"Andai tak meminum kopi. Aku bisa menemanimu lebih lama."
-Arga Rakyan-Sepanjang jalan sudah dipastikan canggung seperti biasanya. Arga ataupun Salsa memang kesulitan untuk mengambil topik disaat mereka pergi bersama.
"Mau dimana?" Tanya Arga untuk sedikit menghilangkan kecanggungan mereka.
"Terserah lo aja."
Arga terdiam sat mendengar balasan dari Salsa. Ia kira Salsa akan menunjukan cafe yang sering ia kunjungi untuk membuka pembicaraan. Namun ia malah memotong pembicaraan yang Arga buka dan keadaan seperti semula lagi.
Sebenarnya Arga tak terlalu tahu tentang cafe karena ia jarang mengunjunginya. Ia lebih suka pergi ke kedai eskrim atau restoran daripada ke cafe.
Sepanjang jalan pun ia menatap jalanan dan juga beberapa bangunan untuk mencari cafe. Saat ia melihat cafe, Arga pun sedikit memelankan laju mobilnya."Disini mau?" Tanya Arga.
"Boleh deh. Gue sering kesini juga." Jawab Salsa dengan pandangannya ke dalam cafe yang sedikit lebih ramai dari biasanya.
Arga pun menghela nafas dengan lega. Ia memang kebingungan jika dihadapkan pada suatu hal yang jarang ia lakukan. Seperti saat ini, mengajak seorang gadis cantik pergi ke kafe setelah pulang sekolah. Ia bahkan tak pernah terpikirkan akan melakukan hal seperti ini. Dalam hatinya, ia sangat mengharapkan jika cafe ini tak hanya menyediakan kopi saja. Jika pun hanya kopi saja, ia berharap akan baik-baik saja.
Namun saat mereka masuk kedalam kafe tersebut dan menatap menunya. Wajahnya sedikit tegang karena menatap menunya. Kekhawatirannya pun terjadi. Ternyata kafe yang mereka kunjungi hanya menyediakan menu kopi dan cake saja. Itu menjadi masalah bagi Arga karena perutnya akan bermasalah jika bertemu kopi. Ia mempunyai penyakit maag yang parah sehingga jika sedikit saja meminum kopi, perutnya akan sangat sakit.
"Cappucino 1 sama brownies coklat satu." Pesan Salsa kepada waiter di depannya.
"Lo pesen apa?" Tanya Salsa karena Arga tak kunjung menyebutkan pesanannya.
"Sama aja deh. Jadi, cappucino 2 sama brownies coklat 2."
Setelah memesan mereka pun memilih tempat duduk sambil menunggu pesanan mereka diantarkan oleh pelayan.
"Lo sibuk belajar ya buat sbmptn?" Tanya Arga untuk membuka pembicaraan.
"Iya. Lo juga sibuk buat sbmptn kan?"
Arga tersenyum dalam hatinya. Entah kenapa ia merasa Salsa saat ini sangatlah menggemaskan.
"Gak terlalu sibuk sih. Gak serajin lo sampe kantong mata keliatan gitu." Ucap Arga untuk sedikit menggodanya. Apa perkataan seperti itu bisa dikatakan sedang menggoda?
Saat mendengar ucapan Arga, Salsa refleks memegang kantung mata dan bercermin pada ponsel didepannya untuk melihat seberapa parah kantung matanya.
Sikap refleks Salsa membuat Arga tersenyum simpul. Kali ini ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya karena gadis dihadapannya."Parah banget emang?" Tanyanya kepada Arga sambil memegangi kantung matanya.
Arg mengangguk pelan dan membuat Salsa gelisah dengan kantung matanya.
"Tidur berapa jam emang sampe kantong mata lo kayak gitu?" Tanya Arga penasaran.
"Paling 3 jam sampe 4 jam."
Arga tentunya terkejut mendengar jawaban yang dikatakan oleh Salsa. Ia tak mengetahui bahwa Salsa memiliki sisi ambisius yang sangat tinggi. Padahal ia mengetahui jika tanpa belajar sekeras itu sebenarnya Salsa bisa mendapatkan apa yang ia mau. Termasuk berkuliah di jurusan dan kampus keinginannya.
Kecerdasan Salsa bukanlah hal yang tidak di ketahui oleh orang-orang, termasuk Arga. Bahkan sejak pertama masuk ke SMA, Salsa dikenal dengan prestasinya yang tak sedikit sejak ia sekolah dasar. Arga pun bahkan mengenalnya karena Salsa terkenal dengan kecerdasannya di sekolah dan juga ia tak sombong dengan kecerdasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga
Teen Fiction"Tidak selamanya yang dingin itu membekukan. Kadang yang dingin itulah bisa jadi paling meluluhkan. Seperti dia, yang dingin tapi selalu saja menumbuhkan cinta." {Salsabila Ayska}