Panas Hati

3.7K 259 10
                                    

Jam menunjukkan pada angka tujuh, malam hari. Harin mulai bosan hanya duduk berdua dengan Nara menonton televisi, tak ada pembicaraan. Nara yang sibuk menonton serius drama kesayangannya membuatnya lupa segalanya.

Ide gila Harin muncul, mengingat ibu dan ayah tirinya sedang tidak ada. Harin ingin segera menemui Jeno, mengingat Jeno yang kena bogem mentah Jaemin.

Harin naik ke atas masuk kamarnya membiarkan Nara sibuk sendiri. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang, mencari cara untuk keluar rumah. Keluar jendela sangatlah tidak mungkin, mengingat Jaemin dan Nara yang memaku langsung jendelanya hingga tak bisa lagi dibuka, karena dirinya pernah ketahuan keluar jendela dan nyaris membahayakan dirinya sendiri dengan meloncat ke tanah.

Gadis itu mengacak rambutnya sendiri kesal ponsel Jeno pun tidak aktif, Harin benar-benar ingin mengetahui keadaannya.

Akhirnya Harin segera bangkit membuka lemari pakaiannya, meraih hoodie kebesarannya dan langsung mengenakannya. Ia pura-pura masuk ke dapur lalu berjalan dengan santai melewati Nara.

"Harin, lo mau ke mana?" tanya Nara sangat serius, melihat tatapan mematikan Nara membuat Harin sedikit meringis.

"Ke mini market bentar, udah nggak ada stok snack," jawab Harin dengan lembut berharap Nara langsung percaya begitu saja.

"Lo nggak bohong, kan?" tanya Nara memicingkan mata curiga.

"Bohong gimana?" tanya Harin berpura-pura tidak mengerti, wajahnya benar-benar tampak tidak berdosa.

"Ketemuan sama Jeno. Lo jangan coba-coba nipu gue!" jelas Nara dengan matanya kembali tajam.

"Kak, lo nggak kasian sama gue? Gue pengen ngemil," ucap Harin dengan nada dibuat-buat.

"Lo itu cewek, lo nggak takut keliatan gendut?" tanya Nara tidak suka dengan pola makan Harin.

"Gue nggak bakal segendut itu, liat gue masih punya pinggang," tunjuk Harin memegangi pinggangnya.

"Pipi lo itu yang berisi," timpal Nara kini tertawa.
"Ayo gue anterin," lanjut Nara segera berdiri, Harin cepat-cepat menahannya.

"Nggak. Nggak usah. Gue cuma mau ke mini market depan, jalan kaki paling 15 menit udah balik lagi. Kak Nara nggak mau ketinggalan drakornya Kim Soohyun, kan?" Harin merayu Nara, ia memutarkan tubuh Nara untuk menghadap ke arah televisi, Nara tidak bisa menolak dan akhirnya mengangguk.

"Oke, sana cepet. Ini malam, di luar bahaya." Nara dengan matanya kembali ke layar televisi.

"Oke. Kakak mau nitip apa?" tanya Harin mencoba memberi Nara sogokan, kepalanya sedikit miring dengan mengedipkan sebelah matanya.

"Ahh gue nggak makan apa-apa kalo malem, gue nggak mau keliatan gendut," tolak Nara tanpa menoleh ke arah Harin. Harin tersenyum, dengan secepat mungkin ia keluar.

"Apa cantik itu harus tersiksa kayak gitu? Nggak bebas nikmatin makanan." Harin yang kini di luar bergumam sendiri.

"Tapi nggak heran juga sih Kak Nara bentuk tubuhnya bener-bener ideal dan pipinya tirus banget," lanjutnya yang akhirnya dia sampai di jalanan.

"Taxi." Harin melambaikan tangan, Harin sedang beruntung taxi itu berhenti dan tiada satupun penumpang. Langsung membuka pintu dan masuk.

Pada awalnya Harin ingin ke apartemen Jeno mengingat Jeno yang kena pukulan Jaemin, tapi entah hatinya mengatakan tidak dan akhirnya ia pergi ke club malam.

.

Setibanya di sana, Harin menghampiri Mark yang seperti biasa terlihat santai duduk dikelilingi banyak gadis.

"Di mana Jeno?" tanya Harin tanpa basa basi.

"Oh Harin?" kaget Mark, melihat penampilan Harin yang tidak biasa, tampilan rumah, terlihat jelas dari celana tidur panjang gadis itu.

"Tuh!" tunjuk Mark kemudian menunjukkan Jeno tengah menari bersama seorang wanita dan sangat intim.

Tanpa menunggu apapun Harin langsung menghampiri kedua orang itu dengan kesal. Giginya mengerat kuat tat kala melihat wanita yang bersama Jeno dengan berani mencium bibir Jeno.

"Jeno!" Harin menarik Jeno kasar, menjauhkan Jeno dari wanita tersebut.

"Hei, lo jangan coba-coba goda cowok gue!" ucap Harin dengan kencang mendorong si wanita karena cemburu.

Wanita itu tersenyum sinis menatap Harin dari atas sampai bawah lalu menghampirinya dan juga mendorong Harin.
"Lo anak di bawah umur nggak pantes masuk ke tempat kayak gini, lo harusnya belajar di rumah," ejeknya.

Harin naik pitam, kembali bangkit dan mendorong kembali wanita itu, tapi kali ini wanita itu dapat menahan Harin dan menjatuhkan Harin ke lantai.

"Hei!" bentak Jeno pada wanita itu tidak terima gadisnya diperlakukan demikian.

"Nggak tau gimana pikiran lo, Jen, macarin anak kecil kayak dia," ucap si wanita meremehkan Harin dan menatap sinis.

"Lo jangan mentang-mentang lebih tua dari gue dasar tante-tante!" Harin berteriak kencang, segera bangkit dan hendak mencakar wanita itu tapi Jeno menahannya.

"Dasar anak baru labil," gumam si wanita pergi meninggalkan mereka, dari cara Harin bicara aja wanita itu bisa tahu kalau Harin begitu kekanakan.

Dan Jeno terus menarik Harin hingga duduk di sebuah sofa, Harin masih menampilkan wajah kesalnya melipat tangan di dada dan cemberut.

"Sayang, mau minum apa, hm?" tanya Jeno mengangkat dagu Harin lalu mengecup bibirnya singkat. Sia sia, Harin masih seperti itu.

"Sayang, aku minta maaf," lanjut Jeno merayu Harin, sambil menggenggam tangannya tapi Harin menepis kasar tangan Jeno.

"Lo nggak malu sama teman-teman lo pacaran sama anak kecil kayak gue?" tanya Harin datar.

"Cewek barusan cocok sama lo. Sesering apa lo bareng dia?"

Jeno sangat kesal ia mengepalkan tangannya dan menyandarkan Harin ke kepala sofa lalu menciumnya dengan ganas dan sangat kasar.

Tak peduli itu tempat umum di tengah-tengah orang yang berjoged ria dan minum untuk melupakan masalah. Harin mendesis dan membrontak tangan Jeno sudah di atas dadanya dan masih menciuminya kasar.

"Hentikan! Lo gila!" ucap Harin dengan kencang mendorong Jeno dan segera merapikan bajunya.

Jeno sudah siap nyosor lagi tapi Harin segera berdiri menatap tajam Jeno, Harin baru menyadari Jeno yang babak belur. Mungkinkah karena Jaemin?

"Tadinya gue ke sini mau minta maaf karena Jaemin mukul lo tapi nyatanya di sini lo malah lagi seneng-seneng. Gue pulang aja, Kak Nara pasti lagi nungguin." Harin ketus, tatapannya merah dan suaranya sedikit parau.

"Hai, Oh Harin. Lo tahu siapa yang udah buat Jeno babak belur gini?" tanya Lucas secara tiba-tiba menghampiri.

Jeno menyela dengan cepat, "Udah gue bilang, kan, Lucas ... dia bukan siapa-siapa."

"Dia Jaemin sahabat gue, cowok kakak gue Kak Nara, kenapa?" jelas Harin seadanya.

Kenapa Harin ini begitu polos?

Lucas tersenyum simpul menatap Jeno, Jeno membuang mukanya mengembuskan napasnya kesal Harin meceritakannya. Kemudian Jeno langsung menarik Harin membawanya keluar.

"Mau ke mana, Jen?" tanya Haechan duduk bersama wanita tadi.

"Pulang," jawab Jeno singkat, teman-temannya hanya diam beralih menatap Harin.

Sedangkan Lucas, ia tersenyum, senyum yang tak dapat diartikan. Lucas, tahu jawabannya, bukan Jeno jika harus babak belur.

Jawabannya adalah Kim Nara.

tbc

BIG NO !! - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang