First

4.3K 124 8
                                    

Ini extrapart, kita kenang lagi yuk gimana awal2 Jeno Harin pacaran.
.
.
.

Sabtu sore. Aku keluar sekolah seperti biasa, berjalan bersama teman-temanku dan bersiap menuju halte. Cuaca cukup cerah memang, membuat teman-temanku kegirangan karena akan merayakan malam minggu bersama pacar.

Aku tersenyum lucu ketika mengingat kata pacar, katanya sih aku pacar itu cowok tapi aku nggak ingat betul bagaimana kita jadian, bagaimana dia menyatakan cintanya dan bagaimana aku menerima cintanya. Yang pasti dia mengatakan aku pacarnya dan dengan seenaknya menciumku lagi dan lagi.

Apa aku juga akan merayakan malam mingguku bersamanya? Bahkan aku nggak memiliki nomor handphonenya. Lucu, kan?

Aku hanya menampilkan wajah datarku ketika mereka-para temanku merencanakan ke mana malam mingguan mereka.

Deg~

Jaemin ... itu Jaemin, cowok yang dulu selalu menemaniku kencan. Jaemin begitu mencolok dari siswa lain karena seragamnya yang berbeda. Jaemin sahabatku dan aku memiliki perasaan khusus padanya.

Senyumku yang awalnya semringah kini tiba-tiba kecut, melihat Jaemin menghampiri Kak Nara. Aku melupakan fakta itu, bahwa Jaemin sudah berstatus pacar Kakak tiriku.

Jika dulu Jaemin datang ke sekolahku untuk menjemputku, tapi kini untuk menjemput Kak Nara. Semua sudah berubah. Ini menyakitkan, jadi inilah yang dinamakan patah hati. Aku menyukai seorang cowok tapi cowok itu menjadikan kakak tiriku pacarnya.

"Rin." Sial sekali mereka melihatku.

Aku melirik mereka dan berusaha tersenyum, "Hai, Na. Jemput kak Nara, ya?"

"Iya," jawab Jaemin, sesingkat itu?

"Rin, hari ini lo pulang sendiri gapapa? Gue mau pulang bareng Jaemin soalnya." Kak Nara menatapku khawatir, aku sudah tahu untuk itu.

"Ciyeee ... mau langsung malam mingguan, kan?" tanyaku berusaha menampilkan wajah seceria mungkin, nggak ada yang tahu jika di balik kata ciye yang kuucapkan begitu menyesakkan dada.

"Ah, lo. Malam minggu apaan, belum izin sama Mama." Kak Nara mempoutkan bibirnya, melihatnya yang seperti itu, membuatku tersadar, Kak Nara itu cantik banget dan sangat sangat cocok bersanding dengan Jaemin.

"Gapapa kali, Mama pasti bolehin apalagi itu sama Jaemin. Mama udah kenal Jaemin dari kecil, ya nggak, Na?" Aku melirik Jaemin yang tampaknya seperti tersentak.

"Eh, iya." Lagi, Jaemin menjawab singkat. Menyebalkan sekali.

"Kok iya iya doang sih dari tadi," gerutuku memberengutkan pipi.

"Kenapa, Yank?" Nara melirik Jaemin dengan tampang khawatir, tangannya menyentuh wajah Jaemin. Kenapa harus panggil yank di depan aku coba?

"Gapapa kok, ya udah kita berangkat sekarang?" Jaemin tersenyum sambil merapikan rambut Kak Nara.

Mulai, aku hanya menjadi obat nyamuk di antara mereka. Tersenyum kecut dan melangkah pergi menjauhi mereka.

Samar-samar suara kak Nara kudengar mengiyakan. Aku harus merelakan Jaemin, meski kenyataannya itu susah. Mempertahankan perasaanku untuk Jaemin itu sama saja dengan aku menyakiti kak Nara sendiri, Mama, Papa baruku dan diriku juga.

Aku menggigit bibir bawahku berusaha agar air mataku nggak menetes. Aku nggak menyangka bahwa perasaan cinta bisa membuat menangis saat aku melihat cinta itu bersama yang lain.

"Hiks." Duduk sendiri di pinggiran halte, jika melupakan Jaemin itu segampang mencintai Jaemin maka aku takkan semerana ini. Aku takkan pernah bermimpi untuk menjadi pacar seorang Na Jaemin.

BIG NO !! - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang