ILUSI - 20

85.3K 6.7K 366
                                    



Langga tidak mungkin melupakan saat-saat pertama kali ia menemukan keberadaan Raline di ibu kota setelah beberapa bulan menghilang dari hidupnya. Istrinya itu tengah bernyanyi di sebuah kafe, berpakaian casual dan rambutnya dikuncir kuda.

Dengan perasaan yang melambung tinggi ke angkasa, ia gegas memeluk perempuan itu seusai performance di atas panggung selesai. Namun, rasa bahagianya harus dihempaskan ke dasar jurang manakala sang istri malah melepaskan diri secara kasar lalu menyorotnya dengan tatapan penuh kebencian.

Ia diusir dengan kata-kata yang teramat menyakitkan dan tanpa diberi kesempatan untuk menjelaskan.

Tentang semuanya ....

Tentang status pernikahan mereka ....

Dan terutama tentang isi hati yang belum sempat diungkapkan lantaran tergulung tragedi.

Tapi Langga tak menyerah begitu saja, ia mengintai dari dalam mobil. Menunggu Raline keluar lantas akan membuntuti sehingga tahu di mana istrinya tinggal.

Hampir tengah malam ketika akhirnya Langga melihat Raline dipapah oleh seorang laki-laki berpostur mirip dirinya. Perempuan yang dicintainya itu berjalan sempoyongan, dengan tangan yang tak berhenti melambai-lambai sembarang arah.

Darah Langga mendidih saat itu juga. Berjalan tergesa untuk menghampiri, ia baru sadar kalau Raline dalam pengaruh sesuatu yang memabukkan. Entah kafe tersebut memang menjual minuman beralkohol atau ada orang lain yang mencekokinya.

Melepaskanmu ....

Bukan mudah bagiku ....

Untuk melalui semua ini ....

Nyanyian Raline bernada sendu, tapi sejurus kemudian sang budiwanita itu justru terbahak tanpa sebab.

Langga segera merebut paksa Raline dari laki-laki yang memapahnya. Si pria yang ternyata bertulang lunak itu awalnya terkejut dan berusaha mengambil Raline lagi. Tapi setelah Langga memberikan bukti bahwa status mereka adalah suami istri, dirinya diperbolehkan membawa Raline pergi.

Di sepanjang jalan, Raline tak berhenti menyanyi. Lagunya pun tak berubah, tetap berlirik menyedihkan yang seolah merupakan gambaran isi hatinya ... terhadap Langga. Hingga sewaktu berada di kamar hotel, Raline mulai mengoceh tak jelas.

Sebuah kalimat panjang yang terucap diselingi isak tangis malam itu, terpatri kuat di memori Langga. Teramat kuat sampai-sampai tak mampu ia enyahkan.

"Kenapa muncul lagi di depanku? Aku udah berjuang mati-matian buat ngelupain kamu. Aku lagi berusaha menyembuhkan sakitku sendiri. Kenapa muncul lagi? Setiap liat kamu ... aku rasanya pengen mati. Bayang-bayang wajah Bapak yang pucat bikin aku sekarat. Pergi! Aku mohon pergi ... silakan ambil Eva, tapi tolong ... kembalikan Bapak dan keluargaku ...."

Ketika itu Langga baru tahu, luka Raline terlalu besar untuk disembuhkan dalam jeda yang terlalu singkat. Istrinya jelas membutuhkan ruang yang lebih lama dan pastinya tanpa dirinya. Jika ia paksakan untuk kembali bersama, alih-alih menemukan kebahagiaan, yang ia dapatkan pasti akta perceraian.

Jadi ... ia putuskan akan menunggu ... sampai waktu bisa membuat badai berlalu.

Malam panjang itu Langga habiskan untuk memandangi wajah Raline yang terlelap di sampingnya. Baru setelah matahari menyapa, Langga menghubungi laki-laki yang bernama Alvi. Mereka berdua lantas membuat kesepakatan dalam banyak hal. Dan di hari-hari berikutnya, Langga dipaksa puas hanya dapat memandangi dari jauh.

Bagaimana Raline tersenyum dengan orang lain.

Bagaimana Raline tampak bahagia dalam dekapan laki-laki lain.

ILUSI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang