"Jika cinta itu dirasa akan sangat berat saat menjalaninya. Kamu bisa mundur lebih awal atau menjalaninya terus dengan resiko akan banyak terluka. Tapi bukankah setiap cinta pasti ada luka?"
-Fajar Adhitama-Sebelum Salsa keluar dari mobil Arga, ia menatap Arga sebentar.
"Thank's." Ucap Salsa sambil tersenyum.
Arga menjawabnya dengan anggukan. Padahal sebelumnya ia berniat untuk tersenyum simpul, tapi ia mengurungkan niatnya.
"Hati-hati di jalan."
Saat Arga mendengarnya, tanpa sadar bibirnya membentuk senyuman yang simpul. Padahal sebelumnya, ia mengurungkan niatnya untuk tersenyum di hadapan Salsa.
Arga pun keluar dari pekarangan rumah Salsa sambil sesekali menatap Salsa dari spion mobilnya. Ia beberapa kali merasa bingung dengan dirinya, tapi ia langsung menggeleng-gelengkan kepala saat memikirkan hal yang tak mungkin terjadi pada dirinya.
*****
Salsa keluar dari kamarnya dengan wajah yang kurang bersahabat dan perasaan yang bingung.
"Kenapa?" Tanya Fajar kepada Salsa yang baru saja duduk di sampingnya dengan wajah yang kusut.
"Jurusan." Ucapnya sambil memajukan bibirnya untuk merajuk kepada Kakaknya.
Fajar hanya menghembuskan nafasnya. Ia memang memaklumi penyakit seperti ini, karena sudah wajar menyerang anak kelas 12.
Tapi ia juga merasa bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Fajar dan kedua orangtuanya memang sepenuhnya menyerahkan kepada Salsa. Apapun jurusan yang Salsa pilih, mereka akan mendukungnya."Kata guru BK kamu gimana?"
"Waktu Salsa bilang mau ngambil astronomi, malah bilang suruh di pikir-pikir lagi."
"Emang Salsa salah kalo ngambil jurusan astronomi?" Sambungnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Karena tak tega melihat Adiknya yang sudah berkaca-kaca, pada akhirnya ia malah menenangkannya.
"Kakak yakin setiap jurusan emang punya keunggulan tersendiri. Kamu pun harus percaya diri."
"Tapi kata Kakak Salsa lebih cocok di jurusan apa? Astronomi atau kedokteran?"
Fajar langsung menggelengkan kepalanya.
"Kakak lihat kamu lebih cocok main teleskop daripada.."
"Tapi..." Ucap Salsa menggantung.
Sebenarnya Salsa sudah menetapkan hatinya untuk memilih jurusan astronomi. Tapi terkadang ia merasa sangat sedih jika orang-orang menganggap rendah pilihan yang akan ia pilih.
"Kamu hanya harus tutup telinga. Semua omongan orang nggak perlu kamu denger semua."
Perlahan air matanya pun jatuh dengan sendirinya. Ia menutup matanya sambil menarik nafas dengan dalam.
Ia pun tersenyum kepada Fajar. Beberapa hari ini ia memang membutuhkan ucapan yang menenangkan dirinya seperti yang baru saja di ucapkan Fajar kepadanya."Oh iya. Kamu sama Arga gimana? Udah ada perkembangan atau masih gitu aja?" Tanya Fajar.
Salsa dengan refleks tersenyum simpul saat mendengar nama "Arga". Fajar pun tersenyum melihat ekspresi Salsa yang tertangkap olehnya.
"Dari senyum kamu, sepertinya udah ada perkembangan nih."
"Salsa mau tanya."
Fajar mengerutkan keningnya saat melihat ekspresi wajah Salsa yang mendadak serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga
Teen Fiction"Tidak selamanya yang dingin itu membekukan. Kadang yang dingin itulah bisa jadi paling meluluhkan. Seperti dia, yang dingin tapi selalu saja menumbuhkan cinta." {Salsabila Ayska}