"Setidaknya bunga membuat semangat untuk seseorang sembuh itu semakin tinggi."
-Adryan Madani-Setelah mengobrol dengan Adiknya, Fajar langsung mempersiapkan diri untuk pulang ke rumahnya. Ia ingin saat Salsa terbangun dari tidurnya, ia telah berada di rumah.
Saat ia telah sampai di rumah, tentunya ia di sambut oleh kedua orangtuanya yang tampak begitu senang jika Fajar berada di rumah."Masa harus nunggu Salsa sakit biar kamu pulang ke rumah." Ucap Ibunya sambil memeluk Putra satu-satunya.
"Ah Ibu. Nanti kalo Fajar gak sibuk pasti sering pulang." Jawab Fajar.
"Dari kapan Salsa sakit?" Tanya Fajar kepada Ibunya.
"Tadi dia gak sekolah. Tapi pasti sebelumnya udah demam"
Fajar mengangguk mengerti. Ia pun segera pergi ke kamarnya untuk mengganti bajunya dan ia ingin segera melihat Salsa. Walaupun Salsa telah tertidur, namun tetap saja Fajar ingin melihatnya hingga membuatnya masuk ke kamar Salsa.
Ia menatap Salsa yang sudah tertidur dengan pulas. Tangannya sempat memeriksa suhu badan Salsa yang ternyata benar-benar panas.
Fajar segera pergi ke dapur untuk mempersiapkan kompresan untuk Salsa. Setelah menyimpan lap kain yang basah di kening Salsa, ia menyimpan boneka beruang kecil dan catatan kecil di bawahnya 'Get well soon'.*****
Pagi ini terasa lebih dingin dari biasanya. Angin pun berhembus lebih kencang dari biasanya. Hingga banyak orang yang terlihat lebih malas hari ini di karenakan udara yang dingin. Tapi ternyata udara dingin hari ini tak membuat semangat Arga untuk sekolah menjadi berkurang. Sebenarnya, bukan hanya hari ini Arga merasa bersemangat untuk pergi ke sekolah. Namun setiap hari pun ia selalu bersemangat.
Saat di sekolah, ia sempat berpapasan dengan Meyra dan Andin. Tiba-tiba saja ia mengingat jika ia akan pergi menjenguk Salsa hari ini."Meyra!" Panggil Arga.
Meyra dan Andin pun menoleh kepada asal suara. Arga sedikit melangkah menghampiri mereka berdua.
"Ada apa Arga?" Tanya Meyra.
"Salsa masih sakit?"
Saat pertanyaan itu di lontarkan oleh Arga, Meyra dan Andin saling bertatapan.
"Masih. Dia kalo sekali sakit pasti lama." Jawab Meyra.
"Eh! Katanya jaket lo ada di Salsa, makanya lo nyari dia terus." Sambung Meyra.
Arga mengangguk karena apa yang di katakan Meyra benar. Bahwa alasannya mencari Salsa dari kemarin adalah karena jaketnya yang hingga saat ini masih berada di Salsa.
"Gue kira lo suka sama Salsa." Ucap Meyra dengan polosnya.
Setelah mendengar perkataan yang di katakan Meyra, wajahnya mendadak tak bersahabat. Ia benar-benar terlihat tak menyukai ucapan Meyra. Saat ia merasa perubahan pada wajah Arga, tentu saja ia merasa takut.
Meyra dan Andin pun berjalan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Mereka berdua benar-benar takut dengan ekspresi wajah Arga. Ia nampak lebih dingin dan menyeramkan. Oleh karena itu, mereka berdua meninggalkan Arga untuk menjauhi amarah dari pria dingin itu.
Arga kembali ke kelasnya untuk mencari Ryan."Kenapa muka lo?" Ucap Ryan saat tiba-tiba melihat Arga.
"Kalo jenguk cewek sakit, lo biasanya bawa apa?" Tanya Arga dengan polosnya.
Ryan tentu saja tertawa hingga air matanya sedikit keluar akibat terus tertawa.
"Lo bingung karena itu?" Tanya Ryan setelah tawanya habis.
"Hey! Lo itu pinter, Ga." Sambung Ryan sambil menepuk bahu Arga.
Arga mengangguk. Kali ini ia memang merasa bingung. Ia tak mungkin hanya menjenguk Salsa dan membawa jaketnya saja tanpa membawa apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga
Teen Fiction"Tidak selamanya yang dingin itu membekukan. Kadang yang dingin itulah bisa jadi paling meluluhkan. Seperti dia, yang dingin tapi selalu saja menumbuhkan cinta." {Salsabila Ayska}