Perkara

3.2K 224 3
                                    

"Bukan karena kalian pernah pacaran? Bukan karena Jeno masih cinta sama kakak?" tanya Harin tersenyum miris.

Mata Nara sedikit membulat, dan detik berikutnya ia mencoba sebiasa mungkin. "Jangan asal bicara, Oh Harin. Jeno dan teman-temannya keroyok Jaemin karena lo deket-deket Jaemin," ucapnya datar, mencoba menetralkan rasa gugupnya. Nara tak ingin menyakiti Harin.

"Gue pergi dulu." Nara dengan cepat bergegas meninggalkan Harin. Sedangkan Harin masih tak berkata-kata, ia terjatuh duduk dengan pandangan kosong. Hanya meremas tangannya sendiri, ingin semua yang dialaminya saat ini hanyalah mimpi.

Mengingat Jaemin di dalam sana pasti tengah menunggunya, tak lama akhirnya gadis bermarga Oh itu bangkit, mencoba tersenyum dan memasuki kamar rawat Jaemin. Pemuda itu juga langsung tersenyum melihat kehadiran Harin.

"Maaf, ya, baru jenguk." Harin tersenyum hangat, membantu Jaemin untuk duduk. Jaemin hanya sedikit meringis merasakan bagian-bagian tubuhnya yang ia rasakan nyeri.

"Liat deh wajah lo yang gans ini sekarang benar-benar jelek." Harin mencoba tertawa kecil sambil mengusap pipi Jaemin.

Pemuda itu tersenyum, tangannya menangkap tangan Harin yang berada di wajahnya itu.

"Na, maaf." Harin beralih menatap tangan yang satunya lagi, tangan sebelah kanan, tangan yang jari-jarinya Harin yakini baru selesai operasi itu karena terbungkus perban.

"Minta maaf untuk apa?" tanya Jaemin terlihat bingung, menatap Harin yang matanya begitu sembab, Jaemin meyakini Harin memang habis menangis.

"Karena gue lo terluka gini." Harin menunduk merasa bersalah.

"Ini bukan salah lo, gue aja yang nggak hati-hati dan nggak siap. Jangan lo pikirin, sekarang gue baik-baik aja." Jaemin tersenyum manis walaupun di sudut bibirnya lukanya sangat parah. Jaemin juga bahagia bisa berbicara dengan Harin seperti itu lagi setelah sekian lama.

"Kalo bukan karena gue, apa berarti karena Kak Nara? Jeno ngehajar lo karena cemburu Nara sama lo?" lirih Harin dengan nada lemah sangat menyedihkan.

"Rin, lo abis nangis, ya?" tanya Jaemin kini khawatir karena mendengar nada bicara Harin yang parau dan raut wajahnya yang murung.

Harin hanya diam, ia tidak tahu harus bicara apa. Jaemin menghela napas dengan senyuman, mengangkat dagu Harin dan menatap dalam matanya.

"Lo nangis?" tanya Jaemin tak sabaran, semakin menatap dalam sang gadis.

"Gue nangisin lo, tau. Gue takut terjadi sesuatu yang buruk sama lo," jawab Harin tertawa pelan, tertawa yang sebenernya begitu memilukan, bahkan Jaemin juga menyadari hal itu.

"Bilang sama gue. Ayo bilang, bukannya lo selalu cerita semuanya sama gue?" Tangan kiri Jaemin kini menangkup sebelah wajah Harin, menatap lekat gadis itu penuh kerinduan.

Harin yang ragu mengatakannya dengan gemetar mengeluarkan suara. "Bukan apa-apa, kok." Harin masih ragu, juga tak mau membuat Jaemin tambah kecewa pada Jeno dan Nara.

"Rin ...." Jaemin menggenggam tangan Harin dengan sebelah tangannya itu, meyakinkan Harin.

"Gue liat Jeno sama Kak Nara ciuman tadi," ucap Harin dengan cepat tanpa menatap Jaemin, bibirnya sedikit tersenyum miris.

Ucapan Harin sangat menusuk di telinga juga hati Jaemin.
Ia mengepalkan tangan kirinya itu dan Harin langsung membenamkan wajahnya di dada Jaemin, langsung terisak menangis. Tangan pemuda itu terangkat mengelus sayang rambut Harin.

"Gue juga udah putus sama Nara tadi siang," jelas Jaemin datar, menatap lurus lantai dengan mengusap-usap punggung Harin.

Harin tersentak, mendongakkan wajahnya menatap Jaemin tak percaya. "Kenapa putus?" tanyanya tegang.

"Nara yang putusin gue, dia tahu perasaan gue ke lo." Jaemin menjawab dengan seadanya diakhiri dengan helaan napas berat.

Harin yang mendengar itu langsung memijat pelipisnya, ia telah menyakiti Nara.

"Lo nggak bohong, kan? Bener Kak Nara yang putusin lo dan bukan lo yang putusin dia?" tanya Harin lirih.

Jaemin hanya mengangguk lemah.

Di lain sisi, Nara yang juga menyusul berjalan menghampiri kamar rawat Jaemin. Langkahnya terhenti tepat di kamar rawat Jaemin, pintunya sedikit terbuka tapi ia enggan melanjutkan langkah kakinya karena terdengarnya percakapan Jaemin.

"Gue juga nggak tega sebenernya, dia yang minta putus. Gue emang belum bisa cinta sama dia, tapi gue udah usaha, Rin, buat cinta sama Nara." Jaemin sedikit memejamkan mata pertanda bahwa dia menyerah.

"Pertanyaan gue, kenapa lo jadiin Kak Nara pacar kalo dari awal nggak pernah punya rasa apapun sama dia?" tanya Harin sedikit mengeratkan giginya, sangat kesal.

"Karena lo," jawab Jaemin pasti, "udah lama gue pendam perasaan gue ke lo, tapi gue takut rusak persahabatan kita yang udah terjalin sejak kecil. Sampe tiba saat kita tak sengaja ciuman karena es krim itu, gue tanya perasaan lo gimana ke gue, lo inget? Lo jawab biasa aja. Jadi, ya udah gue buang jauh pemikiran gue tentang milikin lo dengan status pacar." Jaemin tersenyum sinis mengingat semua itu, mengingat betapa pengecutnya ia dulu.

Deg~

Tanpa disadari siapapun, Nara yang di balik pintu menutup mulutnya dan kembali air matanya mengalir. Jelas Jaemin tak pernah mencintainya. Nara berbalik lagi, pergi setengah berlari sambil menangis.

"Rin, akhiri hubungan lo sama Jeno. Sekarang lo udah tau kayak gimana dia. Kita bisa balik dengan status pacaran," ucap Jaemin penuh semangat, namun Harin langsung menggelengkan kepala.

"Gue nggak bisa. Lo nggak mikirin gimana keluarga gue nantinya," lirih Harin menolak, "Kak Nara sama Mama mungkin nggak apa-apa, tapi bokap tiri gue? Apa yang bakal beliau katakan saat tau anak tirinya ngambil cowok yang pernah dipacarin anak kandungnya?" Harin menunduk memikirkan perkara rumit yang ia hadapi jika dirinya melakukan hal demikian.

Harin mulai mengangkat wajahnya kembali menatap Jaemin, "gue juga masih punya harapan buat bisa balik sama Jeno," jelasnya sedikit menggigit bibir.

Jaemin mengembuskan napas beratnya dan memalingkan wajahnya mendengar kalimat terkahir Harin, tak percaya gadis itu masih berharap pada Jeno yang jelas-jelas menyakitinya.

"Rin, jelas-jelas lo tahu apa yang dilakuinnya di belakang lo. Lo masih mau balik ke dia?" tanya Jaemin dengan alis menukik dan rahangnya yang mengeras.

"Kalo dia minta maaf dengan sungguh-sungguh dan nyesel, kenapa nggak?" jawab Harin datar.

"Lalu apa yang bakal ayah tiri lo katakan saat tau pacar anak tirinya adalah mantan pacar anak kandungnya?" Jaemin membalikkan pertanyaan yang pernah Harin ucapkan di menit sebelumnya, "dan juga..." ucapan Jaemin menggantung, "Jeno udah menodai Nara."

"Lo sendiri? Apa yang lo lakuin di kamar Kak Nara kemarin malam?" tanya Harin sinis.

Jaemin diam, pikirannya sedikit melayang ke malam itu. "Gue nggak lakuin hal lebih sama Nara, Rin..." jelasnya dengan menggeleng.

"Apapun itu, lo udah jahat sama Kak Nara, lo udah sakitin Kak Nara." Tatapan Harin sangat tajam.

"Gue mohon, kasih gue kesempatan..." lirih Jaemin menatap Harin lekat.

"Maaf, gue nggak bisa. Gue nggak mau nyakitin Kak Nara dan orang-orang yang sayang sama gue."

tbc

BIG NO !! - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang