62 (lanjutan flashback Jaemin kabur)

4.5K 842 82
                                    

Suara gemericik air menjadi latar belakang yang menenangkan saat Jeno dan Jaemin berendam bersama di kolam mandi Kaisar. Beberapa kali sudah Jeno mengajak Jaemin berendam bersama. Besok Jeno akan berkunjung ke kuil yang terletak di ujung ibukota bersama Permaisuri. Maka dari itu, Jeno ingin menghabiskan waktu bersama Jaemin untuk memenuhi hasratnya.

"Apa aku terlalu sering mengulumnya, sepertinya ini agak bengkak," gumam Jeno, menyentuh bagian dada Jaemin.

"Nafsu anda akhir-akhir ini memang membuat saya kewalahan," kata Jaemin, diam-diam memprotes.

Jeno mendengus geli. "Maafkan aku kalau begitu."

"Padahal anda sudah memiliki selir untuk melakukannya," gumam Jaemin.

Jeno membalik tubuh Jaemin dan memeluknya dari belakang. "Malam memadu kasih belum ditentukan, dan aku tidak ingin rencana kita berantakan jika aku mulai mendekati selir itu. Ngomong-ngomong sepertinya Permaisuri sudah mulai bersitegang dengan para pendukungnya. Hubungan mereka nampak lebih dingin."

"Itu artinya rencana kita berhasil, Yang Mulia."

"Saat kekuatan politik Permaisuri melemah, kupikir aku baru bisa memikirkan penerus," kata Jeno.

Jaemin terdiam sesaat. "Ah, itu rencana yang bagus, Yang Mulia."

Jeno mengecup pipi Jaemin dari belakang. "Kau terdengar kurang antusias."

Tangan Jaemin menyentuh wajah Jeno yang berada di belakangnya. "Sudah waktunya anda memikirkan penerus dan anda harus menjaganya dari orang-orang yang mungkin membahayakannya."

"Aku penasaran bagaimana rasanya menjadi seorang ayah. Kurasa tidak buruk juga memiliki anak dari selir itu," gumam Jeno.

"Anda terdengar berbeda saat membicarakan perihal anak," canda Jaemin.

Jeno membalik tubuh Jaemin agar menghadap padanya. "Itu akan menjadi warna baru dalam hidupku. Kudengar seseorang akan berubah saat memiliki anak."

Jaemin tersenyum simpul, memilih melingkarkan tangannya ke leher Jeno. "Mungkin anda tidak akan terlalu mesum lagi."

"Aku tidak yakin kalau itu," kekeh Jeno, menikmati tubuh telanjang Jaemin di dalam air. Kulit Jaemin sangat halus dan lembut.

"Anda sangat cabul," sungut Jaemin, memperhatikan tatapan liar Jeno pada tubuhnya.

"Kau terlalu menarik," gumam Jeno, mengangkat tubuh Jaemin dan mendudukannya di pinggir kolam. Tinggi kolam hanya sebatas dadanya, kini ia mendongak pada Jaemin dengan raut jahil. "Haruskah aku memanjakanmu?"

Tanpa perlu menunggu jawaban Jaemin, Jeno sudah menenggelamkan kepalanya diantara paha Jaemin dan mencumbu bagian itu. Jaemin hanya mampu menggigit bibir sambil menopang tubuhnya dengan kedua tangan karena Jeno memegang dua pahanya sambil menaikkannya ke atas agar lebih mudah melakukan cumbuan. Ia menahan kuat desahannya, membiarkan Jeno mendapat akses penuh untuk memanjakannya. Bagi Jaemin, Jeno memang kelewat cabul tapi sayang ia juga sangat menikmati aksi mesum Kaisar itu.

Paginya, Jaemin bangun dengan Jeno yang berada dalam pelukannya. Habis berendam kemarin, mereka melanjutkan permainan di atas kasur dan tertidur setelah Jaemin merengek kelelahan. Jeno memeluk tubuh Jaemin dan bersandar ke dadanya. Jaemin sudah lupa kapan terakhir kali ia tidur sendirian. Jeno selalu datang dan kalaupun kelelahan ia hanya akan tidur sambil memeluknya seperti sekarang. Jaemin menatap wajah Jeno yang masih tertidur dengan tenang. Kaisar terlihat sangat polos saat-saat seperti ini.

Tangan Jaemin naik perlahan untuk mengusap sisi wajah Jeno. Kaisar memiliki wajah yang sangat tampan dengan tonjolan kemaskulinannya yang sangat kentara. Meski begitu, terkadang wajahnya bisa sangat lucu saat bertingkah sedikit manja. Beberapa kali Jeno mengeluh saat ia merasa lelah dengan pekerjaannya. Lalu setelah itu mereka berhubungan intim untuk melepaskan stress. Jika dipikir-pikir, interaksi mereka lebih banyak saling bercumbu daripada berdiskusi.

{JGN DIBACA LAGI, UDAH AKAN DI-UNPUB} Perjanjian Dengan Pangeran (nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang