"Kami memang pernah menjalin hubungan, tapi sudah cukup lama. Sekarang kami hanya berteman." Raline memulai penjelasannya dengan pelan dan lancar di hadapan sekitar dua puluh awak media. "Untuk foto itu sendiri." Gambar dirinya dan sang mantan kekasih yang tengah berciuman di lorong hotel, yang mau Raline bahas selanjutnya. "Ya, benar itu foto kami, saya dan Rico."
Dalam bidikan kamera tersebut, wajahnya terlihat sangat jelas karena sudut pengambilan berada di depannya sedangkan Rico cuma tertangkap sedikit muka bagian kiri. Jadi tidak mungkin lagi bagi Raline untuk menyangkal.
"Tentang foto itu lebih lanjut, sepertinya itu merupakan urusan pribadi kami. Jadi saya hanya bisa membenarkan tanpa bisa menjelaskan lebih banyak lagi," tambah Raline lalu menoleh ke samping, pada sang manajer yang mendampinginya.
Alvi datang tepat waktu. Di saat Raline hendak keluar dari rumah selepas dirinya menyetujui sebuah kesepakatan yang diajukan oleh Langga.
Mengerti bahwa anak asuhnya sudah selesai memberi penjelasan, Alvi mengambil alih. "Baiklah, teman-teman sekalian, saya rasa penjelasan dari Sara sudah cukup," katanya formal. Jika berhadapan dengan khalayak ramai dan sorotan kamera, lelaki itu akan berubah menjadi lebih jantan dari biasanya. "Kalau ada yang ingin ditanyakan, saya persilakan."
Seorang wartawan perempuan, segera saja mengambil kesempatan yang telah diberikan tanpa basa-basi.
"Sekarang gimana status Kak Sara sendiri? Apa udah punya pacar baru?"
Pertanyaan itu menjadi tak semudah dulu. Kini Raline tak lagi bisa mengatakan dengan lantang tentang kisah asmaranya. "Tanya hal yang lain aja, ya?" Lirikan Raline dalam sekejap jatuh pada sesosok pria yang tengah berdiri di ambang pintu sembari melipat kedua tangannya di dada.
"Kenapa sepertinya disembunyikan, Sara?" celetuk wartawan laki-laki berkepala pelontos.
Raline memasang senyum lebar untuk menutupi kegugupannya. "Nggak disembunyikan ...." Tawa canggungnya tercipta sebentar. "Nanti kalau hubungan kami sudah jelas, baru saya speak up." Disenggolnya kaki Alvi yang sama-sama berada di bawah meja, meminta pertolongan. Ia tidak ingin salah bicara. Khawatir laki-laki yang berstatus suaminya tiba-tiba menyela dan membeberkan pernikahan mereka.
Bukannya Raline takut karirnya akan meredup jika semua orang tahu ia telah bersuami, tapi ia hanya menolak dicap sebagai pembohong. Bagaimana tidak, selama ini sejak terjun ke dunia hiburan, ia mengatakan pada semua orang jika statusnya masih sendiri. Tiga kali juga ikatan cintanya dengan mantan-mantan pacarnya diketahui masyarakat.
Mau ditaruh di mana mukanya kalau kebenaran mendadak terungkap?
"Gimana kalau kita bahas single terbaru Sara saja?" Alvi buru-buru mengalihkan pembicaran sebelum ada pertanyaan lain yang datang. Dan usahanya berhasil, wartawan langsung fokus pada lagu yang akan dirilis dalam waktu dekat.
Banyaknya pertanyaan tentang lagu barunya, dapat Raline jawab dengan santai tapi antusias. Ia sama sekali tak memperhatikan dua pekerjanya yang tengah membicarakannya di sudut taman depan.
"Kagak nyangka gua, Ay ... kalo Mba Raline ternyata udah punya laki."
Indah duduk di ayunan berbahan besi, dipangkuannya ada seekor kucing. Sementara sang suami berdiri di sebelahnya.
"Gua juga kaget pas si Tante telpon nyuruh bawa Pak Langga ke kamar Mba Raline." Dul mengingat perkataan sang manajer. Pria yang sekarang sedang memberikan tanggapan dengan ceria itu yang memberitahu jika Langga adalah suami majikannya.
"Beli mangga ke pasar lama." Kebiasaan Indah bermain pantun, mendadak muncul.
Dul menimpali senang, "Caakkeeeppp ...."

KAMU SEDANG MEMBACA
ILUSI (Tamat)
RomanceBagaimana mungkin Raline akan baik-baik saja, jika tepat setelah pesta pernikahannya berakhir, dia mengetahui fakta bahwa sang suami ternyata mencintai sahabatnya sendiri. Part masih lengkap.