ILUSI - 6

82.2K 6.9K 378
                                    




"Bisa-bisanya ada cowok seganteng itu, ya, Ay?"

Sorot memuja keluar dari netra Indah. Meski ia sudah sering sekali melihat beragam laki-laki tampan sewaktu menemani Raline bekerja, tapi baginya tidak ada yang semenarik objek perhatiaannya saat ini.

Sosok yang ternyata Langga itu, menurut Indah tak hanya tampan dan gagah tapi juga sangat berkharisma. Tidak banyak bicara namun tatapannya mampu mengguncangkan jiwa kaum hawa.

"Ah, tapi gua rada kuciwa ...."

Manusia yang diajak bicara oleh Indah belum menanggapi. Bukannya cemburu lantaran istrinya memuji laki-laki lain, ia sedang malas saja buka mulut.

Indah menyenderkan punggungnya di batang pohon kelapa, sementara kakinya bersila. Pasir menjadi alas duduk sepasang suami istri itu. Dan proses perekaman sebuah adegan di bawah langit jingga adalah tontonan mereka.

"Lu tau, nggak, Ay?" tanya Indah serius. "Siapa yang gua liat kemaren masuk ke kamar Pak Langga?"

Dul merotasikan bola matanya. Dari mana ia bisa tahu kalau Indah belum memberikan clue apa-apa? "Tau!" Ia lantas menjawab asal.

"Lah?" Raut terkejut terpasang di wajah Indah. "Hebat bener lu padahal gua belon cerita, yak? Cenayang lu, Ay?"

Satu toyoron mampir di kepala Indah. "Udah mendingan lu diem aje! Berisik!"

"Jahat banget lu!" Indah mengusap bekas tangan Dul di kepalanya. "Ini pala tiap taon dipitrahin tau ama Emak gua."

"Nggak nanya!"

"Tapi gua pengen ngasih tau elu. Kata Emak kalo sering ditoyor-toyor gitu entar gua bisa jadi bego."

Indah sungguh-sungguh menganggap mitos tersebut benar adanya. Ia ingin sang suami juga percaya pada informasi penting itu. Agar tak lagi-lagi mengulangi perbuatannya.

Tiba-tiba saja, Dul terbahak-bahak. "Emak lu boong! Lu udah bego dari lahir. Hahaha ...."

Melengos sambil mengeluarkan napasnya kasar, Indah cemberut. "Nanti kalo ada pendaftaran siswa baru di SLB, gua daftarin tuh mulut!" gumamnya yang masih bisa ditangkap oleh daun telinga sang suami.

Merasa sudah keterlaluan, Dul merapatkan diri ke tubuh si pemilik gaji. "Gua becanda elah!" Telunjuknya kemudian menoel pipi Indah. "Lu mah dari dulu pinter. Pinter bener! Gua aja kagum," bohongnya demi menghibur hati si istri sah.

Dalam sekejap, kemarahan Indah lenyap. Pipinya juga bersemu merah muda. Memang kalau sudah cinta, dusta juga akan terasa nyata.

"Lu tadi mau cerita apa?" Dul berusaha mengalihkan isi pikiran istrinya. Daripada harus melihat Indah tersipu lalu akan berakhir menempelinya sepanjang hari layaknya lintah, akan lebih baik jika mereka membicarakan hal lain saja. Walau sebenarnya Dul tidak ingin tahu apa yang hendak perempuan itu ceritakan.

"Ah, iya ...." Indah menepuk keningnya sendiri. "'Kan gua sampe lupa!"

Fokus matanya lantas beralih ke depan lagi. Pada segerombolan orang yang belum selesai juga dengan pekerjaan mereka.

Sebelum memulai mengutarakan hasil dari pengamatannya, Indah lebih dulu menengok ke segala arah, memastikan bahwa tak ada yang mendengarkan pembicaraannnya dengan sang suami. Ia jelas harus waspada, masalahnya di zaman milenial seperti saat ini, dinding dan rumput yang bergoyang bisa saja bertelinga.

"Kayaknya Pak Langga punya hubungan spesial ama si Tante," bisiknya pelan sekali. "Spesial pake telor empat!"

Dul mendelik. Informasi yang sepertinya sukar untuk dipercaya. Bagaimana mungkin? "Jangan sembarangan ngomong lu!"

ILUSI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang