"Loh ... loh ... loh ... mau ke mana, Cah Ayu?"
Langga gagal menahan tekad kuat Raline untuk meninggalkan rumah. Ia yang bersikeras takkan pergi dari sana, akhirnya memaksa sang istri angkat kaki. Dan ketika langkah panjang perempuan itu sampai di ruang tamu, orang-orang yang merupakan tetangga dekat termasuk juga pemilik rumah tersebut, seketika mengerutkan kening mereka dalam-dalam.
Bagaimana tidak, Raline bahkan belum mengganti kebayanya. Penampilan pengantin wanita itu juga lebih menyerupai seseorang yang tengah depresi daripada manusia yang mestinya sedang berbahagia di hari pernikahannya. Rambut Raline acak-acakan dengan sanggul yang bergelantungan nyaris terjatuh, riasan di wajah pun sudah rusak oleh sapuan air mata. Tangan kanannya menenteng sebuah tas yang tidak ditutup dengan benar, beberapa baju tampak mencuat keluar.
"Mau ke mana?" ulang si empunya rumah dengan sangat halus. Laki-laki paruh baya yang terlihat kelelahan itu kemudian mendekati putri sulungnya.
Di sudut ruangan, Anita meminta Rendra untuk mengantar para tetangga pulang. Perasaannya menyakini ada yang tidak beres dengan anak dan menantunya. Sehingga di tempat yang tak terlalu besar tersebut sekarang hanya tersisa dua pasang suami istri, yang lainnya sudah pergi.
"Ada apa?" Wisnu mengusap lengan Raline pelan. "Cerita sama Bapak ...." Masih menanggapi situasi dengan tenang, ia sadar betul tabiat anaknya. Raline acapkali membuat drama, masalah kecil pun kadang dijadikannya bola raksasa.
Tas berisi beberapa potong pakaiannya, Raline jatuhkan begitu saja. Ia lekas menubruk dada sang ayah lantas terisak kencang.
Anita mendekat dengan raut wajahnya yang kaku. "Kamu kenapa Raline?!" Berbeda dengan Wisnu yang tetap tenang, suara Anita justru meninggi. Karena tak mendapatkan jawaban, ia lalu melirik Langga yang berdiri tegang di belakang Raline. "Ada apa ini, Nak Langga?" tanyanya curiga.
Langga yang sejujurnya belum berani membuka kata, akhirnya menyahut ragu, "Nggak ada apa-apa, Bu ... kami cuma mau pergi ke hotel." Terpaksa sekali Langga mengucapkan kebohongan. Sungguh ia tidak ingin ada yang tahu, masalah pertama yang tengah menyerang rumah tangganya. Baginya, itu hanyalah sebuah kesalahpahaman yang bisa segera ia tangani seandainya saja Raline mau mendengarkan penjelasannya.
Tentu Anita tak begitu saja percaya, meski jika sesuai rencana, seharusnya sepasang pengantin baru itu memang akan pergi untuk berbulan madu. Tapi jelas bukan dalam keadaan menyedihkan seperti saat ini.
"Tapi kenapa Raline ...." Anita berbicara sembari memerhatikan sang putri yang masih menangis dalam pelukan Wisnu.
Bingung, Langga tak mengerti harus mengeluarkan kalimat apa lagi untuk menjelaskan keadaaan istrinya. Ia sedikit menunduk, memijit keningnya yang mendadak pening.
"Kamu ini kenapa?!" Anita mulai tak sabar. "Bilang ... jangan bikin orang tua khawatir!"
Wisnu menggeleng tegas. Memperingatkan sang istri agar tak bersikap terlalu keras pada putri mereka. Tapi ternyata peringatan itu tak diindahkan oleh perempuan yang sudah menemani hidupnya selama puluhan tahun. Anita tetap memberondong Raline dengan pertanyaan-pertanyaannya.
"Allahu Akbar! Ngomong, Raline! Jangan cuma nangis! Kamu kenapa? Takut diperawanin? Atau jangan-jangan ...." Anita menyipit lalu menuduh. "Kamu ketahuan selingkuh?"
"Ibu!" tegur Wisnu tegas. Raline sudah berubah sejak menjalin hubungan serius dengan Langga, ia yakin akan hal itu.
"Ya habisnya anak kesayangan Bapak itu ditanyain diem aja! Bikin ibu—"

KAMU SEDANG MEMBACA
ILUSI (Tamat)
RomanceBagaimana mungkin Raline akan baik-baik saja, jika tepat setelah pesta pernikahannya berakhir, dia mengetahui fakta bahwa sang suami ternyata mencintai sahabatnya sendiri. Part masih lengkap.