Berada dalam satu mobil dengan Langga selama kurang lebih empat jam, tentu saja tidak akan pernah menjadi pilihan Raline. Perempuan itu berdecih kemudian secara mengendap-endap mencoba untuk keluar dari halaman parkir tanpa diketahui oleh para pencari berita.
Raline sudah mencapai bagian terdepan dari badan mobil, sedikit memanjangkan lehernya untuk memeriksa keadaan sekitar, ia lekas mendesah lega ketika suasana tampak sepi. Kemungkinan besar wartawan masih mencarinya di dalam restoran.
Sebelum benar-benar beranjak dari tempat persembunyiannya, penyanyi bersuara merdu mendayu itu sempat menengok ke belakang, Langga terlihat tidak peduli dan tengah sibuk memijat layar ponselnya. Raline merasa tak perlu mengucapkan basa-basi busuk untuk berpamitan. Ia gegas saja berlari menjauh, menuju gerbang dan berencana akan menggunakan taksi untuk pulang. Urusan ke luar kota, bisa bersama sopir pribadinya.
Namun sial baginya, baru sekitar lima meter, lima orang laki-laki mengenakan rompi bertuliskan salah satu stasiun TV swasta, datang entah dari mana terus berjalan cepat ke arahnya. Sontak saja, Raline berbalik, kembali ke tempat semula.
"Berengsek!" umpatnya tertahan. "Ko mereka ke sini?"
Sembari mengatur napas, ia bersender pada badan mobil dengan tubuh yang ditekuk. Selanjutnya, Raline menoleh ke sana ke mari, mencari tempat yang sekiranya bisa menelan tubuhnya sehingga tidak ditemukan.
Dalam napas yang masih memburu, ia kemudian dikejutkan dengan pintu penumpang yang mendadak dibuka Langga. Lalu dengan isyarat dari kepala, pria itu menyuruhnya masuk.
"Ogah banget!" tolak Raline sambil menatap tajam pada Langga yang berdiri di sampingnya.
"Tinggal sepuluh langkah sebelum mereka menemukan kamu."
"Hah?!" Karena terdesak dan tanpa sempat berpikir lagi, Raline segera melompat ke dalam mobil. Setelah pintu ditutup dari luar, ia langsung menunduk sebab manusia-manusia penikmat sensasi yang mengejarnya, sudah ada di depan mata.
"Pak ... Bapak liat Sara Ibrahim, nggak?"
Suara bass yang entah milik siapa, Raline dengar jelas.
"Maaf ... saya nggak kenal."
"Itu loh, Pak, penyanyi yang lagi naik daun."
"Saya nggak tahu."
Tidak ada sahutan lagi dan yang selanjutnya terjadi adalah Langga memasuki kendaraannya terus mulai menyalakan mesin.
Raline hendak mengintip keluar lewat jendela, tapi sebuah telapak tangan besar menekan kepalanya.
"Mereka masih di samping mobil."
Ia urung bergerak, menunggu dalam diam sampai tak menyadari jika kendaraan yang membawa badannya berjalan perlahan.
"Eh eh, ko jalan, sih?!"
Ketika akhirnya Raline menegakkan punggung, mobil tengah melintas di depan mintu masuk restoran dan ia dapat menangkap bahwa para pemburu gossip ada di luar. Pintu juga tertutup rapat.
"Lo bohongin gue?"
Raline mengingat-ingat, ia memang tak mendengar suara derap langkah sewaktu Langga mengatakan jika para wartawan mulai memasuki restoran. Padahal, jika mereka benar-benar menerobos masuk, pasti suaranya ricuh, bukan sepi seperti tadi. Lagipula bagimana ia bisa lupa kalau restoran itu tergolong mewah dan untuk kalangan atas, mana mungkin membiarkan privasi pelanggannya terganggu lantaran pihak luar yang tak memiliki kepentingan dengan tempat makan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
ILUSI (Tamat)
RomanceBagaimana mungkin Raline akan baik-baik saja, jika tepat setelah pesta pernikahannya berakhir, dia mengetahui fakta bahwa sang suami ternyata mencintai sahabatnya sendiri. Part masih lengkap.