🔞
Semakin malam hujan semakin lebat, angin pun semakin berhembus kencang, juga petir yang terus menggelegar.
Tak ada yang berani keluar kecuali orang-orang yang memang dalam perjalanan pulang dan itupun dengan kendaraan. Tidak dengan gadis ini, Harin nekat keluar dari rumah dengan hanya berbekal payung yang percuma karena terus oleng karena angin, lalu ransel yang berisi beberapa pakaiannya.
Dengan menggigil Harin terus menyusuri jalanan, juga isakan-isakan yang terus keluar dari bibirnya, yang ia tuju sekarang adalah rumah lamanya. Tak peduli hujan dan angin semakin kencang.
Payung Harin terbawa angin, awalnya ia ingin mengejarnya tapi payungnya sudah terlalu jauh terbang.
Harin kebasahan, ia semakin menggigil, perjalanan ke rumah lamanya masih jauh. Ia terus berharap ada bus lewat, tapi ini sudah terlalu malam tak akan ada bus lagi, memesan taxi ponselnya sudah ikut kebasahan di saku jeansnya. Sudah satu jam Harin memilih terus berjalan, tak ada satupun kendaraan yang ia jumpai.
Jembatan, gadis itu sudah berada di jembatan dan di bawahnya sungai. Ia tersenyum menatap sungai di bawahnya, pasti sejuk dan nyaman jika terjun ke bawahnya, batinnya. Ia pegang erat besi di depannya.
Tapi tiba-tiba Harin menutup wajah dengan lengannya karena silau, sebuah mobil melaju di atas jembatan itu, berhenti di depannya. Ia memicingkan matanya, seorang pria keluar dari mobil dan menghampiri dengan cepat.
"Eh, jangan bunuh diri," ucap pria tersebut menyentuh lengan Harin.
Harin seperti mengenal suara pria itu, ia meliriknya dan benar saja, meskipun di bawah guyuran hujan lebat dan malam hari Harin dapat melihat dengan jelas, dia Mark Lee.
"Harin, ini lo, kan? Lo mau bunuh diri?" tanya Mark yang juga menyadari itu adalah Harin.
Harin menggeleng dan bergumam, "Nggak ...." sangat pelan dengan tubuh yang menggigil.
"Kalo bukan bunuh diri terus ngap-" Ucapan Mark terhenti karena melihat Harin menggigiti kuku dengan bergetar.
"Ah, mending lo ikut gue, ayo." Mark menarik tangan gadis itu.
"Nggak, nggak usah, Kak," tolaknya.
"Lo harus nurut sama gue! Lo cewek temen gue, jadi gue nggak bisa biarin lo." Mau tak mau Mark harus dengan paksa menarik Harin agar masuk ke mobilnya.
.
.
.Di sebuah kamar kini Harin terbangun dengan kepala ia rasakan sedikit pusing, ia mengedarkan pandangannya dan mengingat apa yang sebelumnya terjadi. Ia meringis merasa malu ketika mengingat dirinya tertidur di mobil Mark.
Lalu di mana ia sekarang? Bahkan ia sekarang mengenakan kemeja putih kebesaran yang ia yakini milik seorang pria. Ia menggeleng kala kepalanya berpikir bahwa Mark yang mengganti pakaiannya, seluruhnya.
Kakinya perlahan turun menyentuh lantai dan melangkah ke luar, Harin baru menyadari di mana dirinya sekarang. Ruang tengah yang sangat ia kenal.
"Rin, lo bangun?" tanya Jeno yang datang dari arah dapur.
"Jen? Kenapa gue di sini?" Harin balik bertanya.
"Tadi Mark nganterin lo," jawab Jeno singkat.
"Ada apa? Kenapa lo pergi dari rumah dengan banyak pakaian? Lo kabur?" tanya Jeno bertubi, menghampiri Harin dengan perasaan sangat khawatir.
"Gue dipukul Mama berkali-kali," jawab Harin datar.
"Dipukul?" Jeno terkejut juga tidak percaya, menatap tajam gadisnya itu. Tapi melihat lebam di sudut bibir Harin dan sebelah wajahnya juga agak bengkak Jeno pun menghela napasnya dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG NO !! - Lee Jeno
Fanfiction🔞 "Putusin Jeno!" Itu yang tiap hari gue denger dari orang di sekitar gue. [REPUB]