☕ : Efek Kopi

1.2K 63 7
                                    

"Mengapa ia memaksakan sesuatu yang akan berdampak buruk baginya?"
-Salsabila Ayska-

Dengan wajah yang berseri-seri, Salsa masuk ke kamarnya. Fajar pun menatap Salsa sambil tersenyum. Arga benar-benar sukses membuatnya tersenyum begitu lebar.

"Seneng banget yang baru ngedate sama Arga." Ucapnya sambil menyandarkan punggungnya di pintu kamar Salsa.

"Ngedate apaan. Cuman ngopi aja." Ucapnya sambil menyimpan tasnya.

Fajar tersenyum menangkap wajah Salsa terlihat begitu bahagia. Akhirnya keinginannya melihat Salsa kembali seperti semula terjadi dan itu semua berkat Arga. Ia benar-benar harus berterimakasih kepadanya.
Ia pun keluar dari kamar Salsa untuk membiarkannya beristirahat.

For : Arga
"Thank's udah bikin adik gue seneng. Lain kali gue traktir lo."

Sedangkan saat Arga pulang ke rumahnya, keadaannya memburuk. Sehingga beberapa orang di rumahnya terlihat sangat khawatir melihat Arga datang dengan wajah yang sangat pucat sambil memegangi perutnya yang begitu sakit.

"Kenapa kamu? Abis dari mana?" Tanya Ibunya bergegas pergi ke kamar Arga.

Saat mengetahui keadaan Arga yang memburuk, Ayahnya membantu Arga berjalan karena badannya sudah tak terlalu kuat untuk menopang tubuhnya berjalan.

"Cafe." Jawabnya dengan pelan.

Ayah, Ibu dan Alan terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Arga. Karena mereka sangat mengetahui kelemahan Arga.

"Kamu minum kopi?" Tanyanya dengan nada marah ditambah tak percaya jika ia menantang dirinya sendiri.

Arga perlahan mengangguk. Sedangkan mereka yang melihatnya hanya menggelengkan kepala karena tak percaya dengan apa yang Arga lakukan.

"Kita ke rumah sakit sekarang. Gak bisa kalo diem kayak gini." Ucap Ibunya khawatir.

"Besok aja." Ucapnya pelan sambil menutup matanya karena badannya telah berada di kasur.

"Tapi...." Ucapan Ibunya terpotong oleh Ayahnya yang tiba-tiba memegang pergelangan tangannya.

Ayahnya setuju pada Arga. Ia akan membiarkan Arga beristirahat dan mengantarkannya ke rumah sakit besok pagi. Keadaan Arga sepertinya tidak cukup baik untuk pergi ke rumahsakit sekarang, jikapun begitu ia harus memanggil ambulan namun ia tak ingin menimbulkan keributan di malam hari seperti ini.

Ayah dan Ibu Arga dan tak lupa juga Akan pergi dari kamarnya untuk membiarkan Arga beristirahat agar kondisinya semakin baik.

"Gak habis pikir. Kenapa dia pergi minum kopi?" Tanya Ibunya tak percaya.

"Padahal dia udah lama gak kambuh. Sekarang malah nyari penyakit." Tambahnya.

Ayahnya pun mengelus pundak istrinya untuk menenangkannya. Walaupun ia sebenarnya pun sedikit panik karena ia sangat mengetahui bagaimana keadaan Arga jika penyakitnya kambuh.

"Kita periksa besok, semoga aja gak terlalu parah."

*****

Salsa memasukkan barang kedalam tasnya, setelah selesai ia tak lupa membawa ponselnya yang sudah terisi penuh dan pergi untuk sarapan.

Saat ia menghidupkan ponselnya, ia begitu banyak menerima pesan dan juga panggilan tak terjawab. Kemarin setelah sampai rumah, ia langsung tidur tanpa menghidupkan ponselnya sama sekali.

From : Meyra
"Kalo Lo sama Arga ke cafe, jangan sampe dia minum kopi."

From : Ryan
"Arga gak kuat minum kopi. Dia bisa masuk RS karena minum kopi. Maagnya emang separah itu."

Menatap pesan yang dikirim sejak malam, membuat badannya lemas. Ia dipenuhi rasa bersalah karena membahayakan Arga. Rasa bersalahnya membuatnya tak berselera untuk sarapan atau sekedar mengisi perutnya dengan secangkir air putih.
Wajahnya pucat karena khawatir dan menatap kakaknya yang sedang menghabiskan sarapannya.

"Kak, berangkat sekarang aja." Ucapnya dengan dingin.

Ibu dan Ayahnya tentunya mencegahnya. Tapi ia tetap berangkat tanpa sarapan sedikit pun dengan dalih ia akan sarapan di sekolah. Padahal semua itu hanyalah alasan. Nafsu makannya sudah benar-benar hilang.

Saat mereka berdua di perjalanan, Salsa bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun.

"Kenapa? Sakit?" Tanya Fajar sambil menatap khawatir adiknya yang tampak pucat.

Salsa hanya menggelengkan kepalanya. Ia segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Arga. Tapi ponselnya tak aktif. Ia pun menelpon Alan, namun hasilnya nihil. Mereka berdua tak bisa ia hubungi membuatnya semakin khawatir.
Terbesit di pikirannya untuk menghubungi Ryan, mungkin ia mengetahui kabar Arga.

"Hallo. Ada apa, Sal?"

"Arga sekolah?"

"Enggak. Tadi Ibunya telpon gue katanya dia di rawat."

Salsa menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Ia tak menyangka dirinya bisa menyebabkan seseorang di rawat di rumahsakit.
Di sebrang sana Ryan merutuki dirinya karena tak sengaja memberitahukan keadaan Arga. Ia tahu Salsa akan sangat bersalah dengan ini.

"Sal?"

"Lo gak usah khawatir. Arga pasti bakalan cepet sembuh."

Masih tak ada kata yang di ucapkan Salsa. Kini Ryan hanya bisa mematikan panggilannya dan kembali berjalan ke kelasnya.

Tanpa sadar, matanya sudah begitu berkaca-kaca. Ia tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya kepada Arga. Apalagi apa yang menimpa Arga dikarenakan perbuatannya.

"Arga kenapa?" Tanya Fajar saat sudah sampai sekolahnya.

"Dia di rs."

Setelah mengatakannya dengan dingin Salsa segera pergi ke kelasnya meninggalkan Fajar yang penuh dengan pertanyaan tentang Arga.
Saat ia sampai di kelasnya, Meyra dan Andin langsung menghampirinya.

"Gimana Arga?" Tanya Meyra.

"Dia di rawat."

Andin dan Meyra tentunya sangat terkejut. Mereka tak menyangka efek kopi bisa membuat Arga di rawat. Bukan hanya mereka berdua, Salsa pun bahkan masih tak bisa menyangkanya.
Saat pembelajaran sedang berlangsung, pikiran Salsa melayang kemana-mana. Ia tidak menyimak sama sekali apa yang guru katakan di kelas. Ia ingin segera memasuki jam istirahat, agar ia bisa menanyakan keadaan Arga kepada Ryan.

Pada saat jm istirahat mereka berempat pergi ke kantin. Pada awalnya Salsa menolak makan bersama di kantin. Tapi Ryan mengancam tak akan memberitahukan keadaan Arga jika ia tak makan bersama.

Sebelumnya Fajar menghubungi Ryan dan menanyakan keadaan Arga. Ia juga mengatakan jika Salsa tak menyentuh sarapan sama sekali. Maka dari itu, Ryan mengancamnya. Ia tidak mau Salsa juga sakit.
Sedangkan Arga di rumahsakit sedang menikmati makan siang yang begitu menyiksa baginya. Badannya begitu lemas juga lidahnya begitu hambar sehingga apapun yang masuk kedalam mulutnya tidaklah enak.
Ia tak melakukan apapun selain beristirahat, lagi pula badannya tak kuat bahkan untuk menatap layar ponsel. Maka dari itu seharian ia tak memegang ponsel.

Sebelum tidur tiba-tiba memikirkan Salsa yang pastinya akan panik jika tahu dirinya di rawat seperti ini setelah ngopi bersamanya. Tapi mungkin saja dia biasa saja seperti saat mengetahui dirinya keseleo. Tapi bukankah sekarang keadaannya berbeda?

Memikirkan kemungkinan besar ia bersikap biasa saja saat mengetahui kondisinya sekarang membuatnya kesal sendiri. Ia pun memaksa dirinya untuk tidur.

ArgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang