16

7.9K 1.2K 69
                                    

Oya, maaf lama. Kmrn aku ada kuota jadi ngabisin kuota dulu wkwkwk

Btw pas aku nanya book-nya susah atau gak, rupanya itu aku yg kesulitan nulisnya. Soalnya harus bolak balik baca ulang biar ga ada plot hole. Jujur kadang males baca tulisan sendiri, haha

.

.


.


.

.

.







"Rencanamu sangat brilian, Jaemin. Aku benar-benar kagum padamu," gumam Permaisuri saat memanggil Jaemin untuk minum teh bersama.

"Terimakasih atas pujian anda, Yang Mulia. Walaupun saya tidak bisa apa-apa jika tanpa bantuan anda," balas Jaemin. Sejak Permaisuri mengundangnya minum teh bersama, Jaemin tahu bahwa Permaisuri tengah menjalankan rencananya.

"Kau benar-benar memperhatikan rakyat dengan baik. Oleh karena itu, aku ingin ada lebih banyak anak muda yang melakukan hal baik sepertimu," gumam sang Permaisuri. "Aku sangat ingin ikut serta secara langsung, tapi sepertinya waktuku tidak cukup. Sebagai gantinya, aku meminta Haechan untuk membantumu. Aku juga sangat yakin bahwa Haechan akan memberikan bantuan yang berguna untuk rencanamu. Kau tidak keberatan, kan?"

Jaemin tersenyum kecil. "Tentu saja tidak, Baginda. Saya dengan senang hati menerima bantuan dari Haechan. Itu hal yang sangat bagus untuk rencana ini."

"Aku senang mendengarnya," kata Taeyong sembari tersenyum senang. "Aku takut kau akan keberatan karena kalian digadang-gadang akan menjadi rival. Tapi kau sangat berbesar hati demi rakyat. Aku semakin kagum padamu."

Jaemin juga tersenyum senang. Ia sudah memprediksi hal ini. "Justru, sejujurnya saya juga memiliki pemikiran yang sama dengan Baginda Permaisuri. Saya ingin mengutarakannya pada Baginda, tapi saya tidak memiliki keberanian. Saya benar-benar senang karena Permaisuri mengatakannya lebih dulu pada saya."

"Begitukah?" tanya Permaisuri, sedikit terkejut dengan ucapan Jaemin.

"Tuan Muda Haechan dari kediaman Siemens sudah tiba, Tuan Muda," kata salah seorang pelayan yang melayani Jaemin.

"Suruh dia masuk," kata Jaemin, lalu kembali fokus memilah surat-surat yang ia terima. Kemarin ia sudah mengirimkan surat-surat kepada beberapa pebisnis kenalannya. Isi suratnya kurang lebih sama, jadi ia membuat satu contoh dan meminta pelayan untuk menyalinnya. Beberapa dari mereka sudah mengirimkan balasan.

"Selamat siang, Jaemin," kata Haechan, begitu masuk ke ruang baca istana Jeno yang kini beralih fungsi menjadi ruang kerja Jaemin.

"Selamat siang. Silahkan duduk, Haechan," kata Jaemin dengan nada ceria. "Aku sudah menyiapkan kue-kue untuk menemani kita bekerja."

Haechan duduk sembari menatap Jaemin lamat-lamat. Entah Jaemin berpura-pura ceria atau memang Jaemin terlalu polos hingga tak menyadari bahwa Haechan sedang berusaha mengambil keuntungan dari rencananya. "Permaisuri memintaku untuk membantumu. Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik."

"Aku harap begitu. Aku sangat senang karena Permaisuri duluan yang memintaku melibatkanmu," kata Jaemin, bersemangat.

"Oh, ya?" gumam Haechan, menaikkan sebelah alisnya.

"Lebih banyak orang yang terlibat lebih baik," angguk Jaemin, menuangkan teh untuk Haechan. "Aku sadar bahwa latar belakangku tak sebaik dirimu. Akan lebih baik jika kau turut serta dalam rencana ini."

"Aku senang bisa membantu kalau begitu," kata Haechan, tersenyum kecil.

Jaemin meletakkan teko tehnya perlahan. Ia tahu bahwa Permaisuri dan Haechan akan memanfaatkan kekurangan dirinya yang ini. Oleh karena itu ia membiarkan saja. Karena memang benar bahwa dengan adanya Haechan, para bangsawan akan semakin yakin untuk mendukung rencana ini. Walaupun sudah disetujui dan didukung Permaisuri, pasti ada saja keraguan dan celah yang akan dimanfaatkan oleh para bangsawan untuk menjatuhkan Jaemin. Justru hal ini memang sangat membantu Jaemin.

{JGN DIBACA LAGI, UDAH AKAN DI-UNPUB} Perjanjian Dengan Pangeran (nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang