Jaemin mengacak rambutnya frustrasi mengetahui Harin tidak ada di pertunangan Jeno dan Nara, ia menyesal tidak tahu gadis itu kabur semalam.
Pertunangan itu batal begitu saja, dan yang disalahkan adalah Harin. Jaemin juga tak menyangka melihat ibunya Harin yang mengumpat Harin tidak jelas karena batalnya pertunangan itu, bahkan sang ibu dari Harin itu mengatakan tidak mengkhawatirkan Harin berada di luar sana ketika Jaemin bertanya tentang gadis itu.
Jaemin menyadarinya, Harin pergi bukan hanya karena tak rela Jeno bersama Nara tapi karena ibunya juga, membuat Jaemin semakin mengkhawatirkan Harin yang entah di mana. Pemuda itu pun akhirnya mencari Harin, dan tempat pertama yang ditujunya adalah rumah lamanya.
Benar saja, saat ini Jaemin melihat Harin yang baru keluar dari taxi, dipapah oleh seorang perawat.
"Rin ...." Jaemin menghampiri. Harin yang terkejut melihat Jaemin hanya bisa membulatkan mata.
"Gue khawatirin lo, lo kenapa, hah? Lo sakit?" tanya Jaemin lagi yang kini memeluk Harin erat."Mbaknya demam." Si perawat yang menjawab.
Kini Harin hanya bisa ambruk tanpa tenaga di pelukan Jaemin, kepalanya yang sakit dan badannya yang sangat meriang.
"Kamu pergi aja, bilang sama Jeno cowok namanya Jaemin yang merawat Harin," ucap Jaemin pada perawat itu saat setelah memastikan Harin tidur di kamar.
"Tapi-" Perawat itu ragu-ragu.
"Dia nggak bakal marah, percaya aja." Jaemin meyakinkan membuat perawat itu akhirnya mengangguk.
"Ya udah, kalo gitu saya permisi," ucapnya sambil membungkuk.
***
Harin membuka matanya dan sedikit menggeliat, sepertinya demamnya sudah turun. Ia terkejut dirinya sekarang berada di kamar lamanya, di rumah lamanya. Membuatnya mengingat masa lalu, masa bersama ibunya yang memanjakannya, masa kecil bersama ayahnya, masa bersama Jaemin di rumah itu, yang penuh kebahagiaan.
"Udah bangun?" ucap Jaemin dengan senyum cerahnya, Harin yang masih tampak bingung dengan keberadaannya Jaemin hanya sedikit meringis.
"Keliatannya lo udah baikan," lanjut Jaemin menyentuh kening Harin.
"Gue baik-baik aja." Harin menjawab setelah mengingat kejadian sebelumnya.
"Lo makan dulu, ya. Gue ambilin dulu buburnya." Jaemin langsung berdiri hendak mengambil bubur.
"Nggak usah!" tolak Harin cepat, "gue bisa sendiri," lanjutnya pelan, langsung turun dari ranjang.
Jaemin hanya tersenyum mendengarnya, gadis itu masih saja seperti itu, batinnya.
"Gue suapin, aaaa." Jaemin menyendok buburnya di mangkuk Harin dan menyuapinya.
Awalnya Harin hanya diam tapi akhirnya menerima suapan Jaemin, dan menerima lagi sampai bubur itu habis.
Mereka sama-sama tak mengeluarkan sepatah katapun selama Jaemin menyuapi Harin, Jaemin hanya tersenyum saja melihat Harin yang makan dengan lahap dan terlihat cuek saja meski Jaemin berkali-kali mengajaknya senyum.
Setelah selesai Jaemin pun berlanjut mengambil obat Harin dan mengeluarkannya satu per satu dari kemasannya menyodorkannya pada Harin, gadis itu menerimanya langsung memasukkannya ke mulutnya dan kembali menerima air putih yang juga disodorkan Jaemin. Harin merasa terharu atas tindakan Jaemin yang terlalu memperhatikannya dan memperlakukan Harin seperti itu.
"Sekarang lo cerita sama gue, kenapa kemarin lo nggak kabur aja ke rumah gue?" tanya Jaemin dengan lembut menatap Harin.
"Gue nggak mau bebanin lo, Na. Gue bukan kabur, cuman pengen tinggal di sini lagi aja," jelas Harin pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG NO !! - Lee Jeno
Fanfiction🔞 "Putusin Jeno!" Itu yang tiap hari gue denger dari orang di sekitar gue. [REPUB]