Pagi-pagi Jaemin dikejutkan oleh keberadaan Jeno disisi ranjangnya. Baru saja membuka mata, Jaemin langsung bertatapan dengan Jeno yang sepertinya menunggunya bangun. Jaemin bangkit duduk dengan mata tak lepas dari Jeno yang memasang wajah datar dengan tangan terlipat di depan dada. Ia setengah menguap sambil menutup mulutnya dengan tangan, lalu merenggangkan kedua tangannya."Aku tidak kesiangan, kan?" tanya Jaemin sambil mengintip ke arah jendela yang tirainya sudah dibuka. Sinar mentari pagi menerobos masuk melalui jendela itu.
"Kau kesiangan menurut aturan rumah tangga Kekaisaran, tapi cukup pagi jika hanya untuk sarapan bersamaku. Mau sarapan bersama?" ajak Jeno.
Jaemin menggumam pelan. Beberapa pelayan masuk dan membawakan air cuci mukanya. Jaemin mengambil air dengan tangannya dan menggosokkannya ke wajah. Airnya benar-benar menyegarkan. Ia mengambil kain lap berbahan sutera yang halus dan mengeringkan wajahnya dengan dibantu salah seorang pelayan. Disini para pelayan juga menyediakan air kumur-kumur untuknya, tapi mereka meletakannya di kamar mandi atas suruhan Jaemin.
"Aku ingin mandi lebih dulu," jawab Jaemin.
"Baiklah. Aku tunggu di meja makan," gumam Jeno seraya bangkir dari kursi yang sengaja diletakkan di dekat kasur.
Sambil memperhatikan langkah kaki Jeno, Jaemin mendesah kecil. Akhir-akhir ini Jeno sering membuatnya terkejut. Dan jujur saja, Jaemin merasa kurang nyaman dengan itu. Ia tak bisa mengenyahkan pikiran bahwa mungkin saja Jeno memiliki ketertarikan padanya. Tapi apa memang seperti itu? Bisa dikatakan bahwa mereka baru saja bertemu satu sama lain dan komunikasi antara mereka juga belum se-intens itu. Entah seberapa banyak Jeno menyelidiki tentang dirinya. Jaemin harus mencari tahu.
Para pelayan membantu Jaemin membuka pakaian luarnya dan memberikan jubah mandi untuknya. Seorang pelayan yang memiliki status sebagai ansent menemaninya masuk ke dalam kamar mandi untuk membantunya mandi. Jaemin ingat namanya Jihoon Maemoon. Anak itu cukup pendiam dibandingkan dengan pelayan lainnya. Jaemin juga tak banyak mengajaknya bicara. Di kamar mandi, Jihoon membantunya melepas pakaian dan menggosok tangannya.
"Hmm Jihoon, berapa usiamu?" tegur Jaemin, menoleh pada Jihoon.
Jihoon terlihat agak terkejut. "Eum, delapan belas, Tuan Muda."
"Kau setahun lebih tua dariku," gumam Jaemin. "Sudah berapa lama kau bekerja di istana?"
"Sejak usia enam belas tahun, Tuan muda."
"Apa kau selalu bekerja di istana milik Pangeran Jeno?" tanya Jaemin lagi.
Jihoon menggeleng sambil terus menggosok bahu Jaemin. "Saat tahun pertama saya bekerja di bagian gudang dan dapur Istana. Lalu kepala pelayan menemui saya dan menyuruh saya untuk mulai bekerja sebagai tukang cuci di istana Pangeran. Lalu saya bertugas membersihkan bagian dalam istana sampai kepala pelayan memanggil saya lagi untuk melayani Tuan muda."
Jaemin manggut-manggut. "Aku mengerti. Terimakasih sudah menceritakan padaku. Ah, sepertinya aku harus cepat karena Jeno sudah menungguku."
"Baik, Tuan muda," kata Jihoon seraya meyudahi gosokannya. Ia membantu Jaemin membersihkan bagian lain yang dirasa perlu, lalu setelah selesai ia mengelap tubuh Jaemin dan membantunya memakai pakaian bersama pelayan lainnya. Dibutuhkan sekitar dua puluh menit sampai Jaemin benar-benar siap. Usai menyelesaikan pekerjaannya, Jihoon menghela nafas berat. Sudut bibirnya menurun saat menatap punggung Jaemin.
Para pelayan membukakan pintu dan mengiringi Jaemin ke ruang makan. Jaemin menghela nafas lelah, tak terbiasa diikuti oleh orang sebanyak ini. Ia tak terlalu suka karena itu cukup menyebalkan. Tapi apa boleh buat karena itu adalah perintah dari Jeno. Jaemin masih terhitung orang luar sebelum ia benar-benar bertunangan dengan Jeno. Ia memasuki ruang makan dan melihat Jeno sudah menunggunya dengan raut bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
{JGN DIBACA LAGI, UDAH AKAN DI-UNPUB} Perjanjian Dengan Pangeran (nomin)
FanficPangeran kedua yang sedang patah hati mengajak Jaemin bertunangan Baca aja udah, gak bakal di unpub kalo blm ending. Pas udah ending baru unpub sebagian