Perangsang

10K 293 13
                                        

Harin semakin tidak betah di rumah karena di setiap kali berpapasan dengan Nara membuatnya kembali mengingat kejadian dimana Nara dan Jaemin berciuman. Selain itu selalu membosankan saat di rumah karena Nara yang bermanja-manjaan pada ibunya.

Gadis itu melepaskan hoodie yang sedari tadi menempelinya hingga memperlihatkan bentuk tubuhnya.

Semua mata tertuju padanya, termasuk Jeno yang tak henti menatap lekuk tubuh Harin yang menurut siapa saja yang melihatnya sangat seksi itu.

Jeno langsung berdiri menarik Harin dan masuk ke dalam ruangan khusus di sana yang hanya Jeno dan Harin yang boleh memasukinya.

"Cewek Jeno boleh juga." Lucas berbisik pada teman-temannya dengan mulut yang mengeluarkan asap rokok, mendengar perkataan Lucas para berandalan itupun tertawa setuju.

Sedangkan di sisi lain di ruangan vip club tersebut, Jeno menghempaskan tubuh Harin ke sofa. Harin bingung dibuatnya, ia duduk dengan benar lalu menatap Jeno tak percaya.

"Jangan pernah pake baju kayak gitu lagi!" ucap Jeno dengan tatapan tajam, terlihat jelas raut wajahnya tergurat amarah.

"Gue nggak rela semua mata tertuju sama lo, tertuju pada bagian-bagian tubuh lo. Gue peringatin, hanya gue yang bisa melihat dan menyentuhnya!" Ucapan Jeno penuh penekanan, hembusan napas Jeno menerpa leher dan telinga Harin yang membuat kulit gadis itu meremang karena kegelian sekaligus merinding.

"Dan itu bikin gue pengen nerkam lo." Jeno berbisik dengan langsung meremas bagian depan tubuh Harin yang masih ia peluk dari belakang itu.

"Jeno!” Gadis itu memekik kesal, tangannya sudah menahan tangan Jeno meminta melepaskannya.

Namun, Jeno sudah terbiasa dengan penolakan seperti itu dan malah semakin gencar walau di luar pakaiannya.

“Ayo dong, mana desahannya? Jangan ditahan,” bisik Jeno sambil menjilati daun telinga Harin.

Harin hanya menggigit bibirnya mati-matian agar tidak mengeluarkan suara laknat itu, ia tidak boleh memberikan jalan untuk Jeno.

Pergi ke club malam seperti ini Harin sadar sama aja masuk kandang singa kelaparan, tapi bodohnya ia masuk lagi dan lagi. Toh selama berpacaran selama satu tahun dengan Jeno ia masih bisa menahan nafsu Jeno agar tidak merusaknya.

Jeno kini menciumi bahu leher sampai telinga, dan akhirnya membalikkan tubuh Harin dan melumat bibir gadisnya ganas, yang akhirnya mereka terlarut dalam ciuman panas itu. Ciuman yang menuntut untuk melakukan hal lebih dan lebih.

Jeno sudah sangat tidak sabar, tangannya langsung nakal masuk ke tubuh bagian bawah gadisnya. Harin yang tengah mabuk kepayang itu tiba-tiba matanya membulat ketika merasa Jeno lagi-lagi berbuat jauh, langsung saja ia menahan tangan Jeno kuat.

Jeno yang hampir mencapai keinginannya, membuka matanya lalu menghentikan kegiatannya. Menarik tangannya dan mengembuskan napasnya kesal, menatap lurus ke depan dengan punggung ia sandarkan ke sofa, mengacuhkan Harin. Sedangkan gadis itu, ia sibuk merapikan baju dan rambutnya yang acak-acakan. Ini adalah yang ke sekian kalinya Jeno gagal melumpuhkannya.

Tiba-tiba Jeno mengeluarkan sebuah benda berbentuk kotak kecil dan tipis dari sakunya, menyimpannya di atas meja. Harin meliriknya, ia tidak mengetahui benda apa itu. Tapi setelah ia cermati baik-baik pada gambar luarnya, ia membulatkan matanya lagi, kali ini menatap Jeno takut dan waswas.

"Jeno, lagi-lagi lo mau perkosa gue?" Harin langsung berdiri dengan nada tinggi menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, matanya kembali pada benda kecil di atas meja itu, kondom.

"Kita lakuinnya pake pengaman, jadi lo nggak usah takut hamil," ucap Jeno dengan santai, mulai membuka kemasan kondom tersebut, Harin langsung menggeleng apalagi setelah Jeno menariknya lagi untuk duduk di sampingnya.

Bruk~ Harin terjatuh dengan kasar di atas sofa.

"Gue nggak mau. Lo nggak boleh lakuin itu! Gue selalu nolak lo bukan takut hamil." Rasa takut menjalar di setiap aliran darah gadis itu, sekaligus ingin menangis. Merapatkan pahanya dan menutupinya dengan hoodienya.

Melihat ekspresi Harin yang seperti itu membuat Jeno tertawa kecil, sedikit berdecak. Menyimpan kembali kondom tersebut pada atas meja lalu berdiri dan melangkahkan kakinya tanpa mempedulikan Harin.

"Jen," panggil Harin pelan, Jeno membalikkan sedikit tubuhnya dan tersenyum tipis, senyum tanpa ketulusan.

"Cepet pake lagi hoodie lo," ucap Jeno pelan langsung melanjutkan langkahnya.

Nyut~ hati Harin sedikit teriris melihat Jeno acuh seperti itu, Harin kembali mengenakan hoodienya lalu berlari mengejar Jeno.

Sedangkan di luar, Lucas, Mark dan Haechan melihat Jeno keluar dengan wajah yang kecewa dan diikuti Harin di belakangnya dan hoodienya terpakai kembali. Lucas berbisik pada kedua temannya itu dan mereka lagi-lagi tertawa. Lucas langsung beranjak meninggalkan mereka dan Harin menghampiri.

"Tuh Jeno," tunjuk Mark dengan dagunya pada Harin dan Harin yang kini ikut duduk bersama mereka cuek saja tidak menanggapi Mark.

"Lo nggak mau nari?" tanya Haechan menatap Harin, sebenarnya Harin agak risi jika berlama-lama berhadapan dengan teman-teman Jeno, yang ia akui tidak ada satupun dari mereka yang waras.

"Ah gue mau di sini aja." Harin agak menunduk, ia juga merasa canggung dengan teman wanita teman-teman Jeno yang terus menatapnya sinis.

"Harin, kenapa lo pake lagi hoodie lo? Padahal lo seksi banget." Lucas berbisik dan datang secara tiba-tiba duduk di samping Harin. Kerisihan Harin semakin menjadi, ia terus melirik ke arah Jeno yang mulai asyik menari dengan perempuan di sana.

Bokong Harin hendak terangkat menghampiri Jeno yang sudah kelewatan dengan perempuan itu, tapi Lucas menahan tangan Harin, sudut bibir pemuda itu sedikit tersungging.

"Minum dulu, dong." Lucas menyerahkan segelas minuman yang masih setia di tangannya sedari tadi, minuman yang telah ia campur dengan obat perangsang.

Harin enggan meminumnya, ia sangat tidak nyaman sekarang, tapi tatapan Lucas yang menusuk merayunya membuatnya luluh dengan tanda kutip takut, Harin tidak akrab dengan satupun teman Jeno.

Akhirnya dengan terpaksa ia menerima gelas itu dan meminumnya sedikit, hanya sedikit karena Harin tidak mau minum minuman beralkohol. Ia memejamkan mata tak lama terbuka lagi menatap Lucas yang menatapnya serius. Haechan dan Mark tersenyum melihatnya, begitupun dengan Lucas, sedangkan gadis-gadis di samping mereka, mereka abaikan.

"Habisin ..." Lucas mengangkat gelas itu lagi.

"Ah gak mau." Harin dengan segera berdiri untuk menghampiri Jeno.

Meskipun Harin meminumnya sedikit tapi tetep bereaksi di tubuhnya.

Ia melepaskan hoodienya dan menyimpannya sembarang di atas meja karena tiba-tiba dirinya merasa kepanasan. Langsung menghampiri Jeno dan menggeser wanita yang di depannya. Harin segera mengalungkan tangannya di leher pemuda miliknya sedikit berjinjit dan melumat bibir pemuda bertubuh bongsor itu.

Jeno sendiri cukup terkejut dengan perlakuan Harin yang akhirnya membalas ciuman itu lebih ganas lagi. Tangan Jeno sudah meremas bokong Harin dan tangannya satu lagi entah di mana, yang pasti membuat napas Harin sangat memburu dan matanya berkabut nafsu.

Benarkah Jeno benar-benar melumpuhkan Harin dalam kenikmatan di malam ini? Dengan bantuan kejahilan Lucas?

tbc

BIG NO !! - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang