Hari ini hari kelulusan Kim Nara, gadis itu terlihat sangat bahagia menerima begitu banyaknya bunga dan yang mengucapkan selamat. Kebahagiaan Nara juga bertambah karena beasiswa itu didapatkannya, karena kecerdasannya dan segala prestasi yang diperolehnya. Siapa yang tak mau bersekolah tinggi di luar negri dan hanya dengan mengandalkan segudang prestasi dan kecerdasan.
Harin hanya bisa diam, dirinya ingin seperti Nara. Ingin melihat wajah bahagia dan bangga sang ibu itu untuknya. Harin hanya bisa tersenyum manis melihat kebahagiaan kakaknya itu. Melihatnya berpidato, melihatnya menerima penghargaan dan setelah itu menerima banyak bunga dan sibuk berfoto.
Harin menghela napas dalam setelah bosan juga dengan melihat sang mama yang ikut sibuk, Harin berniat menyingkir dari sana.
Brukh~
Harin menabrak seseorang karena terus menunduk. Wajahnya menabrak dada bidang seorang pria.
"Maaf." Harin membungkuk berkali-kali.
"Harin?" ucap si pria.
Suara itu? Harin mendongakkan wajahnya, dan di depannya saat ini adalah Jeno.
"Kamu kenal dia, Jeno?"
Harin baru menyadarinya. Jeno tidak sendiri, dia bersama seorang pria paruh baya, memang terlihat berumur tapi masih telihat gagah dan tampan.
"Iya, Ayah. Dia Harin adik dari Kim Nara," jelas Jeno dengan terlihat sopan. Harin baru mengetahui bahwa Jeno sangat hormat pada orang tuanya, ia hanya bisa membungkuk hormat pada ayah dari Jeno itu.
"Ah ya aku lupa bahwa ayah mertuamu punya keluarga baru." Lee Donghae tertawa pelan.
Jongin menghampiri dengan senyum merekah. "Ah kalian udah datang, maaf anakku sedang sibuk tidak nyambut kalian dengan baik."
"Nggak apa-apa, murid berprestasi kayak Nara pastilah sangat sibuk di saat seperti ini," ujar Donghae tersenyum penuh arti.
Mata Harin secara tiba-tiba beralih pada Jeno, Harin baru menyadari Jeno membawa rangkaian bunga dan ternyata dia juga tengah menatap Harin, membuat gadis itu segera mengalihkan pandangannya lagi.
Harin hanya bisa melihat mereka, Jeno yang memberi selamat dan memberikan bunga itu. Wajah Nara yang awalnya bahagia kini berubah terlihat canggung, apalagi dengan kehadiran Donghae. Harin menatap diam Nara yang berfoto dengan Jeno, Nara menggandeng tangan Jeno atas permintaan orang tua mereka.
Serasi, itu yang ada di mata Harin untuk Jeno dan Nara saat ini.
"Nara berhasil mendapat Beasiswa kuliah di Jerman," ucap Jongin dengan bangga kepada Donghae.
"Wah, Selamat, Nara. Kamu memang calon istri yang dicari Jeno," ucap Donghae takjub juga bangga memuji Nara.
Harin yang seperti patung tak dianggap hanya bisa diam dengan telinga yang ia rasakan panas. Namun tiba-tiba ponselnya bergetar dalam saku jeansnya, Harin segera mengambilnya dan melihat siapa yang menelpon, Jaemin.
Harin melupakan bahwa hari ini juga hari kelulusan Jaemin, dengan takut ia menjawab panggilannya.
"Hei! Rin, tega banget lo nggak hadir!"
Harin langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya mendengar Jaemin yang langsung nyerocos, Jaemin memang kembali seperti dulu, Jaemin Sahabat Harin.
"Maaf, Na. Gue masih di acara kelulusan Kak Nara. Gue secepatnya ke sana sekarang." Harin langsung menutup panggilan begitu saja.
Harin hanya tertawa pelan setelah memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Lagi-lagi mata Harin kembali bertemu dengan mata Jeno, dan Harin selalu mengacuhkannya.
"Ma, hari ini aku harus ke sekolah Jaemin, ya." Harin menghampiri Soojung, terlihat wajah Soojung menjadi tidak suka mendengar Harin.
"Harin, kamu pacaran sama Jaemin? Kamu nggak mikirin perasaan kakak kamu?" bisik Soojung sangat pelan.
Harin yang bosan mendengar ibunya yang terus mengkhawatirkan Nara, hanya bisa memasang wajah datar.
Harin menghela napas dalam. "Ma, Jaemin itu sahabatku dari kecil, Mama tau sendiri, kan. Dan ini hari kelulusannya aku harus hadir." Harin mulai memelas.
"Harin, kamu mau ketemu Jaemin?" Tiba-tiba Jongin menghampiri dan Harin hanya mengangguk.
"Oke, kamu harus ucapin selamat buat dia," balas Jongin.
Harin langsung tersenyum senang mendengarnya, segera berpamitan pada Nara juga Donghae dan Jeno karena tak bisa menemani.
.
."Nana ... selamat ...." Harin secara tiba-tiba memeluk Jaemin, tidak sadar bahwa di samping Jaemin ada sang bunda dari Jaemin.
"Mana bunganya? Lo nggak bawa bunga?" tanya Jaemin setelah Harin melepas pelukannya.
"Bunga? Ya ampun gue lupa." Harin menepuk jidatnya sendiri, bagaimana mungkin ia melupakan hal penting di hari kelulusan? Mungkin karena efek dari Jeno sebelumnya.
"Kamu ini lucu sekali, Harin."
Harin menoleh mendengar siapa yang bersuara, tentu saja itu Bunda YoonA, seketika Harin membulatkan mata karena malu.
"Hehe ... Bunda." Harin hanya nyengir dan sedikit mengusap tengkuknya.
"Karena lo nggak bawa bunga jadi lo harus ganti rugi." Jaemin tersenyum jahil penuh kemenangan.
"Ganti rugi?" Harin mengerutkan kening tak mengerti.
"Ganti rugi dengan lo kencan sama gue." Jaemin tersenyum senang, ia sedikit mengedipkan matanya.
"Kencan? Mana bisa gitu?" Harin langsung membulatkan mata tak setuju.
"Iya, kan, Bun?" tanya Jaemin melirik YoonA dan mengedipkan sebelah matanya lagi, YoonA hanya menggeleng tapi akhirnya mengangguk.
"Iya, kencan aja sama anak Bunda," ujar YoonA akhirnya juga tersenyum jail.
"Lo curang, Na. Gimana bisa lo gunain Bunda buat nyogok gue!" Harin ketus mempoutkan bibirnya.
"Udahlah terima aja. Lo nggak tahu, ya, gue dapetin nilai yang bagus banget." Jaemin mengacak rambut Harin.
"Ya udah deh, ujung-ujungnya tetep gue nggak bisa nolak, tapi cuman satu hari ini aja, ya?" Harin mengangkat kedua alisnya.
"Kalian lucu banget deh, ya udah Bunda pulang, ya, yang lain juga udah pada pulang," ucap YoonA. Harin melihat ke sekeliling, benar saja tinggal beberapa orang berada di sana.
"Iya, Bunda. Hati-hati, ya." Harin membalas.
tbc
Kapal Jaemin sama Harin pasti seneng 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG NO !! - Lee Jeno
Fanfiction🔞 "Putusin Jeno!" Itu yang tiap hari gue denger dari orang di sekitar gue. [REPUB]