☕️ : Berbagi Rasa Sakit

199 15 0
                                    

"Kamu tidak perlu menahan semua rasa sakit sendirian. Aku disini."
-Arga Rakyan-

Semakin malam, angin pun bertiup semakin kencang. Beberapa orang kedinginan hingga membuat mereka masuk ke dalam tenda masing-masing. Cuaca yang sangat dingin tidak memungkinkan mereka melanjutkan kegiatan diluar tenda.

Didalam tenda, Salsa dan kedua sahabatnya saling bercerita membahas hal-hal menyenangkan yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Mereka mengenang saat mereka bertiga pertama kali bertemu saat ospek, kejadian-kejadian lucu di sekolah atau bahkan saling membahas kisah cinta.

"Bang Kafi sekarang jadi agak tirus deh, Din. Lagi sibuk ya kayaknya." Ucap Salsa kepada Andin.

Andin hanya mengangguk. Tatapannya terlihat sedih, namun ia pun memaklumi mengapa pacarnya begitu sibuk akhir-akhir ini.

"Gue jadi kepikiran deh, nanti abis lulus SMA gue ngapain ya." Ucap Meyra.

Pandangannya tampak kosong. Pikirannya terlalu larut membayangkan hal-hal yang belum pasti. Masa depannya.

"Katanya lo mau masuk tata boga, Mey?" Tanya Andin.

Diantara mereka bertiga, Meyra memang yang paling andal dalam memasak. Ia sempat berpikir ingin belajar lebih banyak lagi, tapi ia masih ragu.

"Lakuin yang lo suka aja, Mey." Ucap Salsa sambil mengelus pundaknya.

Meyra tersenyum. Ia akan memikirkannya nanti. Tidak sekarang. Kali ini ia hanya ingin melepas penat bersama teman-temannya.

"Tadi lo sama Arga kemana? Tiba-tiba ngilang." Tanya Meyra penasaran.

Sebelum ia menjawabnya, Salsa tersenyum mencurigakan. Kedua temannya pun mendekatinya karena penasaran.

"Lo berdua ngapain?" Tanya Andin dengan tatapan curiga.

"Cuman ngobrol aja."

"Cuman gue punya momen langka." Sambungnya.

"Hah apaan?" Tanya mereka berdua semakin penasaran.

Salsa pun mengambil ponselnya dari saku jaketnya dan menunjukan video yang ia ambil. Video yang memperlihatkan senyuman Arga.
Keduanya terkejut menatap apa yang baru saja ditunjukan oleh Salsa. Senyuman yang membuat Arga terlihat menggemaskan. Mereka tidak pernah tahu bahwa Arga bisa tersenyum seperti itu.

"Gilaaa. Ini si gemes banget dia. Jadi pengen gue pacarin." Ucap Andin sambil matanya tak lepas dari ponsel Salsa.

"Heh." Ucap Salsa sambil mencubit pelan Andin karena perkataannya.

Andin pun mengeluh kesakitan padahal Salsa hanya mencubitnya pelan. Semakin malam obrolan mereka pun semakin random hingga mereka tertidur.

*****

Salsa tidak sengaja terbangun karena tiba-tiba perutnya terasa sakit tanpa sebab. Ia pun mencoba untuk duduk dan menahan perutnya sambil menahan rasa nyeri.

"Ini laper atau apaan sih." Ucap sambil menggerutu saat menatap jam di layar ponselnya.

Sudah pukul 4 pagi. Baginya, ini masih terlalu pagi. Matanya terlalu berat hingga sedikit melupakan rasa sakit di perutnya dan kembali untuk tidur.

Beberapa jam setelah itu, ponsel Salsa berbunyi. Ia mendapatkan pesan dari Arga.

"Mau lari pagi bareng? Kalo masih tidur gapapa, lanjut tidur aja."

Arga mengirimkan pesan tersebut jam 5.44 pagi. Sebenarnya ia tidak tidur terlalu nyenyak berada di tenda. Entah ia tidak terbiasa tidur seperti ini ataupun ada yang menggganggu pikirannya sehingga ia kesulitan untuk memejamkan mata. Sejak malam ia berniat menghubungi Salsa. Namun ia urungkan niatnya karena takut akan mengganggu Salsa.

ArgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang