"Kita ini sebenarnya apa? Tidak perlu tahu. Yang jelas, aku senang tiap bersamamu."
-Salsabila Ayska-Saat Salsa memasuki tenda, raut wajah Andin dan Meyra tampak mengetahui semuanya. Sepertinya mereka berdua telah melihat keduanya jalan berdua.
"Pacaran aja gih lo berdua. Pagi-pagi gini mata gue udah lihat yang uwu-uwu aja." Ucap Meyra disusul oleh anggukan Andin yang tampak setuju dengan perkataan Meyra.
Benar dugaannya. Ternyata mereka berdua melihatnya. Salsa hanya tersenyum malu karena ketahuan.
"Darimana lo berdua?" Tanya Andin.
"Abis lari."
"Lo lagi dateng bulan kan?" Tanya Meyra.
Salsa lagi-lagi hanya tersenyum polos. Sedangkan Meyra dan Andin menatap malas sahabatnya yang sedang kasmaran ini. Namun tidak lama kemudian, Andin mendapat telepon dari Bang Kafi untuk sarapan bersamanya. Tentunya Andin langsung semangat menghampirinya.
"Ini gue pulang aja gitu ya." Ucap Meyra yang hanya bisa pasrah melihat dirinya yang terlihat menyedihkan diantara sahabat-sahabatnya yang sedang kasmaran.
Salsa hanya tersenyum melihat kesedihan Meyra. Melihat Meyra pergi dari tendanya, Salsa pun mengambil plester hangat untuk meredakan kram perutnya. Ia merebahkan dirinya sambil menutup matanya. Merasakan gelenyar hangat akibat plester hangat yang ia tempelkan pada tubuhnya. Perutnya jauh lebih membaik saat ia menempelkan plesternya.
Ia menatap sekitar tendanya. Tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya seorang diri. Entah kenapa ia mendadak kesepian didalam tendanya. Perasaan dalam dirinya tiba-tiba tidak menentu. Namun tidak lama setelah itu, Arga menghampiri tenda Salsa sambil membawakan sarapan untuknya."Gimana perutnya? Udah baikan?" Tanya Arga sambil mengeluarkan semua yang ia bawa untuk sarapan Salsa.
Salsa hanya mengangguk. Tidak ada ucapan yang keluar dari mulut Salsa dan bahkan sikap Salsa tampak lebih dingin dari biasanya. Arga merasakan hal itu. Padahal biasanya ia yang selalu bersikap dingin, tapi melihat Salsa seperti sekarang menbuat Arga sedikit khawatir.
Arga membuka plastik roti dan memberikannya kepada Salsa. Tidak ada kata yang keluar baik dari Salsa ataupun Arga.
"Sal." Akhirnya Arga memecah keheningan diantara mereka berdua.
"Suka kucing gak?" Tanya Arga tiba-tiba.
Salsa tersenyum. "Tiba-tiba banget nanya itu."
Arga pun hanya tersenyum. "Biasanya cewek suka kucing gitu. Tapi ada juga sih yang alergi."
"Gue berarti cewek biasa ya."
Arga merutuki dirinya sendiri. Sepertinya Salsa memang sedang berada di mode pms.
"Gak gitu maksud gue, Sal." Ucap Arga dengan lembut.
"Lo cewek paling unik dan juga gemes. Tiba-tiba suka salting tapi kalo lagi mode kayak gini gemes. Kalo cantik si udah jelas." Lanjutnya.
Arga benar-benar tidak sadar apa yang baru saja ia katakan kepada Salsa. Perkataan itu dengan mudahnya keluar dari mulutnya. Membuat dirinya malu untuk menatap Salsa.
Salsa perlahan mengembangkan senyumnya akibat perkataan Arga yang mendadak.
"Gue cantik?" Tanya Salsa sambil mendekatkan dirinya kepada Arga karena Arga tidak menatap dirinya.
Salsa tentunya tertawa puas dengan tingkah Arga. Baru kali ini ia melihat Arga sengaja menghindari tatapannya. Gemas. Semakin Salsa mengenal Arga, semakin juga ia merasa bahwa Arga begitu menggemaskan. Banyak hal tentang Arga yang tidak pernah Salsa duga sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga
Jugendliteratur"Tidak selamanya yang dingin itu membekukan. Kadang yang dingin itulah bisa jadi paling meluluhkan. Seperti dia, yang dingin tapi selalu saja menumbuhkan cinta." {Salsabila Ayska}