Harin masih saja cemberut tanpa memandang Jeno sama sekali, Jeno yang memegang kemudi pelan-pelan dengan terus menatapnya. Harin cemburu? Sudah pasti, dia melihat Jeno bersama wanita lain, meski begitu wanita itu hanyalah seorang teman lama, atau bisa dibilang mantan pacar.
"Gue mau pulang ke rumah!" Harin kini menatap Jeno kesal, Jeno memang berniat membawanya ke apartemennya.
"Kenapa? Bukannya lo mau habisin malam ini sama gue? Lo belum kasih gue jatah, kan?" tanya Jeno bingung. Namun itu membuat wajah Harin semakin sengit.
"Gue bilang gue mau pulang!" ucap Harin dengan kencang, gurat amarah tergambar jelas di wajahnya.
Mereka hanya terdiam sepanjang perjalanan. Harin hanya memandang keluar begitupun Jeno hanya fokus pada stir dan jalanan di depan. Diam-diam air mata Harin kembali menetes, mengingat bagaimana mereka bertemu dan akhirnya pacaran.
"Jeno, lo janji, kan, nggak bakal ninggalin gue?" lirih Harin kini menatap Jeno penuh harap sesampainya mereka di depan gerbang rumah Harin.
"Iyalah, kenapa lo nanya gitu?" tanya Jeno bingung menangkup sebelah pipi Harin.
"Gue cuman takut semua yang Kak Nara bilang tentang lo itu bener." Harin menunduk, meremas jari jemarinya.
"Nara?" ulang Jeno memastikan, satu alisnya terangkat.
"Iya, Kak Nara nggak suka sama hubungan kita. Dia bilang lo bukan orang baik dan tepat buat gue. Kak Nara bilang dulu kalian saling kenal deket, ya?" jelas Harin diakhiri dengan pertanyaan, matanya menatap sendu.
Sekilas terukir sebuah senyuman di sudut bibir Jeno, senyum yang sangat sulit diartikan.
"Ya, gue sama Nara pernah kenal tapi nggak terlalu deket sih," tutur Jeno membuat Harin mendongak menatap Jeno.
"Kenapa selama ini lo nggak pernah cerita sama gue?" tanya Harin terheran, ada keraguan di hatinya.
"Itu nggak penting. Dulu kenal karena pacar temen Nara itu temen gue Lucas," jawab Jeno santai merapikan anak rambut Harin.
"Kak Nara tahu sesuatu tentang lo yang nggak gue tahu, kan?" Harin menatap sendu Jeno, pun suaranya parau.
"Ssshht... lo raguin gue? Lo nggak percaya sama gue?" Jeno menatap Harin dalam yang sangat tampak jelas keraguan di mata Harin.
"Nggak tahu gue," jawab Harin tersenyum sinis, memalingkan wajahnya.
"Tatap gue," pinta Jeno dengan mengangkat lembut dagu Harin mendongakkan wajahnya. Mata Harin berkaca-kaca dan Jeno segera mencium kedua mata itu.
"Gue cinta sama lo. Gue nggak bakalan pernah ninggalin lo," lirih Jeno. Keraguan Harin seakan hilang, dengan perlahan Harin langsung mengangguk.
"Maaf, gara-gara gue Jaemin ngehajar lo. Sakit, ya?" tanya Harin mulai manja mengelus wajah Jeno melihat beberapa memar di sana.
"Ini nggak seberapa, Sayang. Cepet masuk bukannya Nara lagi nunggu?" ucap Jeno dengan lembut. Harin mengangguk dengan akhirnya senyuman manisnya kembali.
"Ya ampun, snack." Harin menepuk jidatnya dan memejamkan mata erat.
"Snack?" tanya Jeno bingung.
"Tadi gue bohong sama Kak Nara biar gue bisa keluar rumah," jelas Harin. Jeno tersenyum mengacak rambut kekasihnya itu.
"Oke kita mini market dulu." Jeno memutar balikkan mobilnya membawa Harin ke mini market.
.
."Motor Jaemin?" gumam Harin yang heran dengan menjinjing tas belanjaan berdiri di depan rumah.
"Masalah lagi, menerima omelan dari seorang Na Jaemin lagi, Ya Tuhan."
Harin mengembuskan napas beratnya dan melanjutkankan langkahnya tak semangat. Namun sepi, tidak ada Jaemin ataupun Nara di lantai bawah. Mata Harin tiba-tiba membulat melihat jam dinding yang menunjukan jam sembilan lewat, tidak heran Nara memanggil Jaemin karena Harin terlambat dua jam.
Harin berjalan ke dapur menyimpan snack dan langsung memakannya, ia masih kesal mengingat wanita di club tadi.
Pikiran Harin kembali ke Nara dan Jaemin, di mana mereka? Pikirnya. Kamar?
Harin segara beranjak ke atas, entah kenapa ia ingin memastikan mereka ada di kamar.
"Ahh ...." Suara aneh, tepatnya seperti desahan.
Harin langsung menghentikan langkahnya dan itu tepat di depan kamar Nara. Harin menoleh, pintu kamar Nara tidak tertutup rapat hingga Harin dapat melihat apa yang terjadi di dalam kamar. Ia menutup mulut dengan mata membulat, wajahnya bersemu kemerahan.
Pelan-pelan ia mundur dan berjalan masuk ke kamarnya, loncat ke ranjang dan membungkus dirinya dengan selimut. Perasaan malu malah menggrogoti hatinya melihat Jaemin dan Nara tengah bercumbu, padahal Jeno juga sering melakukan hal seperti itu padanya walau dengan paksa dan berakhir dengan banyak tanda kemerahan.
Dada Harin pun secara tiba-tiba sedikit ia rasakan sesak.
Sebenarnya apa yang Harin rasakan? Kenapa ia tak rela melihat Jaemin mencumbui Nara? Tepatnya gadis itu merasa Jaemin bukan lagi Jaemin yang ia kenal, bukan lagi Jaemin sahabatnya yang seperti dulu. Semua telah berubah, termasuk dirinya sendiri.
Na, lo gak bakalan ngerusak Kak Nara, kan? Lo Nana yang gue kenal, kan?
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG NO !! - Lee Jeno
Fanfiction🔞 "Putusin Jeno!" Itu yang tiap hari gue denger dari orang di sekitar gue. [REPUB]