"Ternyata dia gadis keras kepala yang baru saja kukenal."
-Arga Rakyan-Arga bergegas pergi sarapan bersama kedua orangtuanya dan tentunya dengan Alan.
Saat Arga duduk di kursinya, ternyata sudah ada Alan dan kedua orangtuanya. Arga mengambil sandwich dan susu yang telah ada di hadapannya. Baru saja ia akan memakannya, suara Ibunya membuatnya berhenti."Salsa kayaknya baik." Ucap Ibu Arga tiba-tiba.
Arga menatap Ibunya dengan datar dan tangannya masih memegang sandwich yang belum sempat ia makan. Bukan hanya Arga yang menatap Ibunya, Alan dan Ayah Arga pun menatapnya bingung.
"Ayah kemarin cerita soal anak Falah sahabat Ayah waktu kuliah. Jadi penasaran sama Salsa gimana orangnya." Jelas Ibu Arga.
Arga hanya terdiam dan malah Alan yang menjawabnya.
"Orangnya baik. Cantik lagi."
Ibu Arga menatap Arga sambil tersenyum. Namun Arga tak menimpali senyuman Ibunya yang sedikit aneh baginya. Ia kembali menyelesaikan sarapannya yang sempat tertunda dan segera berangkat ke sekolah setelah ia menyelesaikan sarapannya.
Karena hari ini Alan di antar oleh Ayahnya, Arga membawa motor untuk pergi ke sekolah. Ia akan membawa mobil ke sekolah hanya jika Ayahnya tak bisa mengantarkan Alan. Ia bisa saja membawa motor jika mengantar atau menjemput Alan. Tapi menurut Arga itu adalah resiko yang besar.
Arga datang ke sekolah lebih pagi dari sebelumnya sehingga sekolah pun masih sepi. Arga berjalan ke kelasnya, tapi langkahnya terhenti di kelas Salsa. Ia melihat Salsa sedang memainkan ponselnya sambil tersenyum bahagia. Arga menatapnya dan tiba-tiba Arga pun tersenyum tipis lalu melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kelasnya.
Saat ia masuk ke kelasnya, ia melihat Ryan yang sedang duduk sambil menekukan wajahnya. Arga duduk di kursinya dan mencolek pundak Ryan agar sadar dari lamunannya. Ryan menoleh ke arah orang yang mencolek pundaknya."Eh. Kapan lo masuk ke sini?" Tanya Ryan yang baru tersadar dari lamunannya hingga tak sadar Arga telah berada di dalam kelas.
Arga menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pertanyaan Ryan. Ternyata Ryan benar-benar melamun.
"Dari tadi. Kenapa lo?"
"Gue cuman kepikiran Meyra. Dia gak sekolah hari ini." Jawab Ryan sambil menatap apa yang ada di hadapannya.
Arga menatap bingung kepada Ryan. Baru kali ini Arga melihat Ryan menekukan wajahnya karena wanita.
"Cuman gara-gara itu?"
Ryan menatap datar kepada Arga. Ia sempat terdiam sebentar sebelum ia berkata sesuatu.
"Lo gak pernah jatuh cinta. Kalo lo jatuh cinta, lo pasti kayak gue."
Arga hanya mengangguk mengerti. Karena ia tak tahu sama sekali tentang cinta dan wanita. Setelah itu ia menghiraukan apa yang di katakan oleh Ryan.
Arga membuka buku kesukaannya dan memilih untuk membacanya. Karena keasyikan membaca buku mengenai sejarah Eropa, tak di sangka oleh Arga jika baru saja bel masuk berbunyi. Padahal ia rasa baru membaca bukunya itu.
Pak Indra langsung masuk kedalam kelas hingga membuat murid di dalam kelas itu terdiam dan berfokus kepada apa-apa yang di sampaikannya. Meskipun tak semua siswa dan siswi memperhatikan Pak Indra. Seperti halnya Ryan yang sedang gelisah karena Meyra belum membalas pesannya sejak hari ini. Pikiran Ryan saat ini sedang bingung sehingga ia pun tak memperhatikan apa yang di jelaskan oleh Pak indra. Berbeda dengan Arga, ia terlihat fokus dengan apa yang di jelaskan oleh Pak Indra. Meskipun terkadang bayangan Salsa tadi pagi sempat muncul di benaknya.Kelas Bahasa Indonesia yang di ajar oleh Pak Indra telah usai. Para murid di dalam kelas menghela nafas lega karena kelasnya telah selesai. Tapi sebelum Pak Indra pergi dari kelas tersebut, ia sempat memanggil Arga untuk mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga
Teen Fiction"Tidak selamanya yang dingin itu membekukan. Kadang yang dingin itulah bisa jadi paling meluluhkan. Seperti dia, yang dingin tapi selalu saja menumbuhkan cinta." {Salsabila Ayska}