10

943 126 17
                                    


Udah nyampe chapter 10 ternyata.

Terima kasih buat kalian yang sudah ngikutin cerita ini dan ngasih dukungannya ke aku.

Tanpa kalian cerita ini hanya akan berakhir di draff dan tidak akan pernah ku publish hehehe.

Seperti biasa sebelum membaca jangan lupa vote dan comment 🤗

🍒🍒🍒

Jieun menarik piyama dari dalam lemari di dalam walking closetnya setelah baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Sejam yang lalu manajer bae berpamitan pulang usai mengisi kulkasnya full.

Senyum manisnya merekah tipis saat matanya tak sengaja melihat buket white rose yang bertengger di atas meja riasnya. Ia memang belum sempat memindahkan bunga itu ke dalam vas yang sudah ia beli sepulang dari agensinya tadi. Setelah menggunakan piyama dan menggulung rambutnya keatas, ia bergerak mencopot white rose tersebut satu persatu dari bucket dan menatanya di dalam vas.

Tangannya terulur menggapai ponsel yang ia simpan dari atas nakas, membuka fitur kamera, kemudian membuka aplikasi KakaoTalknya.

To : Produser min.

(Sending a picture)

Thank you for beautiful flower

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank you for beautiful flower

Jieun gersenyum menaruh vas tersebut diatas nakas. Beberapa menit ponselnya berbunyi yang dengan cepat diraihnya dan membuka kolom chatnya dengan Suga.

From : produser min

you're welcome. Bunga itu memang cantik sepertimu tapi kuharap kau tidak akan pernah layu sepertinya

Seulas senyum tipis mengembang di wajah cantiknya. Jantungnya berdegup kencang membaca balasan pesan dari pria itu. Jieun pernah berpikir bahwa Suga merupakan tipikal pria dingin dan kurang tau bagaimana cara mengekspresikan perasaannya. Tapi setelah beberapa bulan mengenal, gadis itu jadi meralat ucapannya.

To : produser min

_ 😁 _

Jieun menutup kolom chatnya setelah membalas kembali pesan pria itu dengan emoticon tertawa. Jieun tidak tau harus merespon apa, dan jalan amannya adalah dengan mengirimkan emoticon yang tentu saja tidak akan dibalas lagi oleh pria itu.

Suara bel yang berbunyi nyaring membuatnya terperanjat, menerka siapa yang datang ke apartemennya selarut ini. Langkahnya mengayun menuju pintu dan melihat mengintip layar intercom. Kedua alisnya menaut melihat pemandangan punggung pria yang membelakangi pintu. Itu bukan manajer bae.

BIG IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang