05

9.4K 1.5K 92
                                    


Menyulam adalah salah satu keahlian yang harus dikuasai oleh para nona dan ansent. Jaemin yang seumur hidupnya enggan melakukan hal cantik seperti itu, cukup merasa bergidik saat ayahnya menawarkan padanya untuk belajar menyulam. Tapi Jaemin tak menolak. Justru ia melihat ini sebagai kesempatan untuk mendekati Renjun. Pasalnya ia akan belajar pada guru yang sama dengan Renjun.

Guru yang dimaksud adalah Viscountess Joy Macmillan, seseorang yang memiliki kepribadian hangat. Kehidupannya bersama sang suami penuh dengan cinta dan gairah. Sebagai informasi tambahan, Viscountess juga sudah sering berbelanja pakaian di butik milik Jaemin. Dia termasuk pelanggan prioritas. Ah, dia juga menggilai parfum produksi dari salah satu usaha tempat Jaemin menginvestasikan uangnya. Bisa dibilang, Jaemin memiliki sedikit hubungan dengan orang ini walaupun secara tak langsung.

Mereka bertiga duduk di area taman belakang Mansion Duke karena menginginkan suasana hijau yang nyaman. Seperti yang dirumorkan, Joy memanglah hangat dan menyambut Jaemin dengan ramah. Joy dengan sabar mengajari Jaemin yang tangannya tak terlalu terampil. Jaemin merasa cukup tertekan. Kegiatan penuh kesabaran seperti ini sama sekali bukan kesukaannya.

"Bukankah kau ingin menyulam saputangan untuk Pangeran?" tanya Joy, mencoba membuat Jaemin termotivasi.

"Eh, eum itu bukan ide yang buruk, hanya saja kemampuanku masih sangat buruk," kata Jaemin.

"Kalau kau belajar lebih giat, kemampuanmu akan lebih baik," gumam Joy.

Jaemin tersenyum dan mengangguk. Rasanya tak enak mengecewakan nyonya ini, tapi Jaemin tak berniat sama sekali untuk belajar lebih giat. Niatnya kemari hanya untuk memprovokasi Renjun. Nah, ia akan melakukannya sekarang. "Menurut nyonya, apa aku dan pangeran Jeno adalah pasangan yang cocok?"

"Ah kenapa kau terdengar tak percaya diri begitu? Menurutku kalian berdua adalah pasangan yang sangat serasi. Aku juga berada disana saat kalian berdansa bersama," jawab Joy.

"Begitukah?" gumam Jaemin, agak tersipu. "Aku senang mendengarnya, tapi jika dibandingkan dengan Pangeran Mark dan Haechan aku jadi sedikit minder."

Joy menelan ludah kaku. "Eum, Pangeran Mark dan Haechan?"

Jaemin menatap Joy. "Saat aku berkunjung ke istana baru-baru ini, para pelayan membicarakan tentang mereka terus menerus. Ah, bahkan pelayan istana sampai berkata seperti itu," gumam Jaemin, tapi ia diam-diam melirik Renjun yang terdiam dengan raut kaku.

Joy nampak serba salah. "Ah, menurutku mereka juga cocok. Tapi bagiku kalian berdua yang paling pas. Lagipula, kalian lebih rupawan. Eh, itu menurutku."

"Terimakasih atas pujiannya, Nyonya," kata Jaemin, tersenyum sumringah. Bukan pujian yang ia inginkan, tapi Jaemin hanya ingin melihat reaksi Joy dan Renjun. Kelihatannya Renjun sering bercerita pada Joy mengenai perasaannya. Jelas sekali Joy merasa sangat tidak enak pada Renjun.

Pelajaran berlangsung dengan cukup tenang, lalu waktunya Joy untuk kembali ke kediamannya. Jaemin dan Renjun mengantar guru mereka sampai ke kereta kudanya. Joy berjanji akan datang tiap dua hari sekali karena Jaemin butuh pelajaran yang lebih intensif. Walaupun sedikit mengeluh, Jaemin tak bisa menolak sama sekali. Mana Joy memaksanya untuk membuatkan Jeno saputangan pula.

"Aku duluan..."

"Apa kau tidak ingin membalas mereka?" tanya Jaemin, mencegah Renjun melangkah pergi.

Renjun mengerjap. "Aku tidak mengerti apa...."

"Bukankah dia akan sangat cocok menjadi Duke dan menggantikan ayah kita?" sela Jaemin lagi.

Renjun menggigit bibir. "Kau..."

"Sudah jelas dia mencampakanmu demi posisi Putra mahkota," kata Jaemin. "Jika Pangeran Jeno yang menjadi putra mahkota, apakah dia akan tetap bersama Haechan? Atau, jangan katakan bahwa dia memang mencintai Haechan?"

{JGN DIBACA LAGI, UDAH AKAN DI-UNPUB} Perjanjian Dengan Pangeran (nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang