ILUSI - 31

75K 6.4K 495
                                    




"Hal penting apa yang mau kamu bicarakan?"

Sikap Langga setenang air danau, ekspresinya pun datar-datar saja. Ia tetap sabar menunggu walau bermenit-menit telah berlalu, namun pengantin baru di hadapannya itu masih diam membisu.

"Urusan pribadi atau pekerjaan?" Biasanya Langga lebih sering menjadi pendengar, tapi untuk kali ini, ia rela memancing dengan beberapa tanya, supaya momen ini segera berakhir. Ada kegiatan yang lebih menyenangkan yang dapat ia lakukan dengan Raline, daripada berbincang dengan sahabat istrinya itu.

Eva keluar dari renungannya. Disertai helaan napas panjang, ia mengangkat wajahnya kemudian menatap lurus ke depan. "Pribadi yang bersangkutan dengan pekerjaan." Pancingan Langga menghasilkan sebuah kalimat bervolume sangat rendah yang terlontar dari bibirnya.

"Apa?"

Hening lagi di ruangan itu, hingga suara ibu-ibu yang sedang mengobrol di ruang tengah dapat tertangkap jelas di gendang telinga Langga. Begitu pula suara gesekan besi-besi penyangga tenda yang dinaikkan ke bak mobil.

"Aku mau minta bantuan kamu," kata Eva setelah membuat Langga menanti lama.

"Oke, katakan."

Kalau memang Langga bisa membantu, ia akan melakukannya. Anggaplah sebagai balas budi sebab selama perpisahannya dengan sang istri, Eva termasuk orang yang banyak sekali memberikan informasi sekaligus solusi untuk permasalahannya.

Eva mengenal Raline luar dalam. Hal-hal yang tidak pernah diceritakan Raline pada orang lain, istrinya itu ceritakan pada sang sahabat. Jadi tetap berhubungan baik dengan Eva, sangat berguna baginya.

Langga jadi tahu, Raline sangat ingin memelihara kucing sejak kecil. Namun lantaran Anita tak suka ada hewan di rumahnya, Raline memendam keinginannya itu. Ia lalu berinisiatif menyerahkan seekor kucing jenis Persia yang merupakan anak dari kucing milik Mutia kepada Alvi, kemudian meminta Alvi untuk memberikannya pada sang istri.

Menyaksikan Raline menggendong kucing tersebut dengan mata yang berbinar dari balik kemudi, membuatnya senang bukan kepalang.

Cara agar Raline 'kehilangan selera' dengan pemuda yang sedang mendekatinya, juga Langga ketahui dari Eva. Makanya ia dapat menghadang beberapa laki-laki dengan bantuan anak buahnya, walaupun pada akhirnya ada yang tetap resmi menjadi kekasih istrinya.

Dan masih banyak lagi yang tak dapat Langga jabarkan satu per satu. Intinya, Eva banyak membantu.

"Apa bisa kamu tarik Gilang kembali ke Surabaya?" Kejadian buruk di hotel saat malam pernikahannya, benar-benar menghadirkan ketakutan yang besar di hati Eva. Bagaimana jika ketika mereka berjauhan, Gilang akan mengulangi kesalahan fatalnya?

"Kenapa minta begitu?"

Bukan, itu bukan suara Langga. Tanya itu terlontar dari bibir yang dari tadi sudah gatal ingin menyela. Siapa lagi kalau bukan nyonya Erlangga. "Jangan ngajarin suami gue nepotisme lo!"

Gegas mengusap tangan dalam genggamannya dengan ibu jari, Langga tak mau Raline menggunakan emosi.

Sekecil apa pun masalahnya, apabila emosi sudah mengambil alih, maka tidak akan pernah terselesaikan dengan baik, Langga yakin perihal itu.

"Oh, gue tau!" tambah Raline lagi. Eva yang hendak menyahut, kalah cepat darinya. "Lo pasti takut suami lo di sana selingkuh, kan? Lagian pemuja selangkangan lo kawinin." Baru kali ini, ia merasa lebih pintar dari Eva.

Mulut Eva yang sudah setengah terbuka, dikatupkannya lagi rapat-rapat.

"Saya rasa ... kamu sudah sering mendengar berita kurang baik tentang Gilang dari teman-teman di kantor." Keberengsekan suami Eva memang sudah menjadi rahasia umum, hampir semua orang tahu. Langga tak habis pikir kenapa Eva mau menjalin hubungan serius dengan laki-laki itu. Tapi ia juga tak mau ikut campur. "Seharusnya sebelum menikah itu bisa jadi bahan pertimbangan."

ILUSI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang