Putus

3.5K 250 15
                                    

Harin keluar dari rumah sakit dengan perlahan, bau tanah basah mulai menyeruak. Hujan telah berhenti sedari tadi dan hari mulai petang, ya sebentar lagi gelap. Gadis itu berjalan dengan cepat menuju halte, takut jika tiba-tiba hujan kembali turun.

Namun, seseorang menarik tangan Harin secara tiba-tiba. Harin menengok ke arah si pemilik tangan, ia mendapati Jeno dengan wajah datar. Pria itu menarik dan memasukkan Harin paksa ke dalam mobilnya, menghempaskan dan mendorong kasar tubuh Harin.

"Mmmpht." Harin memekik tertahan. Begitu masuk pria itu langsung melumat bibir Harin kasar dan meremas kasar dada kirinya.

Harin terus membrontak. Tak peduli masih di lingkungan rumah sakit para pengunjung yang tak sengaja melihat mereka hanya menggeleng.

Pria yang ternyata memang Jeno masih terus melumat kasar bibir Harin dan menggigit kecil. Perlahan air mata gadis itu mulai turun, Harin merasakan sakit yang teramat.

Setelah apa yang dilakukan Jeno selama ini, terhadap Nara, dirinya dan juga terhadap Jaemin. Harin mulai membencinya.

Remasan tangan Jeno di dada Harin semakin kencang dan tak beraturan, kedua tangan Harin yang menganggur tak cukup kuat untuk mendorongnya, itu sia-sia saja.

Air mata Harin menitik, ia benci diperlakukan seperti itu. Ia benci ia seperti gadis murahan dan jalang di mata Jeno. Harin hanya bisa berteriak dalam hati karena bibirnya masih terkunci oleh bibir Jeno yang membabi buta.

"Tidur sama gue malam ini," ucap Jeno setelah melepaskan tautan bibirnya.

Harin membulatkan mata mendengar itu, mendengar Jeno yang mengatakan secara berbisik sensual di telinganya.

Dengan sekali dorongannya kini Harin berhasil, tangannya sudah siap menampar wajah Jeno, akan tetapi Jeno dengan sigap menahannya dan mencengkram kuat pergelangan tangan Harin.

"Lo! Bener-bener nggak punya rasa bersalah. Gimana bisa lo bilang gitu setelah nyakitin gue? Setelah lo hajar Jaemin," ucap Harin dengan nada tinggi penuh emosi.

"Dan setelah cium Kak Nara di belakang gue!" lanjutnya kini dengan nada melemah, menatap sinis Jeno.

Wajah Jeno langsung berubah tegang mendengar kalimat terakhir Harin.

"Kenapa lo nggak pernah cerita kalo kalian pernah pacaran? Kenapa lo harus bohong sama gue kemarin?" tanya Harin lirih, tatapannya sangat terlihat bahwa itu menyakitkan untuknya.

"Rin, gue-" Ucapan Jeno menggantung, ia memejamkan mata seolah berat untuk menjelaskan.

"Apa?!" tanya Harin dengan lantang, "lo mau bilang kalo lo selama ini pacarin gue cuman karena Kak Nara, kan? Lo cuman manfaatin gue, kan?" tanyanya lagi mulai melemah, menghapus kasar air matanya. Dadanya ia rasakan sesak, mengingat Jeno yang tak pernah mau jujur padanya tentang Nara sebelumnya.

"Lo masih cinta Kak Nara, Jen?" tanya Harin kini datar, sedikit menggigit bibir.

"Harusnya gue yang nanya sama lo. Lo masih cinta sama Jaemin, kan?" balas Jeno tersenyum sinis.

"Heh?" Mata Harin membulat, keningnya sedikit berkerut. "Jangan memutar balikkan fakta, jelas-jelas gue liat lo cium Kak Nara." Harin menghela napas beratnya lalu memejamkan matanya, jengah dengan semuanya.

"Kayak gimanapun gue jelasin, lo nggak bakalan ngerti. Semua itu nggak kayak yang lo liat," desis Jeno memijat pelipisnya.

"Harusnya dari awal gue percaya Kak Nara yang bilang lo itu cowok brengsek," lirih gadis itu tertawa miris.

"Harusnya gue juga sadar, lo cuman jadiin gue pelarian doank buat lupain Jaemin," balas Jeno lagi-lagi membalikkan setiap perkataan Harin, sudut bibirnya tersungging sinis.

BIG NO !! - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang