ILUSI - 35

69.9K 4.9K 302
                                    



Raline tahu jika Erlangga Brama Setiadji berasal dari kalangan atas, tapi tak menyangka kalau kekayaan keluarga itu faktanya lebih banyak dari yang ia perkirakan.

Mata Raline belum juga berkedip sejak ia mulai memasuki pintu gerbang kediaman kakek Langga hingga kini menginjakkan kaki di teras rumah besar tersebut.

"Kakek lo pelihara tuyul berapa biji, sih?" tanyanya masih menampilkan ekspresi takjub. Rumah mertuanya sama sekali tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan hunian yang ada di depan batang hidungnya ini.

Langga menautkan jemari tangan mereka. "Banyak," balasnya lalu mulai menggiring sang istri masuk.

"Gue rasa nggak cuman tuyul, emak bapak sampe kakek nenek tuyul juga dipelihara nih di sini." Raline tak henti-hentinya mengagumi kemewahan yang tengah dinikmati indra penglihatannya.

Di ruang tamu, keduanya disambut sepi. Melangkah lebih jauh, terdengarlah suara-suara orang yang sedang mengobrol ringan.

"Kalian datang?" Mutia yang pertama kali menyadari kehadiran sepasang suami istri itu. Bergegas ia beranjak dari sofa, meninggalkan tiga perempuan yang sekarang diam dan menoleh ke arah Langga dan Raline berdiri.

Setiadji atau yang lebih akrab disapa Opa Dji memiliki tiga orang anak, dua laki-laki bernama Brama dan Brata serta seorang perempuan yang diberi nama Branna. Ketiganya jelas sudah menikah dan mempunyai keturunan.

"Sini, Sayang ... mami kenalin sama tante-tantenya Langga." Selepas memeluk menantunya sesaat, Mutia langsung menggandeng Raline ke pojok ruangan.

Raline menurut saja. Di permukaan wajahnya, kekaguman atas hunian bergaya klasik tersebut belum juga sirna.

"Ini Tante Widya, istrinya Om Brata."

Saat ibu mertuanya menunjuk salah satu dari tiga orang yang duduk di sofa, Raline memindainya dengan seksama. Badan tambun perempuan berumur sekitar lima puluh tahunan itu mengenakan blouse model kelelawar, rambut pirangnya panjang dan berombak di bagian bawah. Bedaknya lumayan tebal, eyeliner tegas, blush on disapukan terlalu tebal di tengah-tengah pipi dan bibirnya yang tipis dipoles warna merah darah.

Kek perpaduan antara Jeng Kelin sama ondel-ondel, spontan Raline menilai dalam hati.

"Sore, Tante ...." Raline mengulurkan tangannya, "saya Raline ...," ucapnya sopan dan ramah padahal tadi ia sempat mengejek penampilan perempuan itu.

Uluran tangan Raline, dibalas sekilas. "Tante Widya," jawab menantu nomor dua di keluarga besar Setiadji itu angkuh. Widya bahkan tak mau sekedar mengangkat pantatnya, ia tetap duduk dengan menyilangkan kaki.

Mutia lalu beralih ke perempuan yang wajahnya sebelas dua belas dengan ayah kandung Langga. Mungkin bisa dikatakan kalau si bungsu adalah Brama versi perempuan berjilbab. "Kalau yang ini Tante Ranna, adiknya Papa."

Berbeda dengan Widya, Ranna berdiri kemudian memeluk Raline singkat. "Seneng deh tante bisa ketemu sama penyanyi favorit tante," ucapnya diwarnai senyuman, "Tante hafal loh sama semua lagu kamu ...."

Ranna sepertinya tidak menyimpan sedikit pun lemak di tubuhnya, Raline bisa melihat itu. Tangan yang memegang lengannya pun tampak kecil. "Tante bisa aja, saya jadi malu." Raline tersipu, tapi ia mengulum senyumnya terlalu dibuat-buat. "Tapi memang lagu saya bagus-bagus, sih," tambahnya yang menciptakan tawa di bibir Ranna.

"Kamu lucu ternyata." Ranna mengelus punggung istri Langga itu sebelum kembali duduk.

Perkenalan berlanjut ke perempuan yang masih muda. Raline menebak, umur gadis itu lebih sedikit darinya. "Raline ...." Tangan kanannya terulur lagi.

ILUSI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang