kami tidak sekuat para dominan, setidaknya kami harus bisa membela diri. Seseorang yang manja hanya akan merepotkan para dominan, jadi saya sebisa mungkin melatih tubuh saya agar tidak merepotkan orang lain," kata Shotaro, kali ini terlihat lebih percaya diri.

"Kau memiliki kepercayaan diri yang tinggi," gumam Jeno, tersenyum tipis. Ia merasa Shotaro agak mirip dengan Haechan yang dulu, tapi lebih blak-blakan.

"Apa menurut anda itu hal yang buruk?"

"Ah, tidak. Itu sangat bagus. Para bangsawan dituntut untuk selalu percaya diri karena secara otomatis akan menjadi pusat perhatian," jawab Jeno.

"Sejujurnya saya sangat mengagumi anda," aku Shotaro. "Nama anda sangat tersohor  sampai ke Kerajaan kami karena berhasil menghentikan pemberontakan dan melindungi tahta. Hanya anda yang berhasil membuat hati saya tergerak dan kagum. Bahkan seperti rumor yang beredar, Yang Mulia memiliki paras tampan. Saya semakin menyukai anda."

"Kupikir kau terlalu memuji," kata Jeno, tersenyum simpul.

"Saya hanya berusaha jujur. Makanya saya sangat pemilih untuk urusan pasangan, sampai ayah merasa pusing dan kesal. Saya menginginkan seseorang seperti anda dan entah keberuntungan darimana yang melamar saya adalah orang yang paling saya kagumi. Saya sangat antusias hingga sulit mengendalikan diri saat itu, Yang Mulia," balas Shotaro.

Jeno memperhatikan lagi fisik Shotaro yang menawan. Bibir mungilnya begitu basah dan siap untuk menerima cumbuan. Jeno tahu Shotaro sedang mendamba sentuhannya, karena sejak tadi anak itu tak segan-segan menunjukkan gerakan kecil yang seksi untuk menggodanya. Rupanya ia lebih baik daripada Haechan saat melakukannya. "Ini adalah malam pertama kita."

"Iya, Yang Mulia," lirih Shotaro dengan suara yang sedikit mendesah, hingga menggigit bibirnya sedikit.

Itu isyarat yang seksi di mata Jeno. "Artinya kita baru saja saling mengenal," imbuhnya, sembari tangannya menangkap jemari Shotaro yang diletakkan di meja. Jeno mengecupnya sekilas. "Mengenalmu membuatku senang. Lain kali aku akan menyediakan waktu untuk mengobrol lebih banyak denganmu. Selamat malam."

{JGN DIBACA LAGI, UDAH AKAN DI-UNPUB} Perjanjian Dengan Pangeran (nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang