ILUSI - 28

76.9K 6.3K 483
                                    



Peringatan keras! Ada adegan tak senonoh. Jangan dibaca!!




"Ngapain lo tengah malem begini nelpon gue?!"

Di jeda waktu yang Raline gunakan untuk mempertimbangkan akan menerima atau menolak tawaran Langga, handphone-nya yang memang sengaja ia tinggalkan dalam tas, berdering. Ia memilih menjawab panggilan itu lebih dulu, dan membiarkan sang suami menunggu.

"Ada kabar penting, Mba ...."

Itulah Indah, si asisten rumah tangga yang kadang nyalinya begitu besar. Di luar sana, mana ada asisten yang berani mengganggu majikannya larut malam seperti ini.

Sepenting apa memangnya? Ada ribuan penggemar yang datang untuk minta tanda tangan? Ah ... mana mungkin?

"Apaan cepet bilang!" Raline duduk di tepian tempat tidur. Berseberangan dengan posisi Langga.

"Ituuhhh ... si Pinkyhh, Mba ...."

Nyaris Raline menyatukan alisnya di tengah. Suara Indah terasa aneh. "Iya, kenapa?!"

"Muntaaahhh-munt ... aaahhhh ...."

Shit! Indah mendesah? "Bangke lo, Ndah! Lagi ngapain, sih lo?!" Raline lebih menaruh konsentrasi pada desahan sang asisten, bukan pada berita yang disampaikannya. Pikirannya jadi melayang ke hal-hal yang negatif. Contohnya, di atas Indah ada Dul yang sedang ....

Astaga! Raline lekas menggeleng-geleng kencang supaya bayangan kotor itu segera enyah dari otaknya.

Belum juga ada sahutan, tapi tertangkap gendang telinga Raline, suara seperti semprotan air.

"Hehehe ... maaf, Mba ... saya lagi di kamar mandi, mules."

Sontak Raline berdiri, tangan kirinya berkacak pinggang. "Lo nelpon gue sambil BAB? Sialan emang lo, Ndah! Gue pecat juga, nih!"

Apakah memiliki asisten rumah tangga tak berakhlak merupakan balasan dari Tuhan karena dosanya yang sempat jadi anak durhaka? Mungkin iya.

"Maaf-maaf ... habisnya mumpung saya ingat. Dari tadi pagi saya mau bilang tapi lupa terus."

Tarik napas ... keluarkan. Tarik lagi lebih panjang ... embuskan. Raline mengulang kegiatan itu sampai dirasa emosinya mereda.

"Mau ngomong apa lo tadi?" Raline tetap berdiri. Kepalanya kemudian sedikit menoleh ke kanan, Langga dalam diam memerhatikannya.

"Si Pinky ... kalau menurut pengamatan saya, diliat dari depan, belakang, atas, dan bawah, kayaknya dia hamil, Mba ...."

"APA?!!!" Teriakan Raline menggema di seluruh sudut kamar. Matanya sekarang mendelik, emosinya kembali merangkak naik. "Gimana bisa? Siapa yang berani merawanin kucing kesayangan gue?!"

"Saya nggak tau, Mba ... saya nggak liat pas dia kawin." Indah menimpali dengan sangat santai.

Raline menjambak rambutnya sendiri, kesal setengah mati. "Tapi nggak ada kucing jantan di rumah! Pasti lo bawa dia keluyuran, kan?!"

"Iya, Mba ... hehe ... saya kadang bawa si Pinky kalo mau ngobrol sama pembantu sebelah. Maap ...."

"Tuh, kan! Awas lo, Ndah! Gue bakal bikin perhitungan sama lo!"

Tombol merah ditekan Raline menggunakan segenap tenaga. Marah sekali rasanya saat tahu hewan kesayangannya telah dinodai oleh jantan yang tak bertanggung jawab.

ILUSI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang