63

4.9K 944 103
                                    

Pagi harinya di istana, berita mengenai kematian Earl Eugene telah tersebar. Dikabarkan bahwa beliau bunuh diri dengan cara membakar dirinya sendiri di dalam sel. Api itu ia dapatkan dari obor kecil yang menjadi penerang satu-satunya di tempat itu. Sepertinya sang Earl mengumpulkan jerami-jerami untuk membuat apinya membesar. Karena kejahatannya cukup besar, tak banyak orang bersimpati padanya. Bahkan pemakaman untuknya dilakukan dengan cara biasa. Hanya ada Yeonjun yang terlihat menangisi ibunya dengan pilu.

Jaemin hanya memperhatikan dari jauh tanpa berniat menghampiri. Lagipula banyak penjaga yang berjaga disana. Ia juga tak masalah, karena itu adalah akhir yang pantas untuk orang jahat itu. Semalam sepertinya ia agak mabuk gara-gara Jeno memasukkan anggur ke dalam mulutnya. Bangun-bangun tadi kepalanya jadi agak pusing. Ia mengeluh. Kini waktunya ia kembali untuk melaksanakan jadwal yang ada. Hari ini ia harus mengunjungi gedung baru akademi rakyat bersama Permaisuri, Haechan dan Renjun.

Tokoh utamanya memang mereka, tapi ia dengar beberapa bangsawan lain juga akan ikut. Terutama yang memberikan banyak sumbangan untuk akademi ini. Pakaian yang dipilih oleh Jaemin adalah pakaian yang cukup sederhana, karena ini adalah untuk acara amal. Sejujurnya ia masih agak bingung untuk menghadapi Renjun. Si bodoh itu, entah bagaimana keadaannya sekarang. Entah ia akan menampakkan raut pura-pura tenang atau raut kacau yang mencurigakan.

Semuanya terjawab saat melihat raut murung Renjun, yang kini juga terlihat agak tirus. Jaemin merasa aneh, dari yang ia tahu orang hamil akan memiliki nafsu makan berlebih. Tapi Renjun malah terlihat seperti orang yang tidak makan seminggu. Anak itu juga terlihat kosong, seolah separuh hidupnya dihabiskan dengan memikirkan banyak sekali beban. Yah, tidak heran juga. Keadaan Duchy juga pasti sedang tidak baik saat ini.

"Renjun, apa kau sakit?" tanya Permaisuri saat melihat wajah Renjun yang agak pias.

"Maafkan saya karena membuat anda khawatir, Yang Mulia. Saya baik-baik saja, hanya agak gugup," jawab Renjun.

"Baiklah. Jika kau merasa kurang baik, jangan ragu untuk beristirahat," ucap Permaisuri dengan nada pengertian.

Bolehkah Jaemin berteriak pada Permaisuri bahwa ini adalah ulah dari anak kesayangannya? Sayangnya tak bisa. Karena bisa saja Permaisuri malah memiliki niat buruk pada Renjun demi menjaga citra anaknya. Sebenarnya Jaemin cukup lelah memikirkan apapun. Tapi waktu terus berjalan, seolah tak membiarkan Jaemin beristirahat walau sejenak. Bahkan saat berada di kereta kuda bersama tiga orang ini-pun, Jaemin tak dibiarkan istirahat.

"Jadi, bagaimana pelajaranmu bersama Duchess Leonor, Jaemin?" tanya sang Permaisuri.

"Saya belajar banyak, Yang Mulia. Duchess sangat membantu saya dalam memahami materi," jawab Jaemin, diplomatis.

"Syukurlah kalau kalian berdua cocok. Walaupun aku cukup kesulitan untuk melihat sejauh mana yang sudah kau pelajari. Hubunganku dan Leonor itu sayangnya cukup kaku," gumam Taeyong, mengeluh sendiri. "Sepertinya aku juga harus mulai mencari guru lain untuk tunangan Mark."

Tiga orang ansent lainnya yang berada di kereta itu tiba-tiba menjadi kaku mendengar kalimat Taeyong yang terakhir. Semuanya tahu dengan jelas bahwa Taeyong lebih condong pada Haechan sekarang. Jaemin merasa kepalanya berputar-putar. Tak bisa membayangkan bagaimana nantinya jika Mark malah bertunangan dengan Haechan. Diam-diam ia melirik pada Renjun yang berekspresi rumit. Huft, lagi-lagi otak Jaemin memikirkan jalan keluar untuk masalah berat ini.

Acara amal berlangsung cukup lancar tanpa kendala berarti. Hanya saja tiba-tiba Renjun meminta untuk pulang duluan dan Jaemin menawarkan diri untuk menemaninya. Di jalan, Renjun hanya termenung menatap jendela dengan tatapan kosong. Jaemin jadi tak tega untuk mengajaknya bicara mengenai hal tadi. Mungkin Renjun butuh waktu lebih untuk menenangkan diri. Ia membantu Renjun masuk ke mansion keluarga Xavier di ibukota dan menyuruhnya untuk langsung tidur. Cukup lama Jaemin disana, memastikan kebutuhan Renjun tercukupi dan pelayan cakap untuk melayaninya nanti.

{JGN DIBACA LAGI, UDAH AKAN DI-UNPUB} Perjanjian Dengan Pangeran (nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang