ILUSI - 2

84.5K 7.2K 379
                                    


"Itu ... Langga, kan?"

Raline tak mampu mendeskripsikan bermacam rasa yang tercampur di dadanya dalam satu waktu ketika melihat sosok itu lagi. Pria yang berhasil menawan hatinya sejak pertemuan pertama.

"Yups," sahut Eva. Selanjutnya, teman baik Raline itu tersenyum lebar.

Seperti sebelumnya, mereka berdua sedang mengamati Langga yang tengah duduk santai dan tampak asyik dengan dunianya sendiri.

"Ko bisa kamu ke sini bareng dia?"

Setelah sekian tahun tak melihat Langga lantaran laki-laki itu menyandang gelar sarjana terlebih dahulu, Raline sekarang merasa semesta sedang sekubu dengannya.

Eva menimpali tanpa memutus pandangan dari sumber pembicaraan mereka. "Dia manajer di kantorku."

Terkejut, Raline segera menoleh. "Serius?"

"Iya ... padahal perusahaan punya keluarganya, tapi dia mau belajar dari bawah katanya."

Dua orang sahabat itu berdiri berdempetan di salah satu sudut café. Saling berbisik tanpa peduli pada banyaknya manusia yang berlalu-lalang.

"What? Jadi dia dari keluarga kaya raya?" Semangat Raline langsung menurun drastis. Ia kemudian mengembalikan pusat atensinya ke arah Langga seraya bergumam, "Dia mau nggak ya sama aku? Secara aku cuma penyanyi café."


Raline awalnya berpikir kalau dia salah ketika menganggap bahwa laki-laki yang berasal dari kalangan kaya raya, pasti akan memilih pendamping yang memiliki derajat yang sama. Sebab, Langga ternyata tak begitu. Meski dari golongan status sosial yang jelas berada jauh di atasnya, tapi Langga masih mau berhubungan dengannya. Bahkan sampai mengikatnya dengan tali pernikahan.

Cinta ... itu yang tadinya Raline yakini menjadi latar belakang dari keputusan Langga. Namun faktanya anggapan itu jelas salah besar. Alasan di balik kerelaan Langga menerimanya adalah sebuah nama yang sekarang sedang ditampilkan oleh layar ponsel laki-laki itu.

She memanggil ....

Lagi-lagi, Raline membuang wajahnya ke samping. Di bibirnya tersungging senyum miring. Sebenarnya ia sudah bisa menebak kalau dua orang itu masih berhubungan di belakangnya, tapi mengetahuinya secara langsung tetap terasa menyakitkan hati.

Kenapa mereka tak berterus terang saja?

Kenapa harus terus-terusan menyembunyikannya?

Beberapa detik Langga memaku tatapannya pada perempuan berambut panjang yang menampilkan raut tak bersahabat. Berikutnya, ia meraih smartphone yang tergeletak di atas meja.

"Ya, She?" katanya langsung begitu panggilan telepon ia terima.

Tak sadar Raline mendengkus. Langga bahkan masih menggunakan panggilan yang memang khusus laki-laki itu sematkan untuk Eva.


"Kenapa di saat semua orang memanggilnya Eva, kamu justru beda sendiri?" tanya Raline di suatu sore. Ia, Eva, dan Langga sedang menikmati kopi di café tempat Raline mempertontonkan kemampuan olah vocal-nya.

Langga menjawab dengan kalimat singkat yang akhirnya malah menimbulkan tanda tanya baru di pikiran Raline.

"Karena dia memang berbeda."


Betapa bodohnya ia, mestinya dari awal, tanda-tanda itu sudah bisa memaksa matanya terbuka lebar-lebar. Langga punya panggilan spesial untuk Eva, sedangkan untuknya ... tidak ada. Dari situ saja jika Raline tak sengaja membutakan hati, ia dapat mengetahui perasaan Langga sebenarnya milik siapa.

ILUSI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang