Siaran tunda yang menayangkan penampilannya di salah satu stasiun televisi nasional tiga hari yang lalu, tengah Raline tonton tanpa minat, padahal biasanya akan ia perhatikan dengan seksama, meneliti apakah ada kesalahan atau pun sesuatu yang kurang. Supaya di kesempatan berikutnya, aksi panggungnya bisa lebih baik lagi.
Setia Jaya grup?
Penyebab konsentrasi Raline terpecah adalah nama perusahaan itu, yang sepertinya terdengar familiar di telinganya, tapi ... ia tak ingat.
Raline buka lagi room chat-nya dengan seseorang yang mengaku bernama Elgan Brata Setiadji. Rasa-rasanya nama tersebut juga tak asing baginya.
Ganteng benak Raline mengakui jika paras si pemuda kaya raya di atas standar nasional Indonesia. Tapi ... tunggu! Bentuk wajahnya terlalu mirip dengan ....
Lekas Raline menoleh ke kanan, pada sesosok laki-laki yang duduk tenang di ujung sofa dengan laptop di pangkuan. Bergantian ia mengamati Langga dan poto profil sosial media Elgan di handphone-nya.
"Astaga! Mereka saudara?" teriak Raline tanpa sadar saking kesalnya. Ia baru ingat kalau nama mereka juga memiliki kesamaan.
Erlangga Brama Setiadji versus Elgan Brata Setiadji.
Terlalu mirip untuk diabaikan, bukan?
Namun setahu Raline, suaminya itu anak tunggal. Berarti ... siapakah Elgan?
"Siapa yang saudara?" tanya Langga sambil menaruh laptopnya di meja. Ia lantas menggeser posisi duduknya merapat pada sang istri. Tangan kirinya terulur di belakang badan Raline kemudian berakhir memegang lengan, sedangkan kepalanya ia sandarkan ke bahu.
Sambil berdecak lidah, Raline berusaha memasukkan pasukan udara sebanyak-banyaknya ke dada guna meredam emosi yang ingin merangsek naik ke ubun-ubun. Sejak memiliki bukti rekaman video seminggu yang lalu itu, Langga menjadi makin semena-mena. Sengaja bermanja-manja tanpa mengenal tempat dan waktu.
"Geser lagi bisa, kan? Ini sofa masih luas!" Raline berusaha menyingkirkan Langga, tapi bukannya menjauh, sang suami malah menjadikan kedua pahanya sebagai bantal. "Astaga, Langga! Lo apa-apaan, sih!" pekiknya dengan nada sebal.
Langga menangkap tangan Raline yang mencoba mendorongnya. Tangan lembut berkulit putih bersih itu lalu dikecupnya berkali-kali.
"Kamu belum jawab, siapa yang saudara?" Langga mengulang pertanyaan yang sama. Bukan lantaran penasaran, ia hanya sedang mengalihkan perhatian dan pembicaraan.
Usaha Langga membuahkan hasil. Raline tak lagi berusaha menarik jarak untuk tubuh mereka. Perempuan itu justru tampak berpikir serius. Sejurus kemudian, ia menyahut, "Bukan siapa-siapa. Nggak penting juga lo tau!"
Jelas saja Raline tidak mungkin mengatakan pada Langga bahwa ada seorang pria yang kemungkinan besar merupakan saudara laki-laki itu yang tengah mendekatinya, dalam tanda kutip. Takutnya, akan ada pertumpahan darah dalam keluarga karena dua laki-laki tampan tersebut memperebutkannya.
Mengkhayalkan hal itu, Raline jadi merasa ialah perempuan paling cantik di dunia.
"Semua yang berhubungan dengan kamu, buat saya adalah sesuatu yang penting."
Kalau saja kalimat semanis kembang gula itu terucap dari bibir pria lain, Raline pasti langsung berbunga-bunga, tapi karena ini asalnya dari mulut seorang Erlangga, ia malah tertawa.
"Sumpah eneg gue dengernya! Akhir-akhir ini lo sering begini. Siapa, sih, yang ngajarin?"
Menyaksikan sang istri mengeluarkan tawa karenanya, Langga tersenyum lebar. Kedua lesung pipinya juga ikut menampakkan diri. Ia lantas menarik tengkuk Raline agar merunduk. Dilumatnya bibir perempuan tercinta tak tergesa-gesa. Ingin Langga merasakan keindahan tawa istrinya secara langsung dari sumbernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILUSI (Tamat)
RomanceBagaimana mungkin Raline akan baik-baik saja, jika tepat setelah pesta pernikahannya berakhir, dia mengetahui fakta bahwa sang suami ternyata mencintai sahabatnya sendiri. Part masih lengkap.