"Semua yang terjadi hanyalah kebetulan. Nyatanya, itu tidak membuatku nyaman dengannya. Jika nyaman saja tidak, apalagi cinta?"
-Arga Rakyan-Fajar baru saja menerima panggilan dari teman Salsa untuk segera menjemput Salsa. Saat ia mendengar Adiknya pingsan, ia benar-benar khawatir. Ini karena baru pertama kalinya Salsa seperti ini.
Fajar tentu saja langsung pergi ke sekolah saat mendapat panggilan itu. Walaupun sebenarnya ia sedang bersama dengan orang yang ia sukai, namun rasa sukanya kepada wanita itu kalah dengan rasa sayangnya kepada Salsa."UKS sebelah mana?" Tanya Fajar kepada siswi yang berada di hadapannya.
"Tinggal lurus aja. Nanti juga kelihatan." Jawab siswi tersebut.
Fajar tak lupa mengucapkan terimakasih kepada siswi itu dan segera pergi ke UKS untuk menemui Adiknya.
Saat ia membuka pintu UKS, ia bisa melihat Salsa sedang berbaring dengan lemah. Dengan perlahan Fajar menghampirinya dengan raut wajah yang khawatir.
Tak lama setelah kehadiran Fajar di UKS, Salsa akhirnya menyadari keadaan Kakaknya. Ia mencoba bangkit saat matanya benar-benar yakin jika yang ia lihat adalah Kakaknya sendiri.
Fajar merubah raut wajahnya kali ini. Jika tadi wajahnya sangat khawatir, namun di depan Salsa Fajar menatapnya dengan senyuman yang manis."Salsa kira bukan Kakak yang kesini."
Fajar menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pasti tak akan bisa mengabaikan jika Salsa membutuhkannya.
"Kakak lagi gak sibuk. Kalo bukan Kakak, emang siapa yang jemput?"
"Ya Salsa kira Pak Asep yang bakal jemput."
Fajar mengerutkan keningnya. Kenapa hal ini harus begitu di permasalahkan?
"Ayo kita pulang." Ajak Fajar kepada Salsa.
Salsa mengangguk kemudian ia turun dan mengikuti Kakaknya. Di sepanjang jalan, ie memegang tangan Kakaknya dengan pegangan yang lemah. Ia benar-benar lemas setelah ia sadar dari pingsan. Kakinya pun terasa lemah untuk di pakai berjalan.
Fajar menatap Salsa saat mereka berdua berjalan bersama. Ia tampaknya sadar dengan kondisi Salsa saat ini."Lemes banget?" Tanya Fajar sambil menghentikan langkahnya.
Salsa pun berhenti dan menatap Kakaknya dengan datar. Ia sempat terdiam beberapa detik untuk menatap Kakaknya. Tapi setelahnya, ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan.
Fajar tersenyum. Ia benar-benar mengetahui jika Salsa sedang berbohong padanya."Mau di gendong?" Tanya Fajar lagi.
Salsa mengerutkan keningnya sambil menatap Kakaknya dengan bingung.
"Gak usah. Malu di lihat banyak orang." Jawab Salsa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Salsa sangat sadar betul tatapan para murid saat ia bersama Kakaknya. Saat ia keluar dari UKS bersama Fajar, para murid di sekitarnya mulai berbisik dan menatap mereka dengan intens.
Fajar pun menatap sekitarnya. Ternyata benar apa yang baru saja Salsa katakan. Para murid berbondong-bondong untuk menatap mereka. Bahkan menurut Fajar, tatapan itu jelas tertuju padanya.
Ia mendekatkan wajahnya kepada telinga Salsa untuk membisikkan sesuatu."Kamu malu di lihat banyak orang atau takut gebetan kamu nyangka kalo Kakak itu pacar kamu?" Tanya Fajar sambil memberikan senyum mautnya.
Sedangkan Salsa hanya menatap kesal kepada Kakaknya. Sebenarnya apa yang di katakan Fajar benar-benar menjadi ketakutan baginya. Ia takut jika Arga benar-benar menyangka jika Fajar adalah pacarnya. Karena teman-teman Salsa benar-benar tak percaya jika Fajar adalah Kakak kandungnya sendiri, kecuali Meyra dan Andin tentunya.
Salsa berjalan sendiri tanpa bantuan dari Kakaknya setelah kejadian itu. Fajar tersenyum saat menatap Salsa berjalan dengan kesal. Namun setelahnya ia mengikuti Salsa yang sedang berjalan ke arah mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga
Teen Fiction"Tidak selamanya yang dingin itu membekukan. Kadang yang dingin itulah bisa jadi paling meluluhkan. Seperti dia, yang dingin tapi selalu saja menumbuhkan cinta." {Salsabila Ayska}