(lanjutan flashback)
Dengan perantara surat, Jaemin berhasil menyampaikan pesannya pada Jisung. Setelah suratnya sampai, Jisung tidak membalasnya, melainkan langsung pergi ke ibukota untuk segera bertemu dengan Haechan. Walaupun ia masih sangat muda untuk memanggul tanggung jawab sebagai Duke, orang-orang tak berani meremehkannya karena prestasi dan bakatnya. Dikenal sebagai setengah bangsawan, juga tumbuh dalam lingkungan yang jauh dari kebangsawanan, Jisung mampu melakukan hal-hal di luar ekspektasi banyak pihak. Yang paling mengesankan adalah bakat negosiasinya.
Diam-diam Haechan merasa takjub dengan respon cepat dari Jisung. Seingatnya tak sampai sehari surat itu sampai dan Jisung langsung mendatanginya seperti ini. Ini sekaligus bukti bahwa ucapan Jaemin benar. Jisung menganggap Jaemin sebagai seseorang yang penting dalam hidupnya. Haechan menjadi curiga jika diam-diam sebenarnya Jisung juga sedang menunggu waktu untuk bisa membebaskan Jaemin. "Selamat datang, Duke Xavier."
"Terimakasih atas penyambutan anda, Yang Mulia," balas Jisung dengan mantap.
Haechan tertegun, entah bagaimana ia merasakan pembawaan Jisung agak mirip Jaemin. "Aku tidak menyangka bahwa kau akan langsung datang kemari."
"Untuk masalah ini, saya lebih memilih untuk berbasa-basi. Bukankah lebih baik begitu, Yang Mulia?" tanya Jisung dengan senyum tipis.
"Kau benar," kata Haechan, agak canggung. Semakin bicara, Jisung semakin mirip dengan Jaemin. Sepertinya ia juga harus berhati-hati pada Jisung. "Ini mengenai surat yang diam-diam aku kirimkan padamu."
Jisung mengangguk. "Saya bisa melakukannya jika anda menjamin bahwa kakak saya bisa keluar dengan aman dari tempat ini."
"Sepertinya kau sendiri juga diam-diam berencana membebaskannya," gumam Haechan.
"Saya tidak akan menyangkalnya," kata Jisung dengan nada datar. Selama ini ia berusaha keras mencari celah untuk mencapai Jaemin. Bahkan sejak Jaemin berada dalam penjara ia sudah menyusun rencana untuk menculiknya, tapi semuanya hancur saat Kaisar malah ganti menempatkan Jaemin ke dekatnya. Ia senang Jaemin bebas dari hukuman, tapi ia sangat muak saat mendengar kabar bahwa Kaisar malah membuat kakaknya menjadi gundik.
Tapi Jisung sendiri sulit bergerak karena Jeno sangat membatasi ruang lingkup Jaemin. Ia hanya bisa mendengar kabar bahwa Kaisar mengurung Jaemin dalam kamar dan mendatanginya hampir setiap hari untuk melampiaskan nafsunya. Itu membuatnya agak kesal. Sangat kesal, malah. Walaupun ia juga mendengar bahwa kakaknya menjadi penasihat pribadi Kaisar, tapi Jisung yakin dominan itu akan menghabiskan waktu dengan mencumbu kakaknya yang cantik itu. Bahkan si brengsek Mark saja tidak bisa mengalihkan pandangan dari Jaemin saat itu.
"Itu artinya kau menyetujui perjanjian denganku," kata Haechan.
"Keluarga Xavier saja sudah cukup besar, jika pejabat bangsawan lain akhirnya tertarik bergabung dengan anda, maka anda bisa mendapatkan pijakan yang lebih kokoh. Apalagi jika nantinya anda yang melahirkan Putra Mahkota," kata Jisung, tegas.
Haechan menghela nafas panjang. Jika akhirnya ia bisa memperbaiki hubungannya dengan Jeno, maka ia akan melakukannya. "Kalau begitu, kita akan membicarakan rencananya."
Dugaan Jisung mengenai Jeno yang akan menghabiskan waktunya dengan mencumbu Jaemin memang tepat. Karena sekarang Jeno sedang menahan Jaemin di ruang kerjanya dengan menindihnya diatas sofa. Padahal seingat Jaemin, mereka sedang sibuk memeriksa laporan yang sempat tertunda karena Jeno memilih berburu monster di sekitar hutan istana. Jaemin mendongak saat cumbuan Jeno turun ke lehernya. Tangannya sibuk meremas-remas rambut Jeno karena dorongan gairah yang tak tertahankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
{JGN DIBACA LAGI, UDAH AKAN DI-UNPUB} Perjanjian Dengan Pangeran (nomin)
FanfictionPangeran kedua yang sedang patah hati mengajak Jaemin bertunangan Baca aja udah, gak bakal di unpub kalo blm ending. Pas udah ending baru unpub sebagian