Patah Hati

5.2K 277 22
                                    

Flashback 2

Tampak seorang pemuda dengan punggung tegap dan tubuh tingginya hanya berdiri di luar gerbang kediaman keluarga Kim. Dia Na Jaemin. Sudah satu bulan dirinya tidak main ke rumah Harin, karena sekarang gadis itu dan ibunya tinggal di rumah Nara dan juga pindah sekolah yang sama dengan Nara dengan alasan lebih dekat.

"Na, lo, ya?" tanya Harin secara tiba-tiba turun dari sebuah mobil, Jaemin berbalik ia tersenyum lebar melihat gadis yang dinantinya.

"Gue tebak, lo datang ke sini karena kangen, kan, sama gue. Iya, kan?" Harin memicingkan mata, tapi Jaemin malah menjitak kepala gadis itu membuatnya mengerucutkan bibir.

"Gue kangen sama masakan Tante Soojung, tau, bukan sama lo." Jaemin terkikik, tapi sesaat kikikannya berhenti karena melihat seorang gadis di belakang Harin.

"Ohh, Kak Nara, gue lupa. Sini gue kenalin."

"Na Jaemin." Jaemin langsung menyodorkan tangannya dengan menatap lekat Nara.

Kayak pernah ketemu.

"Kim Nara," balas Nara menjabat tangan Jaemin.

"Yapp. Kim Nara!" Jaemin mengeratkan jabatan tangannya dengan tangan Nara sangat erat.

"Kkenapa?" tanya Nara bingung dan terkejut begitupun dengan Harin yang akhirnya menyadarkan Jaemin dengan melepaskan jabat tangan itu.

"Lo nggak ingat gue? Tahun lalu kita tanding saat Olimpiade Matematika," jelas Jaemin dengan antusias.

"Oh ya, gue inget. Na Jae-Min. Ya!" Nara mengingat-ngingat dengan mengangguk-nganggukkan kepala.

Dan Harin kini hanya diam seperti patung tak dianggap menatap mereka berdua.

"Jadi lo pacar Harin?" Nara menyimpulkan dengan mengangguk-anggukan kepala.

"Oh bukan, bukan, gue cuman sahabatnya. Tapi kalo maunya Harin sih kayak gitu, haha."

Hati Harin berdenyut sakit mendengarnya meskipun ia tahu itu hanya sebuah lelucon, tapi itu tetap menyakiti hatinya.

Tanpa aba-aba Harin langsung menginjak kaki Jaemin.

"Emangnya siapa yang mau pacaran sama lo, ogeb!" ucap Harin dengan kencang langsung pergi meninggalkan mereka ke rumah dengan hati yang sebenarnya hancur, karena secara tak langsung ia mendapat penolakan.

Sedangkan Nara ia hanya terkekeh melihat tingkah mereka, diam-diam Jaemin mencuri pandang Nara dan langsung tertangkap basah akhirnya mereka saling melemparkan senyum.

"Yuk, masuk," ajak Nara langsung melangkahkan kakinya.

Jaemin pun mengikutinya di belakang, pertama kalinya memasuki rumah baru Harin yang tepatnya rumah keluarga Kim, dan itu adalah awal Jaemin selalu berada di rumah itu.

.

Hingga sampai di hari ini, setelah satu bulan. Harin menatap cemburu Jaemin dan Nara yang tengah belajar bersama, dulu dirinya yang selalu diajari Jaemin tapi kini pemuda itu yang selalu minta diajari Nara. Ia hanya menatap kesal dengan memasukkan beberapa snack ke mulutnya dengan mengunyahnya tak beraturan. Mereka tak mempedulikannya sama sekali, terlalu sibuk berkutat dengan buku-buku dan soal yang mereka coba pecahkan.

Harin hanya bisa mempoutkan bibirnya kesal, ia bangkit berdiri dengan kasar dan beranjak ke dapur mengambil air minum.

"Kamu cemburu sahabat kamu nggak peduliin kamu lagi?" Soojung tiba-tiba datang mengagetkan Harin, membuat gadis itu tersedak.

"Uhukk uhukk, Mama ...," protesnya sambil duduk di kursi.

"Nara emang anak yang pintar serasi sama Jaemin," ucap Soojung tersenyum bangga.

Seketika mata Harin membulat karena kesal ibunya memuji Nara lagi, juga cemburu karena kini Nara yang selalu dekat dengan ibunya.

"Ma, aku suka sama Jaemin," ucap Harin dengan lancar dan tak malu-malu.

"Apa? Nggak boleh. Kamu harus ngalah, Nara juga suka sama Jaemin. Inget kebaikan Nara sama ayahnya pada kita." Soojung benar benar menyulut hati Harin dan membuatnya diam-diam menggigit bibirnya.

"Mama, anak Mama itu aku Oh Harin. Dan kita datang ke keluarga ini bukan buat ngorbanin perasaan kita." Ucapan Harin sangat lirih, matanya pun berkaca-kaca, ibunya kini benar-benar telah berubah.

"Tutup mulutmu, ikuti aja apa kata Mama. Kamu harus bisa ngebuat Nara selalu bahagia supaya ayahnya juga menyayangi kamu," tegur ibunya serta tatapan mata tajam untuk Harin.

Kelembutan yang dimiliki ibunya telah musnah, Harin langsung saja berdiri dan melangkahkan kakinya.

"Mau ke mana, kamu?!" tanya Soojung kencang.

"Cari angin keluar," jawab Harin cuek dengan air mata yang sudah membendung siap tumpah. Ia melewati dua insan itu lagi dan mereka tak menyadarinya lewat atau mungkin juga tidak peduli.

.

Gadis bermarga Oh itu duduk di teras rumahnya dengan perlahan air matanya menetes merenungi apa yang dikatakan ibunya barusan. Ia menginginkan ibunya yang selalu mendukungnya dan menyemangatinya bagaimanapun keadaannya. Selalu memanjakannya walau dengan kesederhanaan. Harin juga merindukan Jaemin sahabatnya sekaligus kakak yang selalu ada menemani. Benarkah Nara merebut semuanya?

Harin menggigil kedinginan ia masih saja terduduk di teras menggosok gosokkan kedua tangannya maksud ingin menunggu Jaemin pulang, ia ingin menemuinya dulu.

Jaemin tiba-tiba menghampiri, "Rin, dari tadi lo di sini?" Jaemin terkejut dengan melihat keadaan Harin.

"Na," lirih Harin langsung berhambur memeluk Jaemin dan membenamkan wajahnya.

"Ada apa?" Jaemin mengelus rambut Harin dengan perasaan bingung, Harin pun mendongak menatap lekat Jaemin.

"Gue suka sama lo, gue gak terlambat, kan?" ucap Harin menatap Jaemin mencari jawaban di matanya.

"Maksud lo?" tanya Jaemin replek pelukannya terlepas.

Namun, tiba-tiba Nara keluar. "Jaemin, hape kamu ketinggalan."

Harin perlahan mundur sedikit, mengatur jarak dari Jaemin.

"Ah iya," gumam Jaemin menerima ponselnya itu.
"Makasih, ya, sayang," lanjut Jaemin mengacak rambut Nara. Harin hanya terpaku melihat pemandangan di depannya dengan tatapan tak percaya.

"Ha-hahhaahakekeke." Gadis itu malah tertawa sekeras mungkin menyembunyikan kesedihannya, sontak membuat Jaemin dan Nara menoleh.

"Selamat, kedua kakak gue akhirnya jadian. Gue ikut bahagia," ucap Harin sok tegar padahal terdengar jelas suaranya yang parau, tak menunggu lagi ia pun langsung saja masuk ke rumah.

Jaemin hanya memandang miris Harin yang telah berlalu, bagaimanapun juga ia mengerti dan tahu apa yang Harin barusan ucapkan. Panggilan Sayang pada Nara secara tak langsung ia memberitahu Harin bahwa dirinya dan Nara sudah bersama.

💔💔💔

BIG NO !! - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang