ILUSI - 21

80.4K 6.2K 301
                                    




"Mimpi sialan!" Raline sudah menggerutu meski matanya masih tertutup rapat. Setengah jiwanya telah kembali dari alam bawah sadar, sedang sebagiannya lagi tengah berputar-putar diantara khayalan dan kenyataan. "Kenapa, sih, kalo mimpi enak kayak gitu mesti sama dia? Nggak ada orang lain apa?"

Dari ratusan juta manusia berjenis kelamin laki-laki di dunia ini, mengapa dalam mimpi pun Raline harus bertemu Langga? Padahal daripada suaminya itu, ia lebih menginginkan bertukar keringat dengan Zayn Malik atau si tampan calon suami Son Ye Jin, Hyun Bin.

Raline lalu berkerut dahi kala secara tiba-tiba sinar matahari terasa menembus kelopak matanya. Dan sejurus kemudian, hangat yang berasal dari cahaya tersebut menyentuh seluruh kulit wajah dan leher yang tak tertutup selimut.

"Sudah saatnya bangun."

Begitu suara berat itu membelai daun telinga, Raline terlonjak kaget. Buru-buru dibukanya kelopak mata. Langga berdiri di samping tempat tidur. Dari ujung kepala sampai beberapa sentimeter di bawah pusar, kulit Langga tak terbungkus apa pun. Raline refleks menelan ludah, bayangan mimpi tadi malam, menari-nari dalam benaknya.

Please ... lo boleh khayalin semua cowok di dunia ini sekalipun itu Mr. Bean, asal jangan dia. Tolong kerja samanya, Otak! Raline membatin, mencoba menyumpalkan sugesti pada otaknya yang sedang berpikiran liar.

"Njir! Lo nggak bisa dibilangin, ya!" pekiknya kesal pada dirinya sendiri lantaran bukannya menghilang, bayangan erotis justru bertambah jelas ketika Langga mendekat dan berakhir duduk di tepi ranjang.

"Kenapa?" tanya Langga tak mengerti. Dari tadi diperhatikan, istrinya itu bergumam tak jelas.

Tak segera menjawab, mata Raline malah menyipit. Agaknya bingung akan sesuatu. Laki-laki di depannya ini nyata? Bukan sekedar mimpi belaka?

Langga lantas merapikan rambut-rambut yang menutupi wajah cantik istrinya. Posisi tidur Raline miring, kakinya mengapit bantal guling.

"Lo bukannya di Surabaya?" Raline seperti orang linglung. Mungkin pengaruh dari minuman beralkohol masih menguasai sebagian dirinya. "Eh ... jangan pegang-pegang!" Ditepisnya tangan sang suami yang mampir di pipinya. "Tangan lo bekas keringetnya Eva, jijik gue."

Bukan perasaan tersinggung apalagi marah yang Langga rasakan, laki-laki itu justru mengulum senyumnya.

"Kenapa lo?" Curiga merupakan teman dekat Raline jika perempuan itu sedang menghadapi Langga. Selalu dan selalu cuma ada hal-hal negatif yang bercokol di pikirannya. "Lo mau pamer, gimana bahagianya lo setelah ketemu dia? Najis!"

Gemas lantaran sang istri melantur tak jelas, Langga lekas mengecup bibir berwarna pink alami itu cepat-cepat. "Nggak ada bekas perempuan lain di badan saya, yang ada cuma aroma tubuh kamu." Langga merasa seharusnya dari dulu, ia menyangkal semua tuduhan-tudahan kejam itu. Terkadang pembelaan memang perlu, tidak untuk menyalahkan pihak lain, hanya saja supaya pemikiran buruk tak berkembang makin besar.

Merendahkan setengah badannya selepas membuat Raline terlentang, ia lekas menempel pada tubuh sang istri. Selanjutnya, sembari mendengarkan alunan detak jantung Raline, Langga berkata, "Saya sangat merindukan kamu. Padahal hanya satu hari kita berpisah."

"Pinter ngomong lo, ya, sekarang!" Menurut Raline, kini Langga rupanya tak hanya jago berakting, tapi juga merayu via suara. "Belajar dari siapa lo? Shah Rukh Khan? Lo pikir gue Kajol?" Ia lalu mendorong kuat kedua bahu suaminya agar tubuh mereka berjarak. "Udah gue bilang jangan sentuh-sentuh!" sentaknya, "Kulit gue alergi sama bekas orang!"

ILUSI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang