"Dari semalem gue telponin kenapa nggak lo angkat?!"
Kekehan kecil keluar dari bibir Raline. Botol di tangan kanan yang berisi lotion yang berfungsi untuk melindungi kulitnya dari paparan sinar matahari, dilemparkannya asal ke sisi ranjang yang lain.
"Gue ketiduran."
Sepuluh menit tak mendapatkan kabar dari teman sekaligus orang yang dibayarnya mahal agar memuluskan rencananya, Raline tak lagi kuat menahan kantuk. Ia akhirnya tertidur pulas tanpa tahu apa yang terjadi di kamar pengantin Eva.
"Dasar lo! Tidur apa mati sampe nggak denger suara HP puluhan kali?"
Benar. Semalam Raline terlelap layaknya orang yang telah menenggak obat tidur dosis tinggi. Ia mungkin juga belum bangun kalau saja Langga tak mengganggunya dengan ciuman-ciuman nakal.
Dan si pengganggu itu sekarang sedang tertelungkup dengan wajah yang dibenamkan pada kedua pahanya.
Langga sudah mandi dan berpakaian rapi. Tidak seperti Raline yang masih mengenakan bathrobe dari hotel.
"Udah nggak usah banyak omong lo, Siti! Cepet kasih tau gue tentang semalem."
Tanpa sadar, tangan kanan Raline yang bebas, mengusap kepala sang suami pelan-pelan. Ya, seperti itu memang kebiasaan si biduanita ketika tengah mengobrol di telepon. Seringnya melakukan sesuatu di luar kesadaran.
"Viona! Nama gue Viona! Jangan sembarangan manggil lo!"
Kali ini, tawa Raline pecah. Membayangkan wajah kesal perempuan di ujung telepon karena ia memanggil dengan nama asli sesuai akte kelahiran, membuatnya tak bisa untuk tak terbahak.
"Siti mah Siti aja kali! Pake diganti segala!" ujar Raline masih tertawa. "Udah cepet cerita! Gue orangnya sibuk, nggak punya banyak waktu."
Raline mendengar decakan kencang yang berasal dari temannya itu, mau tak mau ia tergelak lagi.
"Semalem sampe gue selese maen, bininya nggak dateng."
"Ah, gimana, sih lo?!"
Tawa Raline sudah sepenuhnya sirna. Bagaimana tidak, jelas ia kecewa. Uang ratusan juta yang dikeluarkannya tak menghasilkan apa-apa.
Rencananya gagal total.
"Eits ... jangan kecewa dulu ... pas gue anterin tuh cowok sampe depan kamar, gue liat bininya lagi perhatiin kami dari ujung lorong. Jadi yakin gue kalo temen lo itu tau ke mana suaminya pergi semalem. Apalagi gue juga udah tinggalin jejak banyak banget di leher sama paha dalam. Hahahaha ...."
Sebentar ... jadi ... bisa dikatakan kalau rencana jahatnya berhasil? Raline tersenyum miring.
"Bagus! Nggak sia-sia lo gue bayar mahal."
"Iyalah ... lo nggak bakalan kecewa kalo kerjasama sama gue. Eh tapi gila sih, itu cowok bener-bener predator. Dia kenal beberapa temen gue yang kerjaan sambilannya jadi lonte. Ko bisa temen lo yang keliatannya cewek baik-baik mau sama cowok model begitu? Heran gue!"
Entah lugu entah bodoh, Raline juga tak yakin. Bisa-bisanya Eva tak melihat gelagat aneh dari laki-laki bernama Gilang itu. Padahal dalam sekali tatap, Raline bisa langsung menebak karakter Gilang hanya dari sebuah video yang ditunjukkan oleh Langga.
Video berdurasi kurang lebih lima menit tersebut memperlihatkan suasana makan malam di sebuah restoran yang disemarakkan dengan hadirnya beberapa staf kantor termasuk Eva dan Langga.

KAMU SEDANG MEMBACA
ILUSI (Tamat)
RomanceBagaimana mungkin Raline akan baik-baik saja, jika tepat setelah pesta pernikahannya berakhir, dia mengetahui fakta bahwa sang suami ternyata mencintai sahabatnya sendiri. Part masih lengkap.