Memberikan arahan kepada orang-orang kepercayaannya rupanya tak cukup hanya setengah hari. Bersama Jeno, Jaemin berkoordinasi untuk mengatur hal-hal utama yang penting untuk dilakukan lebih dulu. Modal yang mereka butuhkan juga sangat besar. Anak buah Jeno mengamankannya di Ozay, dan hanya akan diambil sesuai dengan anggaran yang dibutuhkan. Itupun harus mendapat persetujuan Jeno dan Jaemin lebih dulu. Jaemin sedikit mengeluh, akan lebih mudah jika dirinya yang mengurus langsung.
"Selesaikan dulu beberapa pembangunan dalam waktu yang cepat. Yang paling penting adalah fasilitas di pelabuhan," gumam Jaemin, memberi arahan pada Bangchan yang akan ia kirim pergi sebagai tangan kanannya disana. "Kau bisa merekrut orang-orang yang kau percayai lebih dulu. Salah satu alasanku memilihmu adalah karena kau memiliki relasi yang banyak."
"Saya akan melakukannya, Tuan muda," angguk Bangchan, sedikit lebih kaku karena merasa terus dipelototi oleh seseorang. Ah, mungkin hanya perasaannya saja.
"Selain pelabuhan dan penginapan, mungkin pembangunan lainnya bisa kita lakukan secara bertahap. Selain itu kita akan tetap menjaga keaslian daerah itu agar tetap terasa khas. Itu juga berguna agar tidak terlalu mencolok. Aturlah agar tempat ini seolah-olah dibangun oleh warga setempat tanpa campur tangan pihak lain," kata Jaemin lagi, sambil terus berpikir. "Kita hanya perlu membuat kapal lebih banyak singgah dan biarkan orang-orang itu merasa tertarik secara alami, lalu mereka sendiri yang akan menjadi media promosi kita. Bagaimana menurutmu, Jeno?"
"Aku setuju," sahut Jeno, langsung. Jeno tak akan meragukan kemampuan Jaemin, jadi ia akan setuju saja.
"Ah, Seungmin!" panggil Jaemin. "Karena kupikir wisatawan luar Kekaisaran akan jauh lebih aman, kita harus menargetkan kerajaan terdekat dengan daerah Ozay. Cari tahu produk unik apa saja dari kerajaan lain yang bisa kita impor kesini. Kita akan memanfaatkan itu agar para pedagang disana mau melewati pelabuhan ini."
"Tapi Tuan Muda, daerah ini sangat jauh dari ibukota. Harganya akan melonjak tinggi karena biaya transportasi. Kita bisa saja rugi jika produknya tidak terjual," gumam Seungmin.
"Hm, benar juga," gumam Jaemin, mempertimbangkan ucapan Seungmin. "Kalau begitu cari bahan baku yang hanya bisa didapatkan di kerajaan mereka. Kita akan mengolahnya disini untuk memangkas biaya produksi. Ah, tidak kita akan memproduksinya di wilayah Ozay, itu akan menjadi lebih unik dan bernilai jual lebih tinggi."
Begitulah Jaemin yang terlalu bersemangat jika membicarakan urusan bisnis dan cara-cara terbaik mendapatkan uang. Tak terasa hari sudah sangat malam dan terpaksa ia tidur di tempat tinggal lamanya. Jaemin menyuruh Jeno mencari penginapan, tapi Jeno menolak. Alih-alih, Pangeran itu malah ikut masuk ke kamar lamanya diatas kafe. Jaemin menatap kesal tubuh besar Jeno yang sudah berbaring menguasai kasurnya yang berukuran kecil itu. Padahal ia baru saja selesai mandi dan ingin langsung tiduran.
"Kasur itu milikku!"
"Lalu aku tidur dimana? Tidak ada sofa disini. Tidak mungkin kau menyuruh seorang pangeran tidur di lantai," gumam Jeno, ogah-ogahan. Ia baru selesai makan malam dan mandi di lantai bawah. Bajunya ia pinjam dari salah satu pegawai Jaemin.
"Karena itulah aku menyuruhmu mencari penginapan," sungut Jaemin, menghampiri kasurnya dan mencoba mendorong tubuh bongsor Jeno. Tapi tak bisa, tubuh Jeno bahkan tak bergeming.
"Aneh sekali menyuruh tunanganmu pergi mencari penginapan sementara kau punya kamar untuk tidur," kata Jeno. "Kamarmu sangat minimalis."
"Kamar ini dibuat berdasarkan fungsi, tentu saja aku hanya membuatnya sesuai kebutuhanku. Aku tidak akan mengeluarkan uang jika tidak perlu," sungut Jaemin, akhirnya menyerah dan ikut berbaring di samping Jeno. "Sempit sekali. Kasur ini hanya untuk satu orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
{JGN DIBACA LAGI, UDAH AKAN DI-UNPUB} Perjanjian Dengan Pangeran (nomin)
FanfictionPangeran kedua yang sedang patah hati mengajak Jaemin bertunangan Baca aja udah, gak bakal di unpub kalo blm ending. Pas udah ending baru unpub sebagian